“karna tak ada aku maka lebih baik jauhi Yoongi. Tunggu saja pria yang mendekatimu. Dia yang tak akan menyia-nyiakan mu, jangan mengejar seseorang yang mungkin bisa melukai mu! Kumohon. Untuk terakhir kali.”
Mee mematikan ponsel setelah mendapat notif chat dari Namjoon, menarik nafas dalam sebelum memasuki kelas. Pandangan lurus mengabaikan sosok dingin yang berpapasan dengannya.
Benar. jika terus mendekati Yoongi semakin banyak perempuan sekelas atau senior yang akan membulinya.
Yoongi meletakan kotak makan siang itu di hadapan nya, mengernyit pelan kalau melihat cookies dengan tangan dan kaki mungil dari coklat yang terlihat familiar.
"Ini tau buruk," Yoongi mengunyah pelan, memandang pepohonan di taman seraya memangku kotak berisi kookies coklat kesukaan nya.
Meskipun ada sedikit rasa kesal pada Seokjin, ia bersyukur karna telah lama tak menikmati kue rumahan. Satu persatu Cookies ia masukan kedalam mulut hingga tak bersisa dalam beberapa menit. Yoongi berdecak kesal, masih memandang kotak bekal kosong di hadapan nya.
"Haruskah aku mengembalikan ini? Apa aku harus mengisinya?"
Yoongi melangkah menyusuri koridor menuju kelas nya, sesekali ia menoleh kebelakang. Namun tak menukangi sosok usik yang selalu membuntuti nya. Ia menggenggam seraya tersenyum, bukankah itu baik? Bukankah itu yang Yoongi harapkan selama ini?
Mee menunduk menulis di beberapa hukum catatan sementara tiga perempuan berdiri dengan tangan terlipat di dada. Tatapan yang mengintimidasi dan raut wajah kesal. Yoongi mencoba abai, meski ia tau Mee sedang di buli.
Tidak ada yang boleh kesepian di dunia ini.
Kedua manik Yoongi membulat, kala memori membawa suara Mee bebrapa tahun silam, kala jemari mungil itu meraih tangan nya menyusuri jalananan asing. Ingat jelas, bahwa gadis yang ia panggil dengan sebutan Imi adalah satu-satunya teman di rumah, karna mereka pernah bertetangga.
Lagi-lagi pria pucat itu menggeleng, meletakan kotak bekal di atas meja Mee, membuat para gadis menatap sinis.
"Aku akan mengganti isinya lain kali," Yoongi berucap datar seraya berjalan menuju bangkunya.
Mee meletakan kotak bekal kedalam laci, kembali mengurus pekerjaan nya tanpa bergeming. Tak biasanya gadis itu acuh, bahkan Yoongi sangat merasakan perubahan nya.
-0-
Untuk kesekian kalinya Yoongi menoleh pada sosok manis yang berfokus pada ponsel, sementara ia bergumul dengan teman-teman nya.
Siapa yang tak menyadari? Kerap kali Yoongi melirik atau bahkan menoleh, mengamati gerak Mee, menatap dengan pandangan tajam yang kian menghangat.
"Hei, kau menyukainya? Sepertinya dia sudah menyerah pada mu," ejek pria dengan Nametag Kim Hongjung.
"Namjoon mendaftarkan nya ekstrakurikuler Taekwondo, kami berada dalam kelas yang sama," Son Minki menujukan dirinya dan Hongjung, sementara Yoongi mengatupkan bibir kesal.
"Benar, dia susah banyak berubah. Sepertinya Namjoon khawatir kalau gadis itu terus di buli. Ya, sebenarnya aku juga kasihan. Bagaimana lagi, kamu juga tak terlalu dekat, kan?" Hongjung segera memperbauki posisi duduk, karna wali kelas yang juga guru Matematika tergalak memasuki kelas.
Beberapa menit berlalu, Mee mengabaikan Yoongi yang kini duduk berdampingan dengan nya, memakai bangku Namjoon, entah sekedar untuk tidur atau bertujuan lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspeakable ✅
FanfictionAmy - gadis tunawicara yang kembali ke kampung halaman setelah sekian lama. Tujuan awal mengubah pandangan negatif sang ayah padanya berubah, pasca pertemuan dengan sosok pemuda dingin yang amat membencinya, yaitu Min Yoongi. Takdir sungguh tak tert...