Nat menatap hampa pada dekorasi gedung yang dihias dengan sedemikian rupa. Pernikahan yang sudah direncanakan dari jauh-jauh hari harus batal dikarenakan calon mempelai pria memilih kabur dengan wanita lain.
Nat tentu saja merasa hancur tidak hanya perasaannya, tapi juga setengah hidupnya hancur berantakan akibat ulah laki-laki tidak bertanggung jawab itu. Terlebih lagi, saat ini keluarga Nat juga harus menanggung malu.
Nat menatap mama dan papanya yang tampak sedih. Kemudian tetes demi tetes air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya keluar membentuk dua aliran membasahi pipinya yang tertutup make up.
"Ma, Pa," ucapnya lirih.
"Nat."
Azmi yang tidak tega melihat putrinya tampak hancur segera menghampiri putrinya dan memeluknya dengan erat. Begitu juga dengan Rudi yang menghampiri istri dan anaknya, kemudian memeluk mereka dengan perasaan hancur.
"Maaf," bisik Nat. "Aku buat keluarga besar kita malu, Ma, Pa."
Hancur sudah perasaan Azmi mendengar ucapan putrinya. Putrinya tidak bersalah. Dia juga merupakan korban dari keegoisan laki-laki itu. Laki-laki tidak bertanggung jawab yang lari di hari pernikahan mereka.
"Nat enggak salah, kok, Sayang. Jangan sedih, ya. Setidaknya Tuhan enggak menjodohkan kamu dengan laki-laki yang enggak bertanggung jawab seperti Riko. Mama berharap dan berdoa dengan tulus, semoga kamu bisa mendapatkan jodoh yang terbaik dari Tuhan." Ucapan tulus dari Azmi tentu saja disambut dengan hangat oleh Nat. Tidak ada yang tahu jika laki-laki yang ia pacari hampir setahun ini tiba-tiba meninggalkannya di hari pernikahan mereka.
"Terima kasih, Ma. Mama enggak marah dengan Nat 'kan?" Gadis itu melepaskan pelukannya dari sang mama dan papanya kemudian menatap mereka dengan air mata berlinang.
Rudi yang melihat putrinya seperti ini, merasa hancur. Pria itu sebagai ayah tidak pernah menyakiti putrinya dari kecil sampai sebesar ini. Namun, tidak menyangka jika putri yang selama ini ia jaga dengan baik, justru dihancurkan oleh laki-laki lain.
"Nat enggak salah. Mama dan papa enggak akan marah. Ini semua sudah takdirnya. Benar kata mama, mungkin ini jalan Tuhan untuk menunjukkan yang terbaik untuk kamu." Rudi mengusap airmata putrinya. "Kamu lupakan laki-laki tidak bertanggung jawab itu. Sekarang, kita pulang ke rumah dan berdoa semoga kamu diberikan kebahagiaan berlipat ganda."
"Iya, Pa."
Nat bersama kedua orangtuanya melangkah keluar dari gedung di mana akad nikah akan dilaksanakan. Tamu undangan sebagian sudah pulang dan sebagiannya lagi masih berada di gedung untuk menonton drama yang terjadi pada Nat dan keluarganya.
Sesampainya di luar gedung, sudah ada dua orang pria dengan setelan jas yang menyambut Nat dan kedua orang tuanya.
"Sister, entah Kakak mau sedih atau senang dengan kejadian hari ini. Kakak senang akhirnya kamu enggak jadi menikah dan meninggalkan kami. Tapi, juga sedih karena melihat kamu sedih seperti ini," ujar Bisma.
Bisma merupakan Kakak tertua Nat yang saat ini sudah berusia 28 tahun. Sementara di samping Bisma ada sosok Nicholas yang merupakan kembaran Nat.
"Abang juga bahagia kamu enggak jadi menikah dengan laki-laki seperti Riko. Sebagai perayaan, Abang bakal ajak kamu makan-makan di restoran mewah."
Satu pukulan mendarat di pundak Nicholas berasal dari Azmi yang langsung melotot menatap putranya.
"Kamu ngomong yang bikin adik kamu sakit hati, Mama akan cari calon suami yang baik untuk Nirina."
Nicholas tentu saja melotot tidak terima dengan ucapan ibunya. Nirina adalah satu-satunya pujaan hati Nicholas yang akan dia jadikan istri kelak.
"Mama ancamannya begitu terus. Lelah hati Adek, Ma."
Nicholas mendengus dengan kedua tangan diletakkan di dadanya. Pria itu menampilkan ekspresi wajah melas membuat Azmi memutar bola matanya.
"Ayo, kita pulang. Enggak enak lama-lama di sini." Rudi yang sadar akan situasi putrinya yang saat ini sedang dalam masa terpuruk segera membawa keluarga kecilnya untuk pulang ke rumah. Hari ini merupakan hari yang paling melelahkan karena kejadian yang menimpa keluarga mereka.
Sesampainya di rumah, Nat segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan menangis terisak seorang diri di dalam kamar tanpa mengganti pakaian.
Menyadari jika putrinya tidak bisa ditinggal seorang diri dalam kondisi seperti ini, Azmi segera masuk ke dalam kamar putrinya dan merasa sakit hati mendengar tangis putrinya yang begitu menyayat hati.
Azmi menghampiri putrinya kemudian mengusap kepala Nat dengan lembut.
"Mama yakin, putri Mama ini pasti kuat. Putri Mama bukan perempuan lemah, Sayang. Hari ini Mama izinkan kamu menangis, tapi besok, tolong berhenti, ya, Sayang. Mama merasa terluka karena anak kesayangan mama menangis."
Tanpa sadar Azmi juga meneteskan air matanya menyaksikan putrinya yang begitu terluka.
Nat segera mendudukan dirinya dan memeluk mamanya. "Mama jangan ikut menangis. Kalau mama ikut menangis, terus yang menguatkan Nat, siapa?" Gadis itu sesegukan dalam pelukan sang mama. Tidak tega melihat mamanya menangis karena melihat dirinya.
"Makanya, Nat harus berhenti menangis biar mama enggak menangis juga. Iya, Sayang?"
Dalam pelukan Azmi, Nat menganggukkan kepalanya. Pikirnya dalam hati jika saat ini ia bisa menunda untuk menangis dan akan melanjutkan tangisannya saat malam tiba.

KAMU SEDANG MEMBACA
KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)
AcakCover bye @aimeeAlvaro Nathalya Silvia. gadis cantik 24 tahun ditinggal menikah oleh kekasihnya tanpa kepastian. Keluarga Nat--sapaan akrabnya-- yang masih percaya mitos di keluarga besar mereka mendesak Nat untuk segera menikah dan mencari suami...