Seorang guru memasuki kelas di ikuti oleh Yoongi. Kedua manik ku menatap tak percaya, benarkah itu dia? Sedang apa? Bahkan ia membawa ransel? Sepertinya tak bermain-main dengan ucapan untuk pindah kelas.
"Mulai sekarang aku akan menjadi bagian dari kelas ini," Yoongi berucap tanpa basa-basi, berjalan menuju bangku kosong di samping Mee.
Gadis itu menoleh kaget, lalu mengalihkan pandang, menyembunyikan wajah yang memerah juga panik.
Selama pelajaran Yoongi benar-benar mencatat, meski sesekali menatap catatan ku, menyamakan, lalu menghapus bagian yang salah. Ini pertama kali aku melihat pria ini tak tidur di jam pelajaran, bahkan mencatat dengan giat. Hati ini menghangat, bisakah ia berubah? Bisakah ia sembuh?
"Gak ngatuk? Biasanya kamu tidur di kelas."
Yoongi terkekeh, menjewer hidung ini. Aku meringis kesakitan, menggosok hidung yang memerah, mencebik kesal seraya melipat tangan di dada.
"Kamu seperti caffein. Selain menghilangkan kantuk kamu juga candu," aku mengerti tentang heran. Darimana pria dingin ini belajar kata-kata romatis? Apa dia baru membaca artikel di internet?
Sungguh, hari ini aku merasa beruntung. Kami bersama menuju kantin, perpus, aula music, dan lapangan basket. Bahkan pria pucat itu kini tak lagi abai pada olokan dua teman nya — Honjoong dan wooyoung.
Tak hanya itu, Yoongi tak segan-segan memarahi siapaun yang menggertak atau sekedar menakuti ku. Bahkan sampai sepulang sekolah, ia mengajak ku untuk naik kedalam mobil nya. Setelah sekian lama, akhirnya pria itu kembali memakai antar jemput.
"Nanti sore setelah pemeriksaan ku, kau mau jalan-jalan?" aku mengangguk. Meski hati ini berbunga-bunga, tapi keegoisan meminta lebih. Serakah untuk sebuah hubungan pasti.
Jika Yoongi benar menyukai ku, mengapa dia tak mengungkapkan perasaan?
-0-
Aku menjelaskan pada Appa tentang apa yang terjadi, tentang bagaimana Yoongi saat ini. Meski dengan sedikit penolakan akhirnya pria aku mendapat ijin untuk mengantarkan Yoongi menuju rumah sakit dimana Seokjin bekerja, dan berjalan-jalan sebentar. Mungkinkah dia ingin mengungkapkan perasaan?
Meski tak seromantis pria lain, tapi aku tetap menyukai nya.
Min Yoongi, lebih menarik dari siapapun.Cermin memantulkan bayangan diriku yang tengah memasang jepitan pita, beberapa gelang manis di tangan kiri dan meraih tas kecil dengan motif kucing.
Krieet....
"Kau sudah siap?" aku melonjak kaget, tersenyum kaku seraya berjalan mendekat. Pria itu menepuk surai ku, meraih tangan ini lalu membawa keluar.
"Aigo ... Putri Abba benar-benar manis," ucapnya seraya menjewer gemas pipi ku, "Maafkan sifat Abba selama ini. Pergilah, tapi jangan pulng terlalu larut, mengerti?"
Aku mengangguk antusias, kami menunduk hormat. Namun belum sempat melangkah pergi Abba menahan tangan ku, melepas dari Yoongi, mengecup kening ini berkali-kali.
"Aku bukannya mau membawa Mee pergi jauh. Kami hanya akan ke rumah sakit, kenapa Abba seperti orang yang akan kehilangan putrinya," Yoongi berucap datar.
Aku mengerti. Akhirnya Abba menyadari, putri satu-satunya telah beranjak dewasa, tanpa nya disisinku. Mungkin, sedikit menyesal. Namun semua telah terbayar sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspeakable ✅
FanfictionAmy - gadis tunawicara yang kembali ke kampung halaman setelah sekian lama. Tujuan awal mengubah pandangan negatif sang ayah padanya berubah, pasca pertemuan dengan sosok pemuda dingin yang amat membencinya, yaitu Min Yoongi. Takdir sungguh tak tert...