22. Titik balik.

45 13 1
                                    

Hampir seharian penuh ku dengar seluruh penjuru sekolah bergosip tentang gadis tunawicara yang jatuh cinta. Untuk masa puber, apa itu tidak normal?

Jantung ini terus berdebar, meski masih berat untuk berpaling, setidaknya aku mampu menjauh, menjaga hati ini dari kemungkinan luka yang akan datang.

Hampir seminggu setelah pembacaan puisi itu berlalu, aku menyibukan diri dengan berlatih Taekwondo seperti yang di sarankan Namjoon. Bahkan ketika gadis pembully itu tak berkutik lagi. Baiknya lagi, Appa benar-benar berubah. Pria itu tak lagi malas bekerja dan bermabukan. Meski tak memiliki Yoongi di sampingku, Appa selalu menemani. Bahkan pria paruh baya itu sanpai membuat piknik kecil untuk ku. Indah. Sungguh indah, kecuali hatiku yang semakin mengecil.

Perasaan ini menyusut hingga ukuran terkecil. Tak tertahan. Bahkan aku yakin, hanya dengan sedikit sentuhan, perasaan ini akan meledak.

Langit pagi membiru seolah tau isi hati ini. Aku melangkah pelan menuntun sepeda biru muda yang baru Appa hadiah kan. Sebelum mengayuh aku beberapa kali membunyikan lonceng lucu nya. Untuk selanjutnya tak perlu menunggu bis dan bertemu si pucat. Dengan begitu perasaan ini akan berada dalam jarak aman.

Kecuali....

Greeb!
Seseorang duduk di boncengan seraya menautkan kedua tangan nya di pinggang. Spontan aku menoleh, pria itu terkekeh, memaksa pundak ini menghadap kedepan.

"Naikan kaki mu. Aku akan mengayuh, kau bisa menyetir dengan baik, kan?"  Aku mengangguk, mengeratkan pegangan pada setir seraya kenapa kedepan.

Hatiku ini menghangat. Setelah sekian lama, akhirnya hati yang merindu ini dapat mendengar suara mu lagi. Namun, mengapa di saat seperti ini? Mengapa di saat aku harus menjauh? Mengapa di saat semua melarang ku?

Perlahan Yoongi mengayuh seolah, sementara aku berfokus mengendalikan setir. Hangat. Dia memeluk ku begitu erat, menatap dari pundak ku, sesekali bersandar menyamankan diri. Kumohon, berhenti saja.

"Tak ada yang namanya kesempatan ketiga. Tapi aku akan meminta langsung pada mu, kau masih memiliki banyak kesempatan di banding aku. Apa aku boleh meminta satu kesempatan itu?"

Ia berucap lirih, sementara aku meski menatap kedepan. Berfokus pada jalanan, menyamarkan gejolak tak tertahan. Perasaan ini sulit di mengerti, seolah ingin menangis dan tertawa bersamaan.

"Mengangguklah jika aku mendapat kesempatan, atau menggeleng kalau kau keberatan," hati ini bergetar mendengar kalimat nya. Aku ingin memberikan kesempatan, bahkan jika hanya bisa berteman. Itu lebih baik daripada tidak. Namun, tak ada kisah yang lebih menyedihkan dari rasa kecewa karna ketidak mampuan.

Aku menggeleng, Yoongi mengeluhkan pandang meski kedua tangan nya masih berada di pinggang ku.

"Kau tak bilang begitu, apa karna Namjoon, hhmm? Aku juga tau bahwa Appa mu melarangmu untuk berdekatan dengan ku. Aku mengerti, dan aku tak akan mengganggu mu, hanyaa beri saja aku satu kesempatan!" Pria itu turun dari sepedah, berjalan menyebrangi jalan lalu menghilang di antara pejalan kaki lain.

Aku tau, bahwa dia akan pergi. Namun ini langkah yang harus di ambil untuk kebaikan kita, agar tak ada yang lebih terluka, meski menyimpan beban ini seumur hidup.

-0-

Aku melongok kelas lama yang begitu ku rindukan. Sepi, karna bel istirahat baru berbunyi. Namun niat untuk menemukan pria pucat itu belum surut. Selama masih mampu melangkah, aku akan menyusuri sekolah ini untuk mencarinya.

Menit demi menit berlalu. Bel masuk berbunyi, spontan kaki ini berbalik. Namun otak seolah menolak kala menatap tangga memuji rooftop dimana pria itu biasa menyendiri.

Aku tak bisa meninggalkan pelajaran, itu akan mengecewakan Appa. Namun tak mungkin juga mengabaikan perasaan ini terus menerus. Sakit.

Semoga aku menemukan nya disana. Aku yakin, dia pasti disana sejak pagi tadi.

Suara langkah cepat ini terdengar jelas karna suasana mulai sunyi. Perlahan tangan ini meraih gagang pintu, memutar lalu mendorong pintu yang menampakkan pemandangan kosong.

Aku berjalan mengitari rooftop, tapi nihil. Aku tak menemukan Yoongi. Mungkinkah ia berada di markas gengster nya? Atau ia ber mabuk-mabukan dan melakuakn tawuran tanpa arti dan tujuan?

Aku terduduk di tepi Rooftop, berpegang pada besi pembatas, air mata lolos dengan angkuhnya, membasahi pipi dalam sekejap, memanggil isak pilu.

Dentingan dari besi pembatas terdengar kala dahi ini mengetuk pelan, merutuki kebodohan pilihan yang telah ku buat.

Di sela tangisan, sebuah ide muncul. Aku beranjak, mengusap kasar air mata lalu bergegas menuruni tangga. Memang terlihat lebay dan berlebihan. Namun jika kalian berada di dalam situasi ini, tak ada yang bisa di lakukan selain menuju kelas lama.

Aku berlari menuruni tangga tanpa memikirkan resiko, melewati lorong-lorong kelas yang menimbulkan suara bising hingga kaki ini berdiri di depan kelas dengan papan tergantung di samping pintu yang tertulis '2A'.

"Mee apa yang kau lakukan?" tanya guru mata pelajaran.

Aku menunjuk wooyoung, aku dan arah luar kelas. Merasa mengerti ia mengijinkan ku untuk berbicara dengan pria itu.

Setelah pria itu kelar aku menujukan note, ia membaca dengan telaten kemudian mengernyit bingung.

"Apa kau tau dimana Yoongi? Atau jika tidak, apa kau tau diamana Yoongi tingal?"

"Dia tinggal di Distrik 5. Di perumahan elite dengan gaya klasik. Kau pasti akan menemukan nya, karna rumahnya sangat mencolok," Aku mengangguk seraya menulis 'terimakasih' sebelum kemudian membungkuk hormat lalu pergi.

Semoga pria itu ada di rumah. Tak datang ke sekolah, bahkan tanpa memberi kabar pada wali kelas. Ponselnya mati tak bisa dihubungi.

Setelah mengambil tas di kelas, Mee menghubungi wali kelas dan mengatakan bahwa ayahnya mendadak sakit. Entah hukuman apa yang akan di dapati nanti, saat ini yang terpenting adalah perasaan nya yang terus meronta, mencari keberadaan si pria pucat.

Mengapa perasaan ini terasa sangat haru? Apa terjadi sesuatu? Tolong jaga dirimu baik-baik....

TO BE CONTINUE

1.jika menyukai cerita, harap memberikan dukungan.

2.jika membaca secara offline, bisa memberi boomvote setelah online.

3.jika ada hal yang membuat kalian resah, tolong hubungi aku agar cepat di lakukan revisi pada cerita.

4.Semoga kalian tak keberatan untuk memberi ku semangat!

Unspeakable ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang