20201002

13 1 0
                                    

Mam, detik ini rasanya aku mau nangis, teriak, marah, dan takut. Bodoh banget ya, aku? Udah tahu lagi jagain Mamah, harusnya bisa ngehindarin masalah yang bakalan membuat sulit di masa depan. Tapi masalah itu datang begitu aja, Mam.

Nggak. Itu tetap salahku karena nggak jaga omongan dan etika. Aku benar-benar takut kalau orang itu beneran datang ke rumah dan malah ganggu pikiran Mamah. Bahkan saat aku harus cerita ke Mamah, aku takut, Mam.

Aku bahkan sampai harus ngomong, "Aku mau cerita, biar Mamah tahu aku ada masalah sama siapa dan jaga-jaga kalau orang itu tiba-tiba datang ke rumah. Aku nggak mau bikin Mamah kepikiran sama masalah aku. Jadi, Mamah dengerin aja, ya?"

Masalahnya sepele 'kan, Mam? Sepele banget, dua-duanya salah, walau aku ngerasa, aku yang salah. Karena kalau aku nggak sok-sokan, mungkin masalah ini nggak ada. Aku bodoh banget, tolol, masih suka kebawa emosi. Aku ini kenapa sih, Mam?

Saking takutnya, aku sampai ngehubungin sahabat-sahabat aku buat jagain Mamah sama adik-adik di rumah. Aku takut, beneran takut kalau ada orang yang datang ke rumah dan mencak-mencak yang malah nambah pikiran Mamah. Padahal Mamah harusnya fokus buat kesembuhan Mamah aja.

Mam, rasanya campur aduk, Mam. Pusing, mual, mau muntah, takut, cemas, melilit di perut, rasanya jadi satu. Dan rasanya benar-benar nggak enak. Aku bahkan nangis nggak karuan di samping Mamah karena perasaan yang benar-benar menggangguku.

Mamah bilang aku stres, bisa jadi, Mam. Aku mau istirahat seperti yang dibilang Mamah, tapi nggak bisa. Perasaan itu malah makin buat aku nggak bisa tidur. Cemas aku, Mam.

Mam, maaf, ya? Gara-gara aku Mamah jadi harus dengerin masalah lain. Maaf, Mam.

Maafin aku.

-
-
-

Sekian cerita hari ini! Terima kasih sudah membaca dan maaf jika ada salah kata. See you!✨

Pesan untuk MamahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang