melodi pagi

250 34 1
                                    

~(Betapa ia sangat menyayangi mereka; dua orang terkasihnya; dua belahan jiwanya. Tiba-tiba hatinya membuncah oleh luapan rasa kasih dan haru.)~

.

.

Pagi seperti biasa ketika Newt bangun lebih awal, memutuskan untuk membiarkan Thomas terlelap di ranjangnya. Ia bergegas ke dapur, memasak untuk menyiapkan sarapan.

Langit sudah sangat cerah ketika ia membuka jendela. Sinar matahari menyelinap jatuh menimpa perabotan kayu, mewarnai dengan sepuhan emas. Newt memasukkan irisan wortel dan kentang ke dalam panci yang mendidih. Irisan bawang dan rempah-rempah menyusul kemudian. Rebusan air dalam panci meletup-letup. Asap tipis tertarik naik, menyatu dengan debu-debu halus yang melayang di udara.

Newt bergeser ke tungku kedua, melempar tambahan kayu bakar dan meniup api. Bunyi keretik api dan desisan kayu menyatu dengan bebunyian air mendidih. Melodi favoritnya di pagi hari. Newt menarik napas dalam. Menghirup aroma kuat yang berasal dari kepulan asap kayu bakar, serta wangi aroma kuah kaldu dan rebusan jagung. Ini semua adalah istana kecilnya yang berharga.

Newt baru akan mengambil pengaduk kayu dari atas pengait ketika tiba-tiba ia merasakan sentakan lembut di belakang punggungnya.

Lengan melingkari pinggang saat jari-jemari itu bertautan di depan perutnya. Kepala berambut cokelat bersandar nyaman di bahu.

"Tommy?"

Thomas mengeratkan pelukan dalam keadaan mata setengah tertutup. Ia mencoba menggoda Newt dengan cara meletakkan bibir di kulit tengkuknya.

"Pagi, Newt." Thomas berbisik.

Newt memandangi lengan Thomas yang masih melilit nyaman di sekitar perutnya.

"Tommy. Bisa menjauh sedikit? Aku harus mengurus kompor sebentar." Ia berusaha tak terpengaruh.

Thomas hanya bersenandung sebagai jawaban.

Newt mengerjapkan mata panik saat aksi Thomas semakin menjadi-jadi sementara rebusan sayur di sana sudah hampir meluap melewati tutup panci. Bunyi mendesis timbul saat kuah panas meluber jatuh menyiram api yang berkobar di tungku di bawahnya.

"Tommy ... tolong, hentikan."

Tepat pada waktunya Newt berhasil menyentak Thomas menjauh dan melepaskannya.

Newt tertawa melihat ekspresi Thomas, ketika suara rendah dari arah pintu dapur itu megejutkan mereka.

"Dad? Papa ...?"

Sophie berdiri dengan wajah setengah mengantuk. Tangan menggosok-gosok mata kecilnya yang setengah terpejam.

Thomas melompat mundur seketika. Newt memuji puteri mereka, dalam hati berniat akan menghadiahinya dengan sesuatu nanti.

Thomas menggerutu pelan sebagai akibatnya dan lelaki itu memasang wajah cemberut saat mengambil tempat di kursi. "Hallo, Nak," panggilnya.

Mereka berdua segera melupakan insiden sebelumnya. Newt bergegas menangani tungku yang tertunda. Ia membuka tutup panci dan membalik rebusan jagung di dalamnya.

"Sophie. Pergilah mandi terlebih dahulu." Newt berkata.

Thomas segera bangkit menuntun Sophie menuju kamar mandi.

"Ayo, Sophie. Kamu bisa mandi sendiri kan? Sini. Bilang padaku kalau kamu butuh bantuan."

Sepuluh menit kemudian Sophie dan Thomas duduk mengitari meja makan. Dua-duanya sudah mandi dan bersisir rapi.

Mereka mulai menyantap sarapan dalam keadaan tenang. Bertukar obrolan sesekali dan berbagi tawa dengan si kecil.

Suatu saat, Sophie mencoba menarik perhatian mereka.

Anak itu mengambil sepotong daging menggunakan garpu, lantas menyodorkan tusukan daging itu pada Thomas. "Dad, makan," katanya.

Suara lembut malu-malu seiring tatapan memohon yang tersirat dari mata bulat yang lucu. Thomas gagal menahan senyum saat ia mencondongkan kepala dengan mulut terbuka, melahap suapan daging dari tangan puterinya.

"Terima kasih, sayang." Thomas mengusap pelan kepala pirang mungil.

Mata bulat itu mengerjap senang. Sophie terus memasang ekspresi gembira dengan senyum malu-malu di wajahnya.

Thomas bertemu pandang dengan Newt. Senyum lebar terpasang di wajah mereka berdua.

Newt mengangkat alis memerhatikan Sophie yang berusaha sekuat tenaga mengambil irisan daging kedua.

Tubuh Sophie condong ke depan, berusaha meraih daging di atas piring ketika tangan Newt dan Thomas berlomba menggeser piring itu lebih dekat ke tepi meja.

Sophie kemudian mengangkat tusukan daging kedua, kepada Newt. "Sekarang, untuk Papa."

Newt dengan senang hati melahap suapan itu seperti yang Thomas lakukan sebelumnya.

"Anak pintar." Newt memuji.

"Lagi." Thomas tersenyum lebar meminta Sophie memberi suapan kedua.

Sophie mengangguk tertawa.

Akhirnya selama sisa waktu sarapan itu dihabiskan dengan acara suap-suapan dengan puteri mereka. Suatu waktu, Thomas atau Newt berlomba mengulurkan sendok makan; meminta agar Sophie memilih yang ingin dia lahap pertama kali. Ketika Thomas memasang wajah (pura-pura) cemberut melihat Sophie memilih suapan Newt terlebih dahulu, mereka berdua menertawakannya. Kesempatan berikutnya, Newt mendengkus saat merasa kalah kerana Sophie melahap suapan milik Thomas yang menyeringai menang.

Diam-diam Newt memerhatikan tawa bahagia di wajah Thomas; semua pendar keceriaan di wajah Sophie. Betapa ia sangat menyayangi mereka; dua orang terkasihnya; dua belahan jiwanya. Tiba-tiba hatinya membuncah oleh luapan rasa kasih dan haru.

Bagaimana ia sanggup menahan diri sementara pernah ada masa ketika momen seperti ini tak pernah terlintas di benaknya sama sekali? Bahwa ia akan memiliki masa depan yang cerah dan indah? Saat kebahagiaan yang dia dambakan bukanlah angan-angan kosong lagi? Ketika seluruh kata tidak akan pernah cukup melukiskan lautan perasaannya?

Newt membayangkan dirinya melompat dan merengkuh mereka berdua dalam pelukannya; ingin menunjukkan betapa ia mencintai dan menyayangi mereka dengan segenap jiwa dan raga. Sophie yang telah membuat hidupnya semakin berarti, dan Thomas yang telah memberinya semua kehidupan ini; semua dunia yang dia miliki.

Tetapi yang ia lakukan hanya memandangi mereka berdua; memantulkan seluruh afeksi lewat tatapan mata. Ketika Thomas bertemu pandang dengannya, mata cokelat itu membalas kunciannya dengan cara yang sama seperti jutaan sitatap mereka di setiap kesempatan sebelumnya.

Thomas tersenyum, hangat dan lembut.

Untuk kesekian juta kali, Newt jatuh cinta pada Thomas lagi.

Semua Bintang di Langitmu | NewtmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang