Semakin unggul orangnya, semakin gelap rahasia yang disimpannya.
"Zev, lo cantik banget hari ini." Ucap Keenan, membuyarkan lamunan Zeva. Bisa dibilang Zeva adalah cewek most wanted di SMA Better Future. Ia cantik, pintar, unggul dalam semua hal, dan berasal dari keluarga menengah ke atas.
"Jadi, kemarin gue nggak cantik?" protes Zeva sambil menoleh ke Keenan dengan malas. Lalu, ia kembali fokus dengan baksonya seolah-olah bakso itu jauh lebih menarik dibanding cowok yang sedang ada di hadapannya. Padahal, Keenan sendiri tak kalah populer dibanding Zeva. Keenan itu tampan. Ia adalah anak tunggal direktur salah satu rumah sakit swasta. Keenan mewarisi otak cemerlang kedua orang tuanya yang merupakan dokter.
Keenan menyerngitkan dahinya, bingung. Tapi, ia cepat-cepat menjawab. "Cantik juga. Tapi, hari ini lebih cantik. Lo itu cantiknya bertambah tiap hari." Gombal Keenan.
"Kalau itu, gue udah tahu. Gue kan tiap malam pake skincare mahal jadi makin lama muka gue makin glowing." Ujar Zeva dengan entengnya. Ia tak peduli dengan ekspresi Keenan yang sedikit berubah.
Mulai kumat nih anak, Vira yang duduk tepat di sebelah Zeva menepuk dahinya sendiri. Ia paham betul penyakit narsis yang diderita sahabatnya itu.
"Siang nanti temenin gue ke toko buku, ya? Gue mau cari buku kumpulan soal-soal ujian masuk universitas," ajak Keenan. Ia meneguhkan tekadnya supaya berhasil mengajak Zeva jalan hari ini. Ajakan Keenan sebelumnya, mulai dari nonton di bioskop hingga menjenguk neneknya di rumah sakit selalu berakhir gagal. Zeva selalu menolak ajakannya.
Yang terakhir, Zeva menerima ajakan Keenan untuk menjenguk neneknya di rumah sakit. Niat Keenan hanya ingin pergi berduaan saja dengan Zeva. Sayangnya, gadis itu juga mengajak seluruh teman sekelasnya untuk menjenguk nenek Keenan.
"Perpustakaan sekolah kita kan banyak buku kayak gitu. Jangan buang-buang duit yang susah payah dicari orang tua lo buat hal yang nggak perlu banget dibeli." Omel Zeva.
Ah. Kali ini, cowok tampan itu juga gagal mengajak Zeva jalan. Ia sadar Zeva tidak menyukainya. Belum. Cepat atau lambat Zeva pasti akan balik menyukainya. Semua hal perlu waktu. Apalagi, untuk mendapatkan hati Zeva. Bagi Keenan, Zeva satu-satunya perempuan di sekolah ini yang sama hebatnya dengan dia. Hanya Zeva yang pantas bersama Keenan.
"Benar juga," Keenan nyengir. Ia merasakan tatapan iba dari dua orang sahabat Zeva, Vira dan Kiran. "Gue cari dulu deh di perpustakaan. Kalau nggak ada, lo harus temenin gue ke toko buku, ya." Keenan masih belum menyerah mengajak Zeva jalan.
Gadis itu hanya mengangguk singkat lalu kembali melahap bakso yang ada di depannya. Kalau nggak ada, gue bikin tuh buku tiba-tiba ada di perpustakaan. Zeva berniat dalam hati.
Setelah punggung Keenan tak terlihat lagi, Zeva tersenyum penuh arti. Ia meletakkan tangannya di depan wajah Vira dan Kiran. "Mana taruhannya? Gue udah menang dari kalian sejak awal. Nggak akan ada cowok yang bisa nolak pesona gue, termasuk cowok paling ganteng dan pintar di sekolah ini." Zeva tertawa puas.
Sebulan yang lalu, Zeva sengaja menumpahkan jus jeruk di baju Keenan. Hal itu dilakukannya supaya Keenan sadar ada seorang Zeva yang cantik, pintar, dan gaul di muka bumi ini. Seperti yang sudah diperkirakan Zeva, mulai hari itu Keenan selalu memperhatikan dirinya. Keenan mengiriminya chat tiap hari dan berusaha mengajak Zeva untuk jalan.
Kiran yang sudah menduga Zeva akan menang sudah mempersiapkan taruhannya. Ia mengeluarkan selembar tiket konser dari dompetnya. Sementara itu, Vira masih menggerutu. Ia masih tak percaya kakak kelas mereka yang tampan itu mengejar-ngejar Zeva walaupun tak pernah dipedulikan.
"Vir? Lo masih nggak percaya Keenan suka sama gue? Apa perlu gue pancing dia buat nyatain perasaannya yang bakalan gue tolak?" tanya Zeva pada sahabatnya yang satu itu.
Vira mengendikkan bahunya. "Iya, iya, gue percaya. Mulai hari ini sampai sebulan ke depan, gue bakal bayar makanan lo di kantin." Vira menyebutkan kembali taruhannya sebulan yang lalu.
"Siapa sih cowok yang nggak takluk sama cewek secantik dan sekeren gue? Followers instagram gue aja udah 50 K. Kalau anak presiden kenal sama gue, pasti gue udah jadi mantu presiden sekarang. Cowok yang nggak takluk sama gue itu belum sadar aja ada gue di muka bumi ini." Lagi-lagi Zeva tertawa puas. Ia mengatakan hal itu dengan sangat menggebu-gebu.
Vira hanya geleng-geleng kepala, sudah biasa melihat sahabatnya yang satu itu 'kumat'. Kalau obat untuk penyakit narsis sudah ditemukan, Vira akan menjadi orang pertama yang membelinya.
"Ada yang nggak bisa takluk sama lo," celetuk Kiran sambil melipat kedua tangannya. Vira langsung menatap tajam Kiran. Tatapannya seperti berbicara 'Udah, Kir. Sebulan yang lalu kita juga bilang gitu. Mau lo kalah taruhan lagi? Bisa habis tabungan gue!'.
Seolah mengerti maksud tatapan Vira, Kiran menambahkan lagi. "Cowok yang satu ini ... gue benar-benar yakin dia nggak bakal bisa lo taklukin, Zev. Kalau Kak Keenan sih, dari awal gue juga udah tahu dia bakal naksir sama lo."
"Siapa? Anak presiden? Artis korea?" Tingkat kekepoan Zeva sudah di ubun-ubun. "Gue jitak kalau yang lo maksud itu Lee Min Ho!"
"Bukan. Dia ada di dekat kita," tegas Kiran, membuat Zeva makin penasaran. Vira pun jadi ikut penasaran. Siapa sih cowok yang dimaksud Kiran? Kalau Keenan yang berlabel murid paling ganteng dan pintar di sekolah ini sudah berhasil Zeva taklukan, sudah jelas yang lain bisa dengan mudah ditaklukan Zeva.
"Woi! Cepetan! Lo kira kita lagi ada di ending sinetron?!" Air ludah Zeva sampai muncrat ke tangan Vira.
"Pak Gibran, guru ekonomi kita."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Secret [Akan Diterbitkan]
Ficção Adolescente"Kamu sebenarnya ke sekolah untuk mengejar masa depan atau mengejar saya?" tanya Gibran sarkastis. "Bapak kan masa depan saya." Jawab Zeva. *** Zevanya Fidelya adalah gadis kelas dua SMA yang terlihat sempurna di mata orang lain. Ia cantik, pintar...