20200818

29 1 0
                                    

Hari ini kontrol pertama Mamah. Kondisi Mamah sedikit mengkhawatirkanku karena kondisinya sempat menurun.

Batuk yang tidak berhenti, sesak yang bertambah parah, dan kemungkinan cairan yang kembali ada merendan sebagian paru-parunya.

Kami pergi ke rumah sakit swasta itu kembali pada matahari ingin bergantian jaga dengan bulan. Jadwal dokternya memang dimulai sore hari, maka dari itu kami mengikuti jadwal yang sudah ada.

Notifikasi ponsel genggamku ramai. Ada yang ingin berkunjung menjenguk Mamah di waktu yang tidak tepat. Itu teman-teman yang kukenal saat menjadi relawan lalu.

Niatnya memang untuk bertamu di rumah, tapi tidak memungkinkan waktu yang ada karena setelah maghrib, kami masih ada di rumah sakit.

Diputuskan teman-temanku menyusul ke rumah sakit. Serius, selama aku menunggu mereka, aku sempat khawatir jika nanti mereka tidak mampu bertemu Mamah karena dipanggil ke dalam ruangan. Ada perasaan tidak enak ketika mereka ingin menjenguk tapi yang dijenguk tidak ada wujudnya.

Sayangnya, sampai teman-temanku datang, berbicara sebentar basa-basi dengan Mamah dan mereka langsung pulang. Mamah belum juga dipanggil.

Astaga, aku tidak habis pikir. Aku semoat melihat ruangan itu dimasuki oleh beberapa perawat dan orang yang memakai kemeja kemudian dari ruangan itu terdengar gelak tawa dan obrolan ringan.

Lah, sialan. Itu bukan pasien? Atau kerabat dekathya? Tapi apapun itu, membuat pasien menunggu lama ketika waktu kontrol sudah di waktunya sangatlah tidak profesional. Aku tidak mengerti tentang dunia medis, tapi benar 'kan itu tidak sopan dan profesional? Apa aku salah?

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya nama Mamah dipanggil juga. Kakak yang menemani. Singkat cerita pemeriksaan mereka tidak membutuhkan waktu yang begitu lama. Kurang lebih aku menunggu tiga puluh menit di ruang tunggu.

Aku mendengarkan cerita kakakku yang menemani Mamah di dalam. Sesekali bertanya ke Mamah untuk memastikan apa itu benar atau salah.

Dari cerita kakakku, dokter percaya bahwa cairan di paru-paru Mamah tinggal sedikit tanpa bukti rontgen terbaru. Karena jika tbc setelah diberi obat secara teratur akan sembuh dengan sendirinya. Sementara Mamah yang merasakan tubuhnya sendiri, percaya jika di dalam paru-parunya ada cairan.

Pada akhirnya kita pulang hanya membawa obat-obat yang akan dikonsumsi selama dua minggu ke depan selagi menunggu kontrol selanjutnya.

Oh, soal hasil cairan itu. Di kertas mengatakan jika hasilnya tidak ada sel kanker atau tumor di sana. Ah, aku tidak tahu pasti bagaimana menjelaskannya dengan mudah, tapi intinya cairan itu tidak berasal dari kanker atau tumor yang menghinggapi tubuh Mamah.

Aku bersyukur saat tahu kabar itu. Berarti Mamah bersih dari tumor maupun kanker.

Aku bersyukur.

-
-
-

Sekian cerita hari ini. Terima kasih sudah membaca dan maaf jika ada salah kata. See you!✨

Pesan untuk MamahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang