~(Motivasi terbesarnya adalah membayangkan semua hasil bumi ini akan berpindah dalam rupa setangkup hidangan di meja yang menerbitkan senyum dan tawa.)~
.
.
Minggu-minggu berlalu dengan damai dan sentosa. Hidup bersama Thomas di tempat ini adalah definisi surga yang sebenarnya. Newt menikmati hari-hari yang berjalan cepat dan dipenuhi kesibukan. Setelah masa lalu mereka yang dipenuhi drama dan prahara, ketika waktu tak memberi mereka kesempatan sedikitpun selain berlari; berlari dari cengkeraman Wicked, berlari dari kejaran virus, berlari untuk bertahan hidup sekaligus menuju bahaya.
Newt mendongakkan kepala seraya menikmati setiap tarikan napasnya. Sinar matahari mengambang di penjuru langit, mengirim terik yang menyilaukan. Ia menyeka keringat di dahi. Merasakan cubitan rasa bersyukur kala menyaksikan biru langit itu sejernih dan sebersih kemurnian hidup yang kini mengitarinya.
Pulau dan desa mereka adalah cermin masyarakat beradab yang setingkat lebih baik dari versi imitasi di Glade.
Kehangatan membanjiri dadanya saat Newt mengingat ciuman manis yang ia bagi dengan Thomas pagi tadi sebelum masing-masing berpisah untuk pergi bekerja.
Newt menyukai bertani. Setiap benih yang disemai adalah harapan. Lalu setiap proses yang menyertainya mulai dari menyiram pupuk dan menyingkirkan gulma, adalah penantian panjang yang menumbuhkan kesabaran. Bagian paling favorit adalah masa panen. Melihat bentangan ladang yang menghijau dan kaya akan warna kesuburan. Saat itulah ia mengingat-ingat, keterlibatan dirinya dalam setiap fase tanaman membuatnya merasa menjadi bagian dari tumbuhan itu sendiri. Newt sangat senang menjadi berguna. Motivasi terbesarnya adalah membayangkan semua hasil bumi ini akan berpindah dalam rupa setangkup hidangan di meja yang menerbitkan senyum dan tawa.
Newt menjatuhkan parang, memasukkan setangkup tomat terakhir ke dalam karung, lalu memenuhi karung lainnya dengan wortel. Ia tengah memilah hasil panen dalam gudang di tepi ladang. Meskipun Newt yang bertindak sebagai bos di sini, tetapi ia senang melaksanakan semua tugas yang sanggup dipegangnya bersama pekerja lainnya. Ia mengenali mereka semua, anak-anak yang dulu diselamatkan dari Wicked, mereka sudah menjadi bagian masyarakat juga.
Kini Newt bersama-sama mereka menyortir sayuran untuk didistribusikan di pasar.
Terlalu banyak perkembangan dan kemajuan yang berlangsung sejak pertama mereka menginjakkan kaki di pulau. Saat mencatat bahwa laju perkembangan penduduk perlu diiringi oleh sesuatu semacam gebrakan ekonomi, para tetua━ialah Vince dan Jorge sebagai yang paling dihormati dan dituakan oleh mereka━mengumpulkan perwakilan anak muda dan menggelar permusyawaratan. Mereka sepakat menambah sektor pelayanan masyarakat, termasuk membuka pasar barter dan percobaan membangun pembangkit listrik.
Lima menit kemudian Newt bersama seorang pekerja sudah bergerak mendorong gerobak menuju pasar.
Pasar barter itu berdiri dengan bangunan yang masih cukup sederhana; dinding dan atapnya terbuat dari kayu. Terletak di timur desa, di tengah-tengah antara ladang dan pemukiman penduduk sehingga memudahkan pihak petani maupun masyarakat untuk kebutuhan jual beli sehari-hari.
*
Newt meletakkan sekarung tomat agak bergeser sedikit di sisi pintu. Ia selesai mengosongkan gerobak dan memindahkan empat karung penuh tomat.
"Bagaimana kabarmu, Bung?" Aris bertanya dengan senyum kecil.
Newt menggosok-gosok lumpur kering di telapak tangannya yang terasa kasar. "Sangat baik," jawabnya. "Menjadi petani adalah jalan hidupku. Aku sudah menyatu dengan ladang dan tumbuhan."
Newt menyandar di sisi gerobak. Matanya mengawasi Aris yang tengah menata buah-buahan di keranjang di atas meja besar di depan jendela.
"Sangat menghayati pekerjaanmu ya? Tidakkah kau merindukan kehidupan lama?" Aris bertanya spontan.
Nada suaranya terdengar santai. Mereka semua saling mengenal dan Newt cukup tahu pemuda yang dulunya berasal dari grup B itu sangat baik dalam membuka topik obrolan dan basa-basi.
Newt mengendikkan bahu. "Untuk beberapa hal, aku benci kehidupan lama. Tapi, kalau bukan karena masa lalu, kita tidak akan tahu rasanya menjalani kehidupan yang baik itu seperti apa. Dengan mengenali lawannya, kita bisa tahu perbandingannya kan?"
Aris menaikkan kedua alis. "Aku suka ungkapanmu, Bung. Sampai sekarang aku masih sering tak percaya kita berhasil melewati semua itu, dengan hal-hal mengerikan yang kita tinggalkan di belakang."
"Nikmati saja waktumu," kata Newt. "Dengan dunia yang kita genggam di sini, kita sanggup membangun peradaban bersama. Bukankah terdengar keren?"
"Terima kasih atas kerja kerasmu, Bung. Ketahanan hidup kita, sangat bergantung pada tangan petani."
Newt tersenyum bangga. "Berkat tanah ini juga. Kau masih ingat bukan, tahun-tahun pertama di sini, kita pernah gagal panen."
Aris membuka salah satu karung tomat dan mengeluarkan isinya. Ia memilah buah-buahan itu, mengendus-endus aromanya dan merasa puas melihat warna merah yang mengkilap di setiap buahnya.
"Tentu saja. Tidak ada yang melupakan itu. Tapi berkat tenaga dan pikiran yang kalian kerahkan juga. Kita berhasil mempelajari kecocokan tanaman dengan cuaca di setiap musimnya."
"Kurasa, itu artinya bercocok tanam kan?" Newt mengingat-ingat masalah gagal panen di masa-masa awal dulu.
"Aku tahu," kata Aris.
"Musim ini tidak ada melon dan timun." Newt memberi tahu dengan agak kecewa.
"Semoga saja tidak ada yang sampai mengidam makanan yang bukan musimnya." Aris menimpali.
"Kau tahu, kita punya rencana proyek rumah kaca." Ini kabar baru.
Mata Aris mengerjap bersemangat. "Apakah itu artinya kita bisa menikmati buah dan sayuran tanpa mengenali batasan musim?" Aris bertanya.
Newt mengangguk. "Ya. Mungkin. Itu yang kita semua inginkan."
"Semoga berhasil, kalau begitu."
Tepat ketika seorang pembeli memasuki kios itu dan Aris dibuat sibuk melayaninya. Newt melambaikan tangan sebelum ia berpaling dengan mendorong gerobak.
Sebelum keluar dari pasar, Newt masih harus mengunjungi kios terakhir yang sebetulnya bukan untuk berdagang. Itu adalah tempat yang disediakan untuk setiap petani yang mendistribusikan barangnya ke pasar. Di sana kemudian ia disambut oleh petugas yang membantunya mencatat data-data; hasil panen secara keseluruhan, berapa jumlah atau takaran yang didistribusikan, berapa yang masih tersisa di gudang, seberapa luas lahan yang menyimpan benih yang masih harus dirawat. Kemudian setiap bulannya mereka akan diberi catatan yang di situ tertera harga jasa mereka; semacam slip gaji. Dengan catatan itu mereka berhak memperoleh bayaran eksklusif. Seperti semua pekerja dan penduduk yang terlibat. Bayaran mereka sebetulnya bukan berwujud materi━mereka masih belum memiliki mata uang tetap sebagai alat tukar resmi. Jadi slip gaji itu akan menjadi tiket memperoleh semua kebutuhan mereka sebagai timbal balik. Bila ada yang kurang atau butuh sesuatu, mereka akan mengumpulkan bantuan dan memberi dukungan materiil secara penuh berdasarkan hitungan jasa-jasanya.
Newt baru menyadari hari sudah sore dan langit sudah menguning ketika kawan-kawan petaninya menyeru namanya untuk mengingatkan. Ia segera mengemasi peralatan setelah memastikan penjaga gudang melaksanakan tugas akhirnya sebagai penutup hari.
Kemudian, Newt berjalan pulang menyusuri ladang dan melintasi jalanan setapak, membawa parang dan cangkul di bahu, serta tas bekalnya di satu tangan. Ia mengagumi setiap helai rumput yang tumbuh, setiap debu-debu yang terserak dan bekas-bekas lumpur yang mengering di sepatu bootsnya. Ketika ia menatap ke bawah, mengamati cara sinar matahari menyiram sekujur tubuhnya, tak peduli keringat dan lumpur yang mengotori pakaian, hatinya kembali tercubit oleh gelombang rasa puas. Untuk kali pertama semenjak ingatannya dari masa Glade, Newt sungguh-sungguh mencintai hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Bintang di Langitmu | Newtmas
FanficDengan seluruh rasa sakit dan derita yang dunia timpakan padanya di masa lalu, Newt adalah pusat kebahagiaanya; bahkan jika itu hanya Newt, semua lebih dari cukup, bahkan terlalu sempurna. [Newtmas Stories: kisah-kisah di Haven, di mana Thomas dan N...