Perempuan itu tawa perempuan itu pecah, ia mngerti kening saking tak percayanya melihat ku berada di mansion nya. Tak seperti bayangan kelam ku.
"Panggil Mama mulai sekarang. Kau tak perlu segan, aku justru malah senang karna kau kembali pada Yoongi. Eum, Mama Minta maaf kalau dia terlalu mengurusi keluarga mu. Mama menyesal untuk kebodohan Yoongi," aku menggeleng pelan, Mama memeluk, mengecup pipi ini beberapa kali seraya mengelus lembut rambut ku.
Akhirnya, aku merasakan juga sentuhan sosok ibu yang telah lama ku rindukan.
"Bagaimana kalau membuat makan malam. Papa tidak bisa pulang, tapi kita masih bisa makan bersama, kan?" aku mengangguk, menoleh pada si pucat yang bersedekap di sofa, memandang lekat televisi seolah tak perduli.
Mama membawa ku kedapur, lalu memasak beberapa menu masakan. Hati ini terus berdebar, mendengar setiap cerita Mama tentang Yoongi dan masa kecil kami. Namun kemudian, rasa takut itu kembali datang.
Disini, aku memang gadis tak bersalah. Namun, apa mereka bisa menerima keluarga ku dengan apa adanya?
"Ayo kita siapkan! Mama yakin Yoongi sudah kelaparan," aku melangkah menuju meja makan, bersamaan dengan si pria pucat yang berjalan mendekat, lalu duduk. Setelah Mama menyiapkan bebrapa masakan lain, kami siap menyantap hidangan makan malam.
"Heum ... Masakan Ini sangat wangi, iyakan Yoongi?" tak menjawab, pria itu hanya tersenyum tipis, meriah piring dan sumpit nya.
Tak memerlukan banyak waktu, kami mulai menyantap makanan. Aku bisa melihat, betapa ramah Mama Yoongi ini, ia sebenarnya bisa menjadi sosok ibu yang sempurna, seandainya tak di sibukan pekerjaan. Meski begitu, Nyonya Min selalu berusaha meluangkan waktu untuk Yoongi, meski sekedar membuat sarapan atau membelikan mainan anak.
"Aaa... " Mama menyuapkan sejumput daging untuk Yoongi yang masih mengatupkan mulut rapat. Aku sedikit terkekeh, sikap nyonya Min memang berlebihan.
"Aku sudah besar, Ma!" kesal Yoongi.
"Besar apa nya. Wajahmu masih terlihat seperti bayi? Bahkan sampai sekarang teman muasih sama. Imi, kan?"
"Ini beda! Waktu itu imi hanya teman ku, sekarag dia pacar ku! Itu tanda nya aku sudah dewasa!"
Aku dan Mama tertawa-tawa, sementara pria pucat itu merengut kesal. Begitu manis, dengan wajah marah dengan pipi merona.
-0-
A
ku menyiapkan kotak bekal untuk Abba, entah sejak kapan, tapi hubungan kami semakin akrab.
"Heum ... Appa suka sekali masakan mu. Ini bahkan lebih enak dari restoran manapun. Makasih sayang, Abba berangkat dulu ya," ucapnya seraya beranjak pergi membawa lo tak bekal itu. Akuengantar kepergian nya, sekaligusemunggi seseorang.
Setiap harinya, Yoongi datang untuk berangkat sekolah bersama. Berboncengan dengan sepedah sederhana ku, meski ia bisa saja membawa mobil. Adakah alasan lain?
Aku mengeratkan pegangan pada pinggang nya, melingkarkan memeluk tubuh yang terbalut seragam itu. Satu tangan nya mengusap lembut surai ku, sedikit menoleh, memberi senyum Gummy yang candu.
Terkadang, saat hari libur aku dan Yoongi sengaja mengantar makan siang untuk Abba, papa dan Seokjin. Sungguh, adakah yang lebih membahagiaka
n dari ini?Akhirnya....
Yoongi kembali pada ku.The end.
😸terimakasih untuk dukungan kalian selama ini.....
Mampir juga ke cerita ku yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspeakable ✅
FanfictionAmy - gadis tunawicara yang kembali ke kampung halaman setelah sekian lama. Tujuan awal mengubah pandangan negatif sang ayah padanya berubah, pasca pertemuan dengan sosok pemuda dingin yang amat membencinya, yaitu Min Yoongi. Takdir sungguh tak tert...