~(Minho bahagia (dan ia selalu bahagia) melihat kedua sahabat terbaiknya bersama━kebahagiaan mereka adalah kebahagiaannya juga.)~
.
.
.
Beranda rumah Thomas dan Newt sore itu penuh dan meriah. Mereka mengundang teman-teman mereka dalam pesta panen semangka. Pesta itu sebetulnya digelar di kebun samping rumah. Sementara di beranda ada Thomas, Newt dan Minho yang tengah berkumpul bertiga. Mereka menyiapkan gelondongan buah semangka yang dibelah dan dibagi menjadi beberapa irisan.
Itu adalah semangka dari hasil panen, yang tahun ini cukup memuaskan. Ada juga beberapa jenis buah-buahan yang lain.
Newt adalah kepala yang bertanggung jawab atas ladang dan tanaman. Ia berinisiatif menggelar perayaan ini (setelah membagi hasil panennya untuk simpanan di gudang.)
Orang-orang berkumpul di kebun. Mereka antusias membicarakan rencana membuka pasar, yang merupakan kelanjutan proyek mereka bersama dalam membangun dan mengembangkan tata tertib bermasyarakat.
Seperti yang mereka lakukan di sini.
Thomas membelah buah semangka di tangannya menjadi empat bagian.
Kemudian, Newt akan membagi semangka-semangka itu menjadi irisan-irisan kecil.
Terakhir, Minho yang menata irisan semangka itu dalam nampan-nampan besar untuk kemudian mengantarnya ke meja di sana.
Minho tak luput memerhatikan seluruh gerak-gerik kedua sahabatnya. Menyaksikan kebahagiaan mereka, itu menghangatkan hatinya. Setiap mereka berdua saling melempar tatap mesra yang terbaca setiap kali mereka kedapatan mencuri pandang pada yang lain. Ketika mereka berdua melibatkan dirinya dalam perbincangan mereka; bercerita tentang masa lalu dan tertawa atas candaan lama. Beberapa hal tidak ada yang berubah.
Minho menggoda Thomas ketika pemuda berambut cokelat itu cemberut mendengarkan cerita-cerita Newt di Glade sebelum kemunculannya. Sepertinya Thomas cemburu pada fakta bahwa dirinya sudah mengenal Newt lebih lama.
Terkadang Newt yang kedapatan bermuka masam saat Thomas dengan dirinya menceritakan sesuatu yang belum pernah terkuak saat malam berdarah mereka ketika terjebak di labirin. Seolah Newt merasa mereka berdua berbagi dunia mereka sendiri tanpa mengikutsertakan dirinya.
Lain kali, Minho agak merasa iri setiap mendengar cerita-cerita mereka saat enam bulan yang mereka lewati dalam perencanaan untuk menyelamatkannya dari benteng Wicked di Kota Terakhir.
Tetapi itu semua selalu berakhir dengan tawa.
Minho bahagia (dan ia selalu bahagia) melihat kedua sahabat terbaiknya bersama━kebahagiaan mereka adalah kebahagiaannya juga, dan itu semua sepadan untuk mereka. Sementara sebagai sahabat, mereka bertiga adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ia yakin Thomas dan Newt juga merasakan hal yang sama terhadap dirinya.
Minho menggeser nampan yang sudah penuh irisan semangka sebelum mengambil nampan kosong lain ketika Thomas melepaskan pisaunya dan beranjak ke pagar beranda hendak mengambil buah semangka baru. Thomas tampak berbincang dengan seseorang. Dari suaranya terdengar seperti Aris.
Minho memandangi Newt yang masih fokus mengiris semangka dengan pisaunya.
"Bagaimana kabarmu?" Newt bertanya tanpa mendongak.
Minho nyengir. "Terlalu sibuk berdua sampai kalian melupakanku ya?"
Newt mengendikkan bahu, tak terpengaruh. "Harusnya aku tak usah bertanya. Kau tampak baik-baik saja."
"Ya, Newt. Hidup kita sempurna bukan?"
Newt mengangkat potongan semangka dan memberinya pada Minho untuk ditaruh di nampan.
"Sangat sempurna hingga kukira pengalaman labirin itu cuma mimpi."
"Rasanya baru kemarin kita berlarian; putus asa mencari jalan keluar dan kejar-kejaran dengan Griver."
"Omong-omong, masih suka lari pagi, Min?" Tiba-tiba nostalgia mereka disela oleh pertanyaan Newt, ketika Thomas berbalik membawa dua semangka besar. "Sendirian?"
Minho mengangguk. "Masih. Sendirian itu agak menjengkelkan tahu. Kau sudah mencuri Thomas dariku," ujarnya pura-pura kesal.
Newt terkekeh geli tetapi tidak berusaha mengelak tuduhan itu.
Thomas memandangi mereka berdua tidak mengerti. Tangannya memutar-mutar buah semangka bulat besar yang masih utuh di atas meja.
"Kenapa tidak bergabung lari denganku lagi, Thomas?" Minho menatap Thomas. "Seberapa kuat gravitasi Newt dan ranjang itu menarikmu, huh?"
Thomas berdehem ketika pipinya merona. "Maaf, Min. Tapi kombinasi keduanya memang sangat dahsyat bagiku."
Giliran wajah Newt yang memerah. Minho terkekeh, menaikkan satu alis.
"Diam, Tommy. Besok aku akan membuatmu bangun dan bergabung lari dengannya lagi."
Thomas mendecih pelan. "Mana bisa begitu, Newt?"
"Tentu saja."
"Serius? Kau ingin aku berada jauh darimu?"
Minho menggelengkan kepala. "Tidak pernah puas dengan semua waktu kalian eh, pasangan pengantin? Ya ampun! Padahal itu hanya akan menjadi beberapa jam saat kalian berjauhan."
Newt terkekeh kecil. "Itu dia. Tommy. Aku tidak akan mati hanya dengan berjauhan darimu sebentar."
Thomas menggerutu pelan ketika Newt mulai mengiris semangka baru (yang hampir terlupakan).
"Oh ya? Aku harap memang begitu, Newt. Tidak yakin kau akan suka rela melepaskanku besok."
"Berhenti merayu di depan sahabatmu, kalian suami istri menjijikkan." Minho memprotes.
"Kau yang mulai. Jangan iri, Minho." Thomas menjawab.
Ketika mereka bertiga terkekeh bersama, itu seperti dering melodi yang membanjiri telinga Minho lalu meresap dalam jiwanya.
Ia tak ingin menukar kebahagiaan ini dengan apapun. Dunia kecil mereka yang sempurna; bebas dari ketakutan, aman dari kejaran Wicked, dan terlindung dari virus mematikan. Semua waktu yang ia miliki bersama sahabat-sahabat terbaiknya adalah kekayaan yang tak ternilai harganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Bintang di Langitmu | Newtmas
FanficDengan seluruh rasa sakit dan derita yang dunia timpakan padanya di masa lalu, Newt adalah pusat kebahagiaanya; bahkan jika itu hanya Newt, semua lebih dari cukup, bahkan terlalu sempurna. [Newtmas Stories: kisah-kisah di Haven, di mana Thomas dan N...