Kita terikat oleh takdir yang penuh misteri.
"Risa? Kenapa kamu ada di sekolahku?" Zeva terkaget-kaget saat melihat sahabatnya yang seharusnya sudah mati ada di depannya. Ia menggunakan sweater bergambar mawar hitam dan anting-anting mawar hitam di telinga kirinya. Pakaian itu juga yang ia kenakan saat hari kematiannya.
"Selama ini, aku sudah bersikap sangat baik denganmu. Tapi, hanya karena satu kesalahan kecil, kamu membenciku lalu membunuhku. Kamu jahat!" teriak Risa. Tatapannya kosong. Ia tak menghiraukan pertanyaan Zeva sebelumnya.
Zeva yang sangat jarang menangis kini mengeluarkan air matanya. "Risa, aku sungguh minta maaf. Aku selalu merasa bersalah karena sudah...."
"Rasa bersalahmu tidak bisa mengubah apapun!" potong Risa. Makin lama, ia makin mendekat ke arah Zeva. Meskipun bingung kenapa Risa ada di sekolahnya, terlebih lagi di kelasnya, Zeva merasa harus segera lari dari sini. Ia membuka pintu kelas lalu berlari sekencang-kencangnya.
"Kamu jahat!" Risa terus meneriakkan kata itu sambil mengejar Zeva.
Tiba-tiba Zeva merasa kakinya mati rasa. Langkahnya terhenti tepat di depan tangga. Risa yang masih sanggup berlari terus mengejarnya.
Kini, Risa sudah ada di depannya. Wajah Risa benar-benar mengerikan. Selama Risa hidup, ia selalu baik kepada Zeva. Sangat baik malah. Zeva tidak pernah melihat Risa semarah ini. Hal yang sudah Zeva lakukan benar-benar keterlaluan hingga membuat Risa marah.
"KAMU JAHAAATTT!" Risa berteriak sekencang-kencangnya sampai telinga Zeva terasa berdengung. Lalu, ia mendorong Zeva ke arah tangga.
Brukkk
Zeva jatuh berguling-guling di anak tangga. Ia menutup matanya rapat-rapat. Saat ia membuka mata, dirinya sudah berada di anak tangga paling bawah. Tapi, tangga ini bukanlah tangga yang ada di sekolahnya.
Meskipun kepala Zeva terasa sangat pusing, ia berusaha bangkit. "Aku ada di rumah?" ia bertanya pada dirinya sendiri. Saat melihat langit, hari masih sangat gelap. Zeva berada di halaman rumahnya sekarang. Ia barusan jatuh berguling-guling di tangga teras rumahnya. Pintu rumah yang sebelum tidur sudah ia kunci kini terbuka lebar.
Bulu kuduk Zeva langsung berdiri. Ia sadar dirinya baru saja mengalami sleepwalking. Dulu, ia pernah menderita penyakit ini. Tapi, yang ia tahu selama satu setengah tahun terakhir dirinya sudah sembuh. Ia sudah tak pernah konsultasi ke dokter dan meminum obat lagi.
Walaupun perasaannya masih sangat kacau, Zeva buru-buru masuk ke dalam rumah. Ia kembali mengunci pintu. Saat ia menoleh ke jam dinding di ruang tamu, jarum jam menunjukkan pukul dua pagi.
***
"Lo ke mana kemarin?" tanya Vira begitu melihat Zeva masuk ke kelas.
"Gue ke wc karena sembelit." Jawab Zeva asal.
Vira menimpuk kepala Zeva dengan buku paket ekonomi. "Kenapa lo nggak ngabarin Pak Gibran? Dia nyariin lo. Jangan cari masalah kek sama guru killer itu. Gue juga yang kena. Nilai ekonomi gue kemarin pas-pasan, apalagi sekarang. Bisa-bisa gue nggak naik kelas!" omel Vira panjang lebar.
Zeva tertawa pelan. Vira lebih cerewet dibanding mamanya sendiri. Walaupun Vira tidak mengatakan secara langsung, Zeva tahu sahabatnya itu mengkhawatirkan dirinya yang menghilang kemarin. "Gue udah menang taruhan kan kalau Pak Gibran sampai segitunya nyariin gue?"
"Nggak. Paling Pak Gibran nyariin buat marahin lo." Vira menggelengkan kepalanya.
"Sial!" umpat Zeva. Apa sangat jelas terlihat kalau Gibran tak suka dengannya?
![](https://img.wattpad.com/cover/242313980-288-k26046.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Secret [Akan Diterbitkan]
Teen Fiction"Kamu sebenarnya ke sekolah untuk mengejar masa depan atau mengejar saya?" tanya Gibran sarkastis. "Bapak kan masa depan saya." Jawab Zeva. *** Zevanya Fidelya adalah gadis kelas dua SMA yang terlihat sempurna di mata orang lain. Ia cantik, pintar...