Butuh waktu dua bulan untuk membuat Lily terbiasa dengan status kami sekarang. Kami tidur sudah saling berpelukan, walaupun dia terkadang malu-malu. Kami juga sudah pernah berciuman, tapi hanya sekali. Selebihnya kami belum pernah.
Lily masih butuh waktu untuk melakukan hal yang lebih dari itu.
"Nanti Lily ada kelas jam sepuluh," ucap Lily saat kami sudah menyelesaikan kegiatan makan.
Lily memang sudah berkuliah sejak sebulan yang lalu. Dia mengambil jurusan akutansi sama dengan jurusanku dulu. Dia masuk ke universitas swasta di Jakarta.
"Mas antar ya?" tawaranku yang langsung mendapatkan gelengan kepala darinya.
"Lily bisa pesan ojek online."
Dia perempuan yang mandiri. Dalam keadaan apapun dia bisa melakukannya sendiri, padahal ada aku yang siap membantu. Terkadang aku ingin direpotkan olehnya dari hal-hal kecil sampai hal-hal besar. Namun, Lily bukan perempuan seperti itu.
"Mulai minggu depan, Mas pekerjakan supir untuk kamu." Aku pikir ini adalah cara yang paling bagus demi keamanannya dan ketenanganku.
💕
Aku memencet bel rumah, aku baru pulang dari kerja. Lily membukakan pintu, wajahnya terlihat sangat lelah. Mungkin dia sedang banyak tugas. "Udah makan?" tanyanya sambil menyambutku untuk masuk ke dalam.
"Udah. Kamu?"
Lily menggeleng. "Belum. Nungguin Mas Mahen." Itu adalah salah satu kebiasaannya selama beberapa bulan ini. Dia tidak akan makan malam sebelum aku pulang. Padahal aku sudah menyuruhnya untuk makan lebih dulu, tapi dia terus menolaknya. Bahkan, sampai hari ini.
"Mau makan apa?" tanyaku saat kami menanjak menuju lantai atas. Aku ingin mengganti baju dulu dan dia yang menyiapkannya.
"Lily udah masak." Aku tersenyum, semangat untuk terus mencoba memasak tidak pernah luntur selama beberapa bulan ini.
"Masak apa?"
"Telur dadar." Setidaknya dia berhasil membuat itu.
"Pasti enak. Nanti Mas juga ikut makan ya." Senyuman terukir di bibirnya.
Dia masak makanan gagal, tetap aku makan, walaupun dia berusaha untuk membuangnya. Aku hanya menghargai usaha dia. Menghargai waktu dan tenaga yang dia curahkan. Setelah itu baru diberi masukan dengan nada yang halus, agar ke depannya menjadi lebih baik.
Beberapa saat kemudian aku dan Lily kembali menuju lantai bawah. Lily menyiapkan makanan untukku terlebih dahulu. Dia memasak telur dadar seperti pada umumnya. Aku menunggunya menyendok makanan untuknya lalu kami makan bersama.
Rasanya sedikit keasinan, tapi aku tetap makan sampai habis. "Gimana?" ucapnya yang selalu meminta penilaian.
"Enak banget, tapi lain kali garamnya lebih sedikit lagi ya, Sayang."
Dia mengangguk. "Makasih masukannya." Aku hanya membalas dengan anggukan kepala lalu kami kembali makan.
Saat kami sudah menyelesaikan kegiatan makan malam. Kami bergegas menuju kamar. Lily mengerjakannya tugasnya dan aku mengecek email pekerjaan.
Tidak ada email yang baru, aku menutup laptop lalu menatap Lily. Wajahnya seperti orang kebingungan. Aku menggeser kursi di sampingnya. "Kenapa?" tanyaku sambil melihat layar laptopnya.
"Lily ada tugas bikin makalah. Tugas pribadi, dikumpul besok," dia menunjuk ke layar laptopnya, "tapi Lily baru sampai ke latar belakang."
Aku membaca judul makalah itu. Aku mengerti tentang pembahasan ini. "Mau Mas bantu?" tawaranku.
Dia menggeleng. "Ini tugas Lily." Dalam keadaan kesusahan dia masih enggan untuk meminta tolongku.
"Mas punya e-book tentang pembahasan itu. Mungkin bisa buat referensi kamu. Mau ga?" Cukup lama Lily terdiam lalu akhirnya mengangguk. Aku memberikan e-book itu lalu menunggunya menyelesaikan tugas itu.
Tiga jam telah berlalu, waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. "Masih lama? Tidur Li," ucapku untuk kesekian kalinya.
"Sebentar lagi. Tinggal kesimpulan doang." Aku mengangguk lalu kembali menunggunya.
Setengah jam kemudian dia belum juga menyelesaikan tugasnya. Aku terbangun dari tidurku lalu mendekatinya. "Li, tidur. Besok pagi kerjain lagi."
"Iya, Mas. Tanggung."
Tiba-tiba sebuah ide masuk ke dalam otakku. Aku menggodanya agar dia takluk kepadaku. Awalnya dia menolak, lalu menerimanya, dan akhirnya membalas. Dia sepertinya tidak lagi memikirkan tugasnya, fokusnya sudah benar-benar aku hancurkan.
Entah kenapa malam ini rasanya begitu panas. Apalagi melihat Lily seperti ini. "Li, boleh kan?" Aku tahu kalau sudah seperti ini, Lily tidak akan menolak.
Dan terjadilah kegiatan yang selama ini aku tunggu-tunggu.
Bersambung
Cerita ini sudah tersedia dalam versi fullnya
Teruntuk yang mau baca cepat, aku udah publish satu buku full di Karyakarsa
Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)
Terdiri dari:
- E- book Cool Girl and Our Wedding (54 Part)
- Extra Part ( 1, 2, 3, 4, dan 5)
- Bagian Tambahan (Edisi Spesial Lily)
Total: 60 part
Hanya dengan Rp48.000 kalian bisa akses full e-booknya
Cara Pembelian:
1. Masuk ke aplikasi Karyakarsa bisa melalui web atau aplikasi.
2. Cari nama kreator (TheDarkNight_) dan cari judul karya (Full _ Ebook _ Cool Girl and Our Wedding _ TheDarkNight_)
3. Setelah ketemu, scroll ke bawah sampai menemukan harga jual karya tersebut
4. Ubah harga jika kamu ingin memberi apresiasi lebih.
Pilih metode pembayaran: GoPay, OVO, Shopeepay, Indomart, Alfamart, atau transfer bank.
5. Ikuti petunjuk pembayaran (lihat bagian-bagian yang menerangkan pembayaran dengan Gopay, OVO, Virtual Account BNI, dan Pembayaran QR).
6. Kembali ke laman KaryaKarsa dan ke karya tadi. Pastikan kamu sudah login, ya. Kalau transaksi sudah berhasil, Karya yang sebelumnya bertuliskan "terkunci" akan ganti jadi "terbuka"
Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)
Jika ada pertanyaan boleh chat admin aku 085810258853
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Girl and Our Wedding
RomanceGadis kecil yang dingin menikah dengan pria dewasa yang super hangat.