Kondisi Mamah gak begitu bagus. Aku bingung, Mam.
Malamnya, Teteh ngabarin kalau Mamah ngeracau berbagai macam kata-kata yang tidak masuk akal.
"Ingin sekolah," katanya.
"Bikin Mamah sadar," Tiap Mamah ingin kembali tidur.
"Mamah takut, ada hantu," Setelah melihat bayangan anak kecil di depan Mamah, sepengakuannya.Mam, kenapa jadi begini?
Mana yang katanya yang kepingin tinggal selamanya di Bandung?
Mana yang katanya yang mau jalan-jalan setelah sembuh?
Mana yang katanya bakalan semangat pas dipindah di Bandung?
Mana yang katanya bakalan nemenin aku sampai sukses?Mam, aku mau egois. Untuk kali ini aja aku egois.
Aku masih mau, pembukaan cafe yang pertama kali ada Mamah.
Aku masih mau, ketika aku diterima di universitas, Mamah yang pertama kali dengar beritanya.
Aku masih mau, ketika aku sukses nanti, Mamah masih nemenin aku.
Aku masih mau, ketika aku lulus nanti, Mamah yang nemenin aku.
Aku masih mau, Mamah di samping aku.Ayo, Mam. Berjuang. Lawan penyakitnya, jangan kalah sama penyakitnya.
Aku mau nanti kita berdua aja nikmatin masa-masa bahagia nanti, Mam. Kayak waktu aku ajak Mamah nonton bioskop, berdua. Seru, 'kan, Mam?
Ayo, sadar, Mam. Berjuang lawan penyakitnya.
Demi apapun yang ada di dunia, Mam. Aku mau egois, tapi di lubuk hatiku aku mau ikhlasin kalau Mamah begitu kesakitan. Aku gak tega ngeliat Mamah begini.
Udahan, ya, Mam? Udahan...
-
-
-Sekian cerita hari ini! Terima kasih sudah membaca dan maaf jika ada salah kata. See you!✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan untuk Mamah
Non-FictionSebuah kata-kata yang berubah menjadi kalimat memenuhi notes Sebuah kata-kata yang ingin disampaikan namun tidak mampu karena gengsi Sebuah kata-kata yang mewakili perasaanku Sebuah kata-kata yang berubah menjadi pesan untuk Mamah Copyright© AMPARPE...