di ujung jalan

239 30 1
                                    

Bila ada hal yang paling menggandakan kebahagiaan Minho berkali lipat, maka itu adalah hal ini: melihat kedua sahabatnya yang saling mencintai bersatu dan hidup bahagia bersama keluarga kecil mereka.

Minho tersenyum memandang ke depan. Thomas dan Newt berdiri mengapit putri kecil mereka, bersiap untuk difoto. Mereka berdua bertukar pandang, menggandeng tangan Sophie, kemudian mengangguk padanya, berisyarat bahwa mereka siap.

Minho mengernyitkan dahi sekilas ketika ia memposisikan kamera di tangan. Mencari angle yang tepat untuk menangkap gambar.

Ia di sini karena diundang menghadiri perayaan kecil keluarga Newt dan Thomas, mendapat kehormatan sebagai juru kamera. Ini adalah anniversary mereka yang ketiga, dengan konsep pesta kebun, mereka menggelar pesta piknik di kebun bunga matahari.

Tidak pernah terpikir oleh Minho, Greenie yang dulu selalu tampak dekil dengan kaos yang kotor dan berkeringat akibat berlarian di lorong-lorong labirin itu kini sungguh jauh berbeda. Thomas dalam balutan suit hitam━yang dikenakan saat resepsi pernikahan tiga tahun lalu━tampak serasi dengan Newt yang mengenakan suit putih ketika mereka berdiri berdampingan.

Ia baru menyadari perubahan itu. Tampaknya Thomas jauh lebih matang dan dewasa, sementara Newt tampak sangat murni dengan sinar kebahagiaan di wajahnya. Mereka benar-benar saling memberi dan saling memiliki.

Sesi pemotretan dimulai. Minho diam-diam merasa kagum saat mengingat kamera ini adalah hasil duplikat yang dibuat Thomas━menggantikan kamera pertama dan satu-satunya milik mereka.

Minho benar-benar menyukai ini. Ia menyukai senyum yang merekah di wajah mereka bertiga ketika flash cahaya berkilat menangkap gambar mereka. Ia menyukai tatapan tulus persahabatan yang mereka berdua berikan padanya. Karena, selamanya, mereka adalah sahabat terbaiknya━ia merasakan keistimewaan tersendiri setiap kali dirinya menjadi saksi bagi setiap fase kehidupan yang mereka lalui bersama. Mereka berdua tak tergantikan.

Minho mengerjapkan mata. Merunduk untuk menyesuaikan dengan posisi kamera. Beberapa kali mengklik tombol shutter kamera hingga rasanya cukup puas.

"Ayo. Selanjutnya!" Minho berseru. "Segera lakukan sesuatu atau apalah. Aku akan mengambil semua pose, mengabadikan momen kalian. Aku sedang baik hati nih."

"Minho. Kita akan mengambil foto bersamamu juga." Newt menjawab.

"Ya, Minho. Kita berempat denganmu. Tapi, mungkin kita butuh tangan lain kalau begini?" Thomas menyambung.

"Ayo, paman Minho! Ayo kita berfoto bersama!" Sophie mengekori ucapan mereka berdua.

Anak itu sekarang bersandar di kaki Thomas, tangan kecilnya menarik ujung kemeja ayahnya, sementara Thomas mengusap kepalanya pelan.

"Ah, terima kasih, Sobat."

Tetapi Minho tetap menginstruksikan agar mereka duduk di atas tikar yang sudah digelar, dengan keranjang bekal dan bunga-bunga terhampar di atasnya.

"Buatku gampang, Sobat. Nah, Sophie, duduklah di sini. Newt, bukalah kotak bekalnya. Dan Thomas, duduklah di sebelah situ. Sementara kalian makan, aku akan mengambil fotonya."

"Thanks, Minho," jawab Thomas. "Tapi bekal ini kami siapkan untukmu juga."

"Gampang, Sobat." Minho bersikukuh. "Aku akan menyusul nanti."

Akhirnya, mereka mengalah ketika mulai membuka bekal dan menyantap camilan bersama. Minho mengambil foto-foto mereka sementara mereka makan sambil sesekali memasang ekspresi wajah atau membuat pose tertentu yang agak unik dan berbeda; seperti menjulurkan lidah, berangkulan dan mengangkat jari-jari tangan membentuk V di depan wajah, atau membuat pose dengan jari di atas kepala.

Semua Bintang di Langitmu | NewtmasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang