~(Sebab ia selalu memuja Thomas, tetapi mengutuknya juga, kemudian memujanya, dan mengutuknya lagi dan berakhir memujanya.)~
.
.
.
[lanjutan chap 5]
Sore itu ketika Newt pulang dari ladang, ia menemukan Thomas masih sibuk menghadap meja bundar besar di tengah-tengah ruangan. Apa yang tampak sebagai komponen logam dan kompartemen seukuran kuku-kuku jari, bertebaran di meja.
Thomas hanya mengangkat kepala saat mereka bertemu pandang sekilas ketika Newt melangkahi pintu, sebelum kemudian dia menunduk lagi dan berkonsentrasi dengan kegiatannya.
Newt menyatakan masih karena pagi tadi sebelum berangkat, hal terakhir yang diingatnya adalah meninggalkan Thomas juga di depan meja bundarnya.
Kadang-kadang Vince memberinya tugas dobel. Thomas tak keberatan dengan itu. Sebab di luar tugas tetapnya sebagai pembangun, itupun dalam artian khusus; di mana Thomas menangani masalah yang berhubungan dengan elektronika━proyek jangka panjang; membangun pembangkit listrik untuk desa. Thomas memang senang menyibukkan diri bahkan ketika berada di rumah.
Beberapa minggu lalu Thomas berhasil membetulkan pemancar radio milik balai desa. Lalu sekitar tiga hari lalu ketika Newt membicarakan kamera analog butut yang mereka simpan sebelumnya, Thomas tiba-tiba terlonjak dari kursi, mata membelalak lebar seperti tengah kesurupan ide.
Itu adalah kamera milik umum juga, sebetulnya. Ditemukan oleh Minho━dari tumpukan barang rongsok yang diangkut dari kapal. Benda itu kemudian diserahkan pada Newt. Dan Newt ingat memberikan kamera tersebut pada Thomas ketika suaminya itu membicarakan sesuatu tentang foto jelek yang mereka simpan di atas meja di kamar. Mereka sempat memakai kamera itu sekali ketika Thomas menyeretnya berpose dengan setangkai bunga matahari di kebun samping rumah.
Akan tetapi, ketika kamera itu diperiksa kembali, ternyata sudah tidak bisa digunakan lagi. Alhasil, jadilah Thomas yang berkutat dari pagi hingga sore demi mengeksekusi ide baru itu. Dia hendak membongkar kamera untuk mempelajari komponennya, dan bila sanggup dia akan mencari bahan-bahan yang diperlukan untuk menduplikat kamera itu. Tentu setelah diperbaiki.
Newt hanya mengangkat bahu━pura-pura tertarik━ketika Thomas mengatakan idenya itu dengan semangat menggebu-gebu, karena ... ya ampun! Mereka mungkin bisa mendirikan pabrik benda elektronik. Astaga. Thomas-nya memang cerdas dan pintar dan brilian━meskipun kecerdasannya lebih sering menjerumuskan diri sendiri menuju situasi konyol yang berbahaya; dan Thomas selalu tahu cara membuatnya marah dan putus asa. Tetapi begitulah yang spesial darinya.
Sebab ia selalu memuja Thomas, tetapi mengutuknya juga, kemudian memujanya, dan mengutuknya lagi dan berakhir memujanya.
Membayangkan hal itu, Newt tersenyum diam-diam seraya menjerang air panas untuk menyeduh teh. Ia telah berganti pakaian bersih saat tiga menit kemudian ia kembali ke ruang depan membawa cangkir di atas nampan. Cangkir kaca itu menampung likuid keemasan yang berkilau di bawah pendar cahaya sore. Aroma manis mengepul dalam bentuk uap hangat ketika cangkir diletakkan di meja.
Thomas memandang bergantian antara wajah Newt dan cangkir teh.
"Apa kabar pekerjaanmu, Tommy?"
Thomas mengerjapkan mata polos. Obeng di tangan kanan dan kompartemen kabel di tangan kirinya.
Newt menahan diri untuk tidak merasa gemas melihat kepolosan tatapannya yang ... apa-apaan itu?
Karena tampaknya Thomas memahami pertanyaannya secara berbeda dari yang Newt inginkan ketika dia menjawab, "Ya. Masih dibutuhkan sekali uji coba untuk membuat generator listrik pertama itu berfungsi. Vince mencanangkan bulan depan kita akan mulai mendistribusikan listrik merata ke rumah-rumah ..."
Newt terpekur. Butuh beberapa detik untuk mencerna jawabannya.
Thomas memaksudkan pekerjaannya di dermaga listrik, padahal Newt hanya menanyakan apa yang dihasilkan Thomas dari komponen yang tersebar di meja itu.
Newt jadi khawatir otak Thomas sedang lelah, sebab belum pernah komunikasi mereka tidak sinkron seperti ini.
Jadi, Newt menyesap tehnya perlahan, menenangkan diri. Ia berdehem dan menjawab, "Ya. Tommy. Aku harap proyek besar kalian segera berhasil dan terlaksana secepatnya. Pasti akan lebih menyenangkan jika rumah kita terang setiap malam."
Kemudian, Newt mengarahkan telunjuk ke meja, tepat di mana tangan Thomas bergerak dengan kegiatan yang tak bisa dipahami. "Bagaimana pekerjaanmu di sini? Berhasil dengan kamera tiruanmu?"
Thomas menggelengkan kepala spontan. Kemudian ketika mata mereka terkunci, dia tersenyum kikuk, menyadari bahwa dia salah memberi jawaban akibat salah paham.
"Ya ..." Thomas terdengar gugup, dan Newt harus menahan diri untuk tidak mencubit hidung Thomas atau mencium rona merah di pipinya.
"Ini agak macet, ternyata," Thomas menjawab dengan putus asa. "Entah, mungkin ini tidak akan berhasil. Jangankan membuat tiruannya. Mungkin aku malah akan merusak satu-satunya aset kamera terakhir kita."
Bahunya merosot dan wajahnya lesu. Newt benci saat melihat Thomas putus asa. Itu bukan kebiasaannya.
Newt segera mengambil inisiatif lain untuk menghiburnya. Ia bangkit dan bergerak mengitari meja. Ketika sudah berdiri di belakang Thomas, ia menyandarkan tangan di bahunya dan secara perlahan memijatnya, berharap dengan begitu akan menyalurkan ketenangan.
Thomas memang cerdas dan brilian dan pintar. Tetapi otaknya mungkin sedang dalam batas limit saat ini.
"Tidak apa-apa, Tommy. Kau akan berhasil memperbaikinya. Pasti. Selama ini, kau selalu berhasil, bukan?" Newt berbisik di telinga Thomas.
Newt mengubur hidungnya di antara helai rambut cokelat. Meletakkan ciuman hangat ketika ia menghirup napas dalam-dalam, memenuhi paru-parunya dengan aroma seperti logam dan minyak yang bercampur dengan sisa-sisa musky.
"Sekarang, letakkan benda-benda itu dulu ya. Bisa kau lanjutkan nanti atau besok. Bagaimana dengan teh buatanku? Kau tak ingin meminumnya?"
Newt senang ketika akhirnya Thomas melepaskan komponen logam dari tangannya. Kepalanya mendongak ketika pandangan mereka terkunci.
"Ya. Newt. Tentu. Itu akan kuminum."
Newt masih di sana ketika Thomas meraih cangkir teh itu, menghirup aromanya, kemudian menyesap liquidnya dalam beberapa kali tegukan.
Thomas mencapai tangannya.
Newt tersenyum merasakan remasan kecil di punggung tangannya yang masih melekati bahu Thomas.
Tiba-tiba tangannya ditarik ke bawah. Newt tersentak saat kepalanya tak memiliki pertahanan untuk jatuh di wajah Thomas yang menabrak bibir mereka bersama.
"Terima kasih, Newt." Bisikan Thomas mengantarkan sapuan hangat yang menggelitik bibir Newt.
Pemuda pirang itu terkikik. Tanpa ragu meraup bibir Thomas dan menyesap manis rasa teh dari mulutnya kembali.
Tiga hari kemudian, Newt berdiri dengan tawa bahagia di sisi Thomas. Mereka memanggil Minho, Gally, Frypan, Aris, Brenda, Harriet dan Sonya untuk berkumpul dalam rangka uji coba foto bersama. Di depan sana, Aris menggerutu supaya masing-masing tetap berada di posisinya dan tidak membuat banyak gerakan. Mereka sudah mengambil satu kali gambar tanpa Thomas, dan ini adalah giliran Thomas memasukkan dirinya dalam foto.
Lima hari kemudian, Newt merasa puas melihat gambar kebahagiaan mereka dalam selembar foto. Thomas merangkul bahunya saat mereka berdiri bersisian dengan Minho dan yang lain. Tawa abadi terbit di wajah mereka, terekam dengan sempurna dalam kamera. Menakjubkan bahwa sesuatu semacam ini benar-benar terlaksana dalam hidup mereka; (pengalaman sederhana namun berharga, yang tidak pernah mereka pikirkan akan dapat memilikinya).
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Bintang di Langitmu | Newtmas
FanfictionDengan seluruh rasa sakit dan derita yang dunia timpakan padanya di masa lalu, Newt adalah pusat kebahagiaanya; bahkan jika itu hanya Newt, semua lebih dari cukup, bahkan terlalu sempurna. [Newtmas Stories: kisah-kisah di Haven, di mana Thomas dan N...