*Yoongi PoV
Aku yang masih berada di sekolah dasar sangat terobsesi dengan polisi. Apalagi setelah tau bahwa Seokjin juga bercita-cita menjadi polisi — kekamanapun pergi, aku selalu membawa pistol mainan, borgol dan piranti lain sebagai pelengkap.
Itu membuatku tersenyum sendiri saat mengingat.
Setiap harinya, aku yang kesepian selalu di temani seorang gadis kecil — namanya Lee Mee dalam abjad korea dibaca 'imi' jadi aku sama sekali tak menyangka kalau sahabatku Imi telah berubah menjadi gadis tunawicara yang terus mengganggu ku.
Ini lucu, mengapa itu harus Mee? Mengapa aku semakin kesal? Bukankah aku terus merindukan nya?
Aku tau mengapa gadis itu kehilangan Suaranya, karna mata ini menyaksikan segalanya....
Aku mendongak, menengadahkan tangan merasakan bulir bening yang turun dari langit. Titik-titik air membasahi topi bulat ku.
Suara genangan berkecipak senada dengan langkah ini. di sebuah balkon rumah, sosok gadis mungil itu melambai dengan senyum lebar. Aku berlari mendekat, sementara dia berjalan masuk untuk menemui ku di bawah.
Aku memandang hujan sambil memeluk tubuh dingin ini yang telah basah kuyup. Sesekali aku melongok dari jendela, lama sekali gadis itu turun?
"Bbrrr ... Dingin sekali. Apa dia melupakan ku?" aku berucap kesal.
Perlahan ku dorong pintu yang sedikit terbuka, melangkah masuk seraya menoleh kesana-sini. Tak terdengar suara, bahkan langkah gadis itu. Dengan kesal aku menaiki tangga menuju kamar Imi (Mee).
"Kau bodoh! Berani-beraninya kau mengancam ku! Menjauh dari Mee!" bentak sosok paruh baya yang tak lain adalah ayah Imi.
Ku eratkan pengangan pada tali ransel, lalu melangkah pelan mendekati suara teriakan dari kamar Imi. Sesampainya di ambang pintu, langkah ini terhenti. Jantung berdetak cepat, kala pandangan menemukan Imi pingsan dalam dekapan sang ibu yang meletakan pisau di tepi leher putrinya.
"Jangan mendekat, atau gadis ini mati!" ancam perempuan itu.
Aku mengepalkan tangan karna Ayah Imi terlihat frustasi dan tak bisa berbuat apapun. Pelupuk mata ini menghangat, terisi penuh cairan yang melembak membasahi pipi. Cepat-cepat ku turunkan ransel, lalu mengeluarkan peranti polisi mainan.
"Jangan bergerak!" ucap ku seraya menodongkan pistol mainan.
Aku meraih tangan Imi, dingin dan lemah. Ku pikir ... Aku menjadi pahlawan. Ku pikir ... Aku telah menyelamatkan mu. Namun, nyatanya perempuan itu menendang kuat hingga tubuh ini terpental menabrak tembok.
"Yoongi! Jangan ikut campur!" bentak Ayah Imi yang menarik pergelangan tangan ku, seraya menyeret keluar.
Sekali aku menoleh, perempuan gila itu tersenyum dengan air mata mengalir deras membasahi pipi. Jemarinya yang bergetar memegang pisau yang sedikit menggores leher putrinya.
Itu pasti perih.
"Jangan sakiti Imi!!!"
Tanpa pikir panjang aku membelot dari tangan si pria dewasa itu, berlari kearah nya seraya membanting pistol mainan. Aku kacau, bahkan tak bisa berpikir lagi. Ketika berhasil meraih tangan si perempuan, aku langsung menggigit kuat hingga ia menjerit kesakitan lalu membanting tubuh ku.
Darah mengalir, ia menagis histeris saat melihat leher putrinya tersayat kala tangan nya terangkat untuk membanting tubuh mungil ini. Tubuh ku mematung beku, sementara si pria langsung mengangkat tubuh tak berdaya Imi keluar bersama si perempuan.
Di luar kedua orang tua ku yang baru sampai begitu kebingungan, mereka menghukum dan melarang untuk berteman dengan Imi setelah sembuh. Itu menyakitkan sekali. Namun aku memang keras kepala.
Selama berhari-hari, aku tak melihat keberadaan nya di rumah. Begitu juga si perempuan dan suaminya. Mama bilang Imi akan segera pindah bersama ibu nya, karna itu aku mencegat mereka dan berjanji akan membalas dendam pada perempuan gila itu.
Sekarang apa aku harus minta maaf? Bahkan sahabat masa kecil ku sekarang telah berubah menjadi sosok paling menyebalkan.
[Yoongi PoV End]-0-
Setelah Yoongi bercerita tentang insiden itu Mee langsung keluar dari mobil tanpa menoleh, hatinya sakit saat mengetahui kebenaran bahwa Yoongi adalah sahabat masa kecil yang kini berubah menjadi sosok yang paling membenci dirinya. Mengapa? Apa karna ia bisu? Dan kebenaran lain terungkap, bahwa ibunya memang menjadi pelacur karna sikap Abba yang dingin dan kurang perhatian.
Mee dapat melibatkan gurat merah di mata Yoongi. Mungkin penyesalan, atau rasa bersalah. Namun pria itu masih bungkam untuk sekedar meminta maaf, ia bahkan bersih keras bahwa insiden itu bukan kesalahan nya.
Mee mempercepat langkah, menuju sebuah rumah sakit dimana ia dirawat, untuk mengontrol luka di lengan nya, juga untuk bertemu si dokter tampan — Seokjin.
Setelah bertanya pada petugas bagian administrasi ia menuju ruangan yang di intruksikan, melongok kesana-kemari sampai ia menemukan sebuah tunang dengan papan di atas pintu yang bertulis "Dr. Seokjin"
"Selamat siang," sapa nya.
Mee mengangguk, lalu membungkuk hormat sebelum duduk di hadapan pria tampan itu seraya menyodorkan papan note.
"Benar, tadi pagi aku tidak bisa ikut dalam acara makan di rumah mu. Maaf ya ... Yoongi datang untuk memwakili ku," Mee membalas ucapan Seokjin dengan senyum, membiarkan Seokjin membaca tulisan nya dalam note.
"Aku adalah Imi, sahabt masa kecil Yoongi. Setelah mendengar cerita itu dari nya, aku merasa aneh. Selama ini aku tak tau apapun, mereka menyembunyikan kebenaran nya."
Seokjin mengusap wajah frustasi, menepuk pelan pundak Mee. Mantanya berubah sendu, kemudian ia beranjak menuju rak berisi data-data. Di ambilnya sebuah map. Mee menatap bingung, tak mengerti saat Seokjin memeberikan benda tipis itu padanya.
"Bukalah."
Mee meraih Map dan membuka pelan. Jantungnya berdetak cepat saat menemukan tulisan 'catatan psikologi Minta Yoongi'. Apa pria manis itu punya penyakit psikologi? Ia terus membuka lembar demi lembar sampai menemukan beberapa foto masa kecilnya bersama Yoongi.
Kedua maniknya menghangat, meneteskan bukit bening yang kemudian jatuh membasahi pipi nya.
"Ya, itu kamu dan Yoongi. Aku mengambil gambar sebelum berangkat studi ke Australia. Kau tau, Yoongi mengalami trauma setelah kepergian mu," Mee menoleh, menyapa tajam seolah menuntut lebih dari kisah yang Seokjin ceritakan.
"Aku tau, kepergian kalian bukan karna kau kehilangan suara, tapi karna Abba mu malu dan bercerai dengan Eomma mu. Hanya Yoongi yang mengira semua itu kesalahn nya. Kumohon, jangan pernah membenci nya."
Mee terisak, sendu. Bagaimanapun Namjoon telah melarangnya untuk berdekatan dengan Yoongi, begitu pula sang Abba. Namun perasaan nya tak bisa berbohong bahwa ia mencintai Yoongi.
Yoongi hanya merasa kesepian. Mee bisa merasakan semua, tapi mengapa semua orang mengatakan bahwa pria Min itu gila?
"Aku tau itu berat ... Bahkan semua orang mungkin melarang mu untuk bertemu Yoongi, tapi tolong ... Jangan membencinya!"
Mee mengangguk. Ia mengerti bahwa insiden itu bukan sepenuhnya kesalahn Yoongi. Dan segalanya telah terjadi, sekalipun ia membenci Yoongi, tak akan ada yang berubah.
Demi menjaga perasaan orang-orang terdekat ku, aku akan menjauhi Yoongi. Juga demi menjalankan permintaan terakhir Namjoon sebelum ia pergi.
TO.BE.CONTINUE
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspeakable ✅
FanfictionAmy - gadis tunawicara yang kembali ke kampung halaman setelah sekian lama. Tujuan awal mengubah pandangan negatif sang ayah padanya berubah, pasca pertemuan dengan sosok pemuda dingin yang amat membencinya, yaitu Min Yoongi. Takdir sungguh tak tert...