Chapter 30

5K 317 67
                                    

Hal yang paling kutakutkan adalah tidak ada seorang pun yang percaya denganku.


"Apa? Acara meet and greet saya dibatalin?!" tanya Zeva tak percaya. Tadi sore ia mendapat telepon dari event organizer yang mengurus acara bertajuk 'satu hari bersama selebgram hits @zevanya'. Zeva kira mereka akan mengajaknya berdiskusi mengenai konsep acara, tapi ternyata mereka malah menyampaikan pembatalan acara.

"Mohon maaf sekali ya, Mbak," ntah sudah berapa kali Siska, salah seorang panitia acara, meminta maaf kepada Zeva.

"Gimana ini? Saya udah promosiin acaranya ke instagram, twitter, dan youtube pribadi saya. Fans saya bakal kecewa berat kalau acara ini batal." Marah Zeva.

"Maaf, Mbak, untuk fans yang sudah terlanjur membeli tiket akan kami hubungi. Mereka akan diberi dua pilihan; refund atau dialihkan ke acara 'satu hari bersama queen of beauty @rachelveronica'." Jelas Siska sesopan mungkin.

"Apa? Rachel Veronica?" Zeva memastikan telinganya tak salah dengar. "Model majalah yang sekolah di SMA Better Future?"

"Ah, iya, dia lagi naik daun, Mbak," Siska mengucapkan hal itu dengan sangat bangga. "Bukannya satu sekolah sama Mbak Zeva?" tanya Siska excited.

Zeva mengabaikan pertanyaan Siska. "Jadi, acaranya nggak dibatalin tapi pengisi acaranya aja yang diubah?" kata Zeva emosi.

"Ah, itu..." Siska kelihatan bingung mau menjelaskan bagaimana. Ia serba salah. Bagi event organizer, tentu lebih menguntungkan mengundang influencer yang sedang naik daun.

"Ya udah, jangan nyesal kalau acaranya sepi." Cibir Zeva. Dengan kesal, ia meninggalkan Siska yang sedang melongo kebingungan.

Zeva merasa dirinya sedang sial akhir-akhir ini. Kemarin, ia 'ditolak' Gibran secara tak langsung. Hari ini, acara miliknya malah menjadi acara milik Rachel.

Karena penasaran, Zeva mencari akun instagram Rachel. Rupanya, followers Rachel dua kali lipat lebih banyak dari Zeva. Rachel mengenakan pakaian terbuka di hampir seluruh postingannya.

Orang-orang belum tahu aja sifat asli nenek lampir ini, batin Zeva sambil memikirkan berbagai cara untuk menurunkan citra Rachel.

"Astaga! Baterai hp gue habis padahal gue belum pesen grab!" Zeva menepuk dahinya sendiri saat layar ponselnya mendadak mati. Sebenarnya, Zeva bisa saja masuk lagi ke dalam cafe lalu meminjam hp Siska. Tapi, ia harus menjaga harga dirinya. Gue kan lagi ngambek nih ceritanya, pikir Zeva.

Zeva pun memilih jalan yang rumit. Ia berjalan kaki ke jalan utama untuk mendapatkan taksi. Saat itu, Zeva sama sekali tidak terpikir si Misterius akan mengikutinya. Kewaspadaan Zeva menurun karena sedang kesal dengan event organizer yang telah mengganti acara.

Beberapa menit berjalan kaki, Zeva sadar ada langkah kaki lain di belakangnya. Untuk mengecek apa orang itu benar-benar mengikutinya atau tidak, Zeva memilih jalan memutar. Ternyata, langkah kaki itu... masih mengikutinya.

Zeva berjalan lebih cepat. Orang di belakang Zeva pun juga berjalan lebih cepat seolah-olah ingin menyeiramakan langkah kakinya.

Karena ketakutan, Zeva berlari sekuat tenaga. Si Misterius pun berlari tak kalah kencang. Mereka berdua berkejar-kejaran.

Zeva ingin berteriak tapi si Misterius nyatanya tidak melakukan apa-apa padanya. Ia tidak melukai atau mencuri sesuatu dari Zeva. Bagaimana jika Zeva berteriak lalu si Misterius berkata ia tidak melakukan apa-apa? Semuanya hanya perasaan Zeva. Hal yang paling ditakuti Zeva bukan saat diteror, tapi saat semua orang tidak mempercayai apa yang dikatakan Zeva.

"Zeva! Apa yang sudah kamu lakukan pada adikmu?!" bentak Sinta. Ia terlihat sangat marah. Zeva belum pernah melihat mamanya semarah ini.

"A-aku nggak se..ngaja," jawab Zeva terbata-bata. Ia sungguh takut sesuatu terjadi pada Zena. Apalagi, sesuatu itu karena ulah Zeva.

"Zeva lagi sakit, Ma. Kan sudah dibilang Dokter Rudi kalau Zeva itu mengidap sleepwalking. Dia nggak sadar apa yang dia lakukan saat tidur." Toni berusaha menenangkan Sinta sekaligus memberi pengertian kalau Zeva tidaklah bersalah.

Sinta menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Dia pasti sengaja numpahin air panas itu ke wajah adiknya!" tuduh Sinta.

"Dia nggak sengaja kesenggol air panas itu!" seru Toni. "Air panas itu kan memang selalu kita siapkan di termos dekat tempat tidur Zena." Suara Toni sedikit meninggi.

"Kamu mau tanggung jawab kalau wajah anak kita cacat seumur hidup?!" teriak Sinta pada suaminya. Beberapa orang yang lalu lalang terlihat kaget mendengar teriakan Sinta.

Zeva menangis. Orang tuanya bertengkar karena dirinya. Ia tak sanggup membayangkan wajah adik yang paling ia sayangi cacat seumur hidup dan itu semua karena ulahnya. Yang lebih menyedihkan lagi, Zeva tak bisa ingat apa yang sebenarnya ia lakukan pada adiknya. Ia tertidur saat itu.

Kata dokter, penderita sleepwalking tidak akan bisa mengingat apa yang dilakukan saat tidur. Sleepwalking sering kali muncul saat seseorang sedang stress atau depresi. Yang paling buruk di antara semua itu, gangguan sleepwalking tidak bisa disembuhkan. Kecuali, penyebab munculnya sleepwalking dihilangkan.

Dalam kasus Zeva, ia menderita sleepwalking sejak kematian Risa. Bisa dibilang rasa bersalahnya atas kematian Risa menjadi penyebab munculnya gangguan sleepwalking. Bagi Zeva, cara menghilangkan rasa bersalah itu adalah kembali ke masa lalu dan mengubah semuanya. Hal yang mustahil.

"Mama, maaf. Aku benar-benar nggak sengaja." Zeva berusaha berbicara sejelas mungkin agar Sinta percaya padanya.

"Mama nggak percaya sama kamu!" bentak Sinta.

"Ma, udah, kita lagi di rumah sakit." Sela Toni. Ia berusaha meredakan amarah Sinta.

Zeva mengelap air mata yang membuat penglihatannya kabur. Kenapa di saat seperti ini ia malah mengingat kejadian itu? Ah, ya, tadinya Zeva memikirkan apa yang paling ia takutkan; tidak ada orang yang percaya dengan dirinya.

Bahkan, orang yang melahirkannya sudah tidak percaya lagi dengannya. Lalu, siapa lagi yang bisa Zeva andalkan? Siapa yang bisa ia ceritakan mengenai si Misterius?

Karena nggak akan ada yang percaya sama gue, gue harus melawan sendiri si Misterius.

Zeva tiba-tiba berhenti berlari. Ia tak mau terus menerus lari dari si Misterius yang selama ini menerornya. Harusnya, ia yang mengejar dan menangkap si Misterius. "Berani-beraninya lo meneror gue!" teriak Zeva.

***


Cuma mau bilang, semuanya mulai terungkap di chapter-chapter setelah ini. Jadi, persiapkan hati, jiwa, dan jantung kalian wkwkwkw

See you very soon, guys!

Dark Secret [Akan Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang