Chapter 4 : Psychopath Boy's
•••
"Haruskah aku?" ucap Kim Bum sambil memainkan pisau lipat di tangannya.
"Mainanmu. Habisi saja dia." ucap Wo Bin acuh, setelah itu ia beranjak dari tempatnya keluar dari ruang eksekusi.
Kim Bum tertawa renyah lalu kembali menatap Nacy yang sedang menangis ketakutan. "See? Tidak ada yang bisa menolongmu, nona."
Nacy menggeleng, ia kembali berkata. "Tidak, k-kumohon maafkan aku."
"Memaafkanmu? Sepertinya tidak." jawab Kim Bum dengan kekehan. "Baiklah, aku harus memulainya dari mana?" ucapnya sambil mengamati seluruh tubuh Nacy.
"Tangan? Ya, tangan. Karena tangan ini sudah menampar adikku bukan?" ucap Kim Bum dengan seringaian berjalan menghampiri Nacy.
Nacy menggeleng. "Ti-tidak, tidak maafkan ak— Aarghh!" Teriakan Nacy terdengar saat Kim Bum menancapkan pisau kesayangannya di telapak tangan itu. Tangan Nacy langsung menyatu dengan bangku kayu seperti di paku. "Akh!" Nacy kembali berteriak saat Kim Bum mencabutnya begitu saja.
"Bagaimana? Menyenangkan, nona? Ah, ini hanya pemanasan."
"Hiks, m-maafkan aku." lirihnya. "A-aku minta maaf. Hiks kumohon maafkan aku..."
"Ck, berisik." decak Kim Bum kesal. Ia lalu beranjak dari tempatnya untuk ke perapian guna memanaskan pisaunya di bara api. Melihat itu Nacy semakin bergetar.
"Kumohon maafkan aku hiks!" teriaknya.
Kim Bum tak menanggapi, ia malah terkekeh mendengar permohonan maaf itu. "Ya, teriak sebisamu. Ku pastikan kau tidak akan bisa teriak lagi." ucapnya masih memanaskan pisau kesayangannya.
Setelah pisau itu berubah menjadi kemerahan, Kim Bum menyudahi acaranya. Ia beralih mengambil sebuah kotak kecil. Setelah itu ia berjalan ke arah Nacy dengan smirik khasnya.
"Tidak..." Nacy menggeleng brutal.
Kim Bum mengangkat bahu acuh lalu mengambil benda yang ada di dalam kotak. Apa itu? Garam dan jeruk nipis?
"A-apa yang kau lakukan?"
"Tentu saja untuk mu." jawab Kim Bum enteng. Ia lalu memotong jeruk nipis itu menjadi dua bagian lalu memerasnya cairannya di atas tangan yang sudah luka? Oh tidak.
"J-jangan lakukan itu." ucap Nacy menggeleng. Ia terus meronta, tapi tetap saja percuma, dirinya di ikat dengan rantai. "Aargh!!"
Nacy berteriak saat Kim Bum memeras jeruk nipis itu di atas lukanya. Ia terus berteriak saat Kim Bum terus-terusan memeras jeruk nipis itu. Kim Bum beralih menyayat kedua tangan Nacy menggunakan pisau yang baru ia bakar. Nacy sudah tidak bisa meronta, tenaga nya sudah habis.
"B-bajingan gila..." umpat lirih Nacy saat merasakan pisau itu seperti memanggang kulitnya.
Kim Bum tersenyum lalu menjawab. "Itu memang julukanku."
Setelah melihat tangan Nacy yang terbakar, Kim Bum mengambil garam. Tanpa pikir panjang ia langsung menaburkan garam itu ke tangan Nacy yang sudah terbakar.
"He-hentikan.. keparat.." ucapnya susah payah membuat Kim Bum menyeringai,
"Bagus, sudah sekarat pun kau masih bisa mengumpatiku."
"B-bunuh saja aku, hiks." lirih Nacy, sungguh ia merasa sudah seperti di akhir hidupnya.
"Bunuh?" ucap Kim Bum seperti sedang berfikir. "Sepertinya bagus. Baiklah, karena itu keinginan mantan calon kakak iparku.. aku akan membunuh mu." Kim Bum lalu mencampurkan pisaunnya dengan racun.
Teriakan terakhir Nacy menggelegar karena sekali gerakan Kim Bum menancapkan pisau di leher wanita itu.
"Membosankan." Gumam Kim Bum, ia lalu memandang Nacy yang tengah sekarat dengan pisau menancap di leher.
Mulut wanita itu terus mengeluarkan darah, dan mata yang memandang nyalang Kim Bum. "Kau marah?" tanyanya dengan senyum.
Nacy? Ia sudah tak bisa berbuat apa-apa, untuk berbicara saja tidak bisa. Lambat laun tubuh Nacy mengejang, Kim Bum tersenyum puas lalu meninggalkan wanita yang tengah sekarat itu begitu saja.
"Kurang menyenangkan."
•••
Sedangkan di kamar Taehyung, ia sedang menikmati elusan sang hyung dengan paha Wo Bin sebagai bantalan. Wo Bin sengaja agar Taehyung tertidur lagi. Tubuh anak itu panas, tapi tidak sampai demam.
"Baby, tidurlah..." ucapnya lembut, Taehyung mengangguk lalu mendongak menatap hyung nya dengan mata sayu.
Wo Bin tersenyum lalu berkata. "Kenapa?"
"Bum-ie Hyung?"
Setelah mengatakan itu, tak lama Kim Bum datang dengan membawa segelas susu hangat. "Baby.." ucapnya membuat Taehyung langsung memandang kakak keduanya.
"Hyung..."
Kim Bum tersenyum lalu mendekati adiknya, di usapnya kening sang adik. "Sedikit panas." gumamnya. "Taetae, minum susumu. Nanti malam kalau tubuhmu tidak panas hyung janji akan bawa kau bermain ke Lotte World."
Mata Taehyung berbinar cerah. "Benarkah?"
"Tentu." jawab Kim Bum.
Taehyung lalu mengangguk antusias. Kim Bum menyerahkan susunya, tanpa perintah dua kali Taehyung langsung meneguk susu itu sampai tandas membuat kedua orang dewasa di sana tersenyum.
"Tidur ne, supaya nanti malam bisa ke Lotte World." ucap Wo Bin.
Taehyung mengangguk, ia langsung merebahkan dirinya dan Kim Bum menyelimuti sang adik sebatas bahu. Setelah melihat Taehyung terlelap, Wo Bin dan Kim Bum langsung keluar dari kamar.
"Sudah mati?" tanya Wo Bin sambil menutup pintu kamar adiknya.
"Mungkin." jawab Kim Bum acuh, ia lalu berjalan begitu saja.
"Haruskah aku melihatnya?" monolog Wo Bin. "Menjijikan." desis nya, ia langsung berjalan tak tantu arah.
.
.
.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family Is Psychopath : The Family Secret
Fanfiction▪︎The Family Secret ▪︎ SK Group, siapa yang tak kenal nama perusahaan atau konglomerat terbesar ketiga di Korea Selatan setelah Samsung dan Hyundai. Tak terkecuali pimpinan perusahaan tersebut, Kim Nam Gil. Sosok yang dikenal tegas dan disegani. Di...