Pagi hariku yang indah. Aku membuka mata langsung melihat Lily yang sedang menyisir rambutnya di depan meja rias. "Selamat Pagi, Sayang," ucapku sambil menatapnya.
Dia membalas tatapanku lewat pantulan kaca. "Iya. Bangun Mas. Ditunggu sama Papa Mama di bawah," ucapnya sambil terus menyisir.
Aku bangun dari tidurku lalu berjalan mendekatinya. "Jangan dekat-dekat. Mandi dulu," ucapnya melarang. Aku menarik napas kasar lalu memutar langkahku menuju kamar mandi.
Aku mandi dengan menggunakan kecepatan tinggi, tidak sabar untuk segera keluar dan bertemu Lily. Aku memakai lagi pakaian sebelum akhirnya keluar dari kamar mandi.
Lily sudah tidak ada di kamar. Mungkin dia sudah berada di lantai bawah. Buru-buru aku menyusulnya dan mendapati Lily sedang sarapan bersama keluarganya.
"Kenapa Mahennya ditinggal sendirian, Li?" tanya Pak Bima saat aku mendekati mereka.
"Mas Mahen lagi mandi tadi. Mandinya lama. Lily udah lapar banget jadi makan duluan," ucapnya sambil terus menyuap makanan ke mulutnya.
Padahal aku sudah mandi dengan kecepatan tinggi.
"Lain kali ditunggu dulu ya, baru ke bawah." Lily mengangguk.
Aku pura-pura tidak mendengar pembicaraan mereka. Aku duduk di hadapan Lily. "Mau sarapan apa?" tanya Lily sambil menatapku. Dia berhenti dari kegiatan makannya.
"Roti coklat aja." Lily menyiapkan sarapan untukku. Pandanganku menyapu ke sekitar, Laila, Sakti, dan Pak Bima sarapan dengan diselimuti oleh keheningan. Lily memberikan roti coklat kepadaku lalu aku juga ikut sarapan dengan hening.
Beberapa saat kemudian, kami sudah menyelesaikan kegiatan sarapan ini. "Saya mau bawa Lily tinggal di rumah saya," ucapku membuka suara.
Semua mata langsung tertuju melihatku. "Kenapa enggak tinggal di sini aja?" tanya Laila yang lebih dahulu merespons ucapanku.
"Enggak La. Aku dan Lily mau hidup mandiri." Laila menarik napas berat. Aku tahu, mungkin ini berat baginya. Ditinggalkan oleh anak perempuannya.
"Bagaimana Pak Bima?" tanyaku meminta respon darinya.
"Keputusan ada pada kamu. Lily sudah menjadi tanggung jawab kamu," jawab Pak Bima.
💕
"Suka ga sama kamarnya?" tanyaku saat aku dan Lily sudah berada di kamar kami. Kamar utama yang lumayan besar yang aku pikir sudah sangat cukup untuk aku dan Lily. Temboknya diberi warna merah muda dan puti, warna kesukaan Lily. Jendela besar di kamar ini langsung tertuju pada taman di depan sana.
"Suka," ucapnya sambil membuka kopernya, "baju-baju Lily taruh di mana?"
Aku menunjuk lemari kaca di sampingnya. "Di situ," dia mengangguk lalu memindahkan bajunya ke lemari.
Sambil menunggunya aku membuka laptop untuk mengontrol perusahaan. Semuanya berjalan dengan baik, tidak ada masalah yang besar. Semuanya dapat diatasi dengan baik, walaupun aku tidak ada di kantor.
"Lily mau ke bawah dulu ya." Aku mengangguk lalu Lily berlalu dari hadapanku.
Tiga puluh menit kemudian, aku mematikan laptopku lalu menyusulnya ke bawah. Aku pikir dia sedang bermain di taman. Namun, ternyata dia sedang memasak di dapur.
Aku tahu selama ini dia tidak pernah memasak karena Pak Bima selalu melarangnya. "Kenapa masak?" tanyaku sambil mendekatinya.
Dia melirik ke arahku sebentar lalu kembali memotong sayur-sayuran. "Mau buat makan siang," ucapnya sambil terus memotong.
"Kan bisa beli."
"Lily mau coba masak."
"Mau Mas bantu ga?"
"Lily bisa sendiri. Mas Mahen duduk aja." Aku duduk di meja makan sambil terus memandanginya. Tidak lama kemudian dia meletakkan pisau dengan kasar lalu dia berjalan menuju wastafel.
Aku mengikuti langkahnya dan melihat ada bercak darah di lantai. "Kenapa?" tanyaku di sampingnya.
Dia mencuci jarinya yang terus ngeluarin darah. Aku memberikan tissue, menyuruhnya duduk, lalu aku mengambil kotak P3K.
"Sini jarinya, Mas obati," ucapku sambil duduk di hadapannya.
Dia menggeleng dan mengambil alih plester luka di tanganku, tapi aku tidak memberikannya. "Diobati dulu pakai antiseptik."
Aku mengambil jarinya lalu memberikan obat antiseptik. "Lily bisa sendiri." Aku pura-pura tidak mendengar dan terus mengobati lukanya.
"Mas enggak nuntut kamu buat bisa masak," ucapku saat sudah selesai mengobati lukanya, "jadi jangan dipaksain ya."
"Tapi Lily mau belajar masak."
"Iya, tapi lain kali harus lebih hati-hati ya, Sayang."
Cerita ini sudah tersedia dalam versi fullnya
Teruntuk yang mau baca cepat, aku udah publish satu buku full di Karyakarsa
Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)
Terdiri dari:
- E- book Cool Girl and Our Wedding (54 Part)
- Extra Part ( 1, 2, 3, 4, dan 5)
- Bagian Tambahan (Edisi Spesial Lily)
Total: 60 part
Hanya dengan Rp48.000 kalian bisa akses full e-booknya
Cara Pembelian:
1. Masuk ke aplikasi Karyakarsa bisa melalui web atau aplikasi.
2. Cari nama kreator (TheDarkNight_) dan cari judul karya (Full _ Ebook _ Cool Girl and Our Wedding _ TheDarkNight_)
3. Setelah ketemu, scroll ke bawah sampai menemukan harga jual karya tersebut
4. Ubah harga jika kamu ingin memberi apresiasi lebih.
Pilih metode pembayaran: GoPay, OVO, Shopeepay, Indomart, Alfamart, atau transfer bank.
5. Ikuti petunjuk pembayaran (lihat bagian-bagian yang menerangkan pembayaran dengan Gopay, OVO, Virtual Account BNI, dan Pembayaran QR).
6. Kembali ke laman KaryaKarsa dan ke karya tadi. Pastikan kamu sudah login, ya. Kalau transaksi sudah berhasil, Karya yang sebelumnya bertuliskan "terkunci" akan ganti jadi "terbuka"
Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)
Jika ada pertanyaan boleh chat admin aku 085810258853
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Girl and Our Wedding
RomanceGadis kecil yang dingin menikah dengan pria dewasa yang super hangat.