Part 6

1.7K 281 19
                                    

"Apa kalian baik-baik saja?" tanya Ten begitu melihat mobil Xiaojun pergi.

"Ya, tenang saja. Mulai sekarang dia tidak akan berpikir yang aneh-aneh lagi." jawabku sambil tersenyum puas.

"Oh iya, apa hari ini kau sibuk? Bagaimana kalau hari ini kita pergi untuk mengurus butik yang akan kita buka?"

"Ide bagus. Aku juga sedang bosan berada dirumah terus." jawab Ten tanpa ragu.

Setelah bersiap-siap di kamar kami masing-masing, aku dan Ten pun bergegas pergi ke salah satu kantor yang bisa membantu kami untuk mengimpor barang-barang dari luar negeri. Kami sudah memutuskan untuk membuka toko yang menjual pakaian bermerk dari luar negeri. Kami rasa merk tersebut belum mempunyai toko resmi di Korea.

Sebenarnya ini adalah ide Ten, tetapi aku menyetujuinya kerena menurutku itu lebih mudah dibanding kalau kami harus mencari designer sendiri.

Ternyata berbicara dan berjalan-jalan dengan Ten sangat menyenangkan. Dengan cepat kami langsung akrab. Agak lucu memang kalau ada yang menanyakan apa hubungan kami. Bisa kau bayangkan apa yang akan kami katakan?

Ten : Dia istri kekasihku.

Aku : Dia kekasih suamiku.

Tapi syukurlah, sekarang semuanya menjadi lebih mudah. Kami tinggal mengenalkan diri kami sebagai "rekan bisnis".

Sebelum kembali kerumah, kami memutuskan untuk singgah di sebuah gerai minuman. Untunglah aku dan Ten sama-sama penyuka minuman manis dan segar, jadi kami tidak kesusahan untuk memilih tempat.

"Tapi, ngomong-ngomong.. sudah berapa lama kau dan Johnny berkencan?" tanyaku penasaran. Karena kalau boleh jujur, ini pertama kalinya aku mengenal langsung sebuah pasangan seperti mereka.

"Kami baru saja memperingati hari jadi kami yang ke satu tahun." jawab Ten.

"Oh ya? Kapan? Apa kalian tidak pergi berlibur?" tanyaku semakin antusias.

"Tepat tanggal 12 kemarin."

Aku langsung tersedak dengan minumanku begitu mendengar jawaban Ten. Lagi dan lagi aku semakin merasa bersalah. Setiap pasangan pasti sangat ingin merayakan hari jadi mereka dengan kencan spesial atau bahkan pergi berlibur berdua. Tapi pasangan ini malah merayakan hari jadinya dengan menghadiri acara pernikahan salah satu dari mereka.

"Tidak apa. Lagi pula ini bukan salahmu." Ten tersenyum untuk menenangkanku sambil menyodorkan tisu agar aku dapat membersihkan tumpahan minumanku.

Aku menerima tisu tersebut sambil malu-malu dan membersihkan wajah dan pakaianku yang terkena tumpahan.

"Tapi apa kau benar-benar tidak memiliki sedikit perasaan apapun kepada Johnny?" tanya Ten dengan sangat hati-hati. Atau mungkin dia sedikit takut. Takut dengan jawaban yang akan aku katakan.

Aku menatap Ten, lalu menghela nafasku.

"Jujur, dari awal sebenarnya aku tertarik dengan Johnny. Bagaimana tidak. Dia tampan, tubuhnya juga sangat bagus. Belum lagi dia sangat cerdas. Siapa yang tidak akan tertarik dengan dia bukan?" tanyaku sambil menggoda Ten dengan pertanyaanku diakhir.

Ten tersipu malu karena aku memuji kekasihnya, dia sedikit menundukkan kepalanya.

"Tapi.. Apa menurutmu kita akan baik-baik saja untuk seterusnya? Maksudku, kebohongan ini mungkin hanya bertahan beberapa saat." kata Ten.

Aku terdiam merenungkan ucapan Ten barusan. Dia benar. Tidak mungkin kami dapat selamanya berbohong. Tapi untuk jujur dan terbuka di keluarga besar kami dengan keadaan seperti ini, sama saja seperti tindakan bunuh diri.

"Adora Suh!"

Tiba-tiba terdengar suara bentakan wanita di meja kami. Aku dan Ten sangat terkejut. Aku menoleh ke arah wanita itu.

"Apa yang kau lakukan disini dengan laki-laki lain?!" teriak Sunny.

Sebenarnya aku tidak terlalu takut untuk menjelaskan kepada Sunny, kakak iparku, tentang Ten. Kami sudah mempunyai sebuah alasan. Tetapi keadaan Sunny sangat tidak baik sekarang. Wajahnya bahkan memerah karena marah. Sepertinya dia benar-benar menyayangi Johnny sampai-sampai takut kalau adiknya akan dikhianati oleh istrinya.

"Kak- tolong tenang dulu. Ini bukan seperti apa yang Kakak bayangkan." kataku sambil berdiri dan mendekati Sunny dengan suara lembut. Berharap dia dapat lebih tenang.

Tapi sepertinya usahaku sia-sia. Dia menghela tubuhku dan dengan kasar melangkah kehadapan Ten.

"Siapa kau? Apa kau tidak punya malu berduaan dengan istri orang lain?!" bentak Sunny.

Aku benar-benar ketakutan. Karena sekarang seisi cafe ini sudah membuat kami menjadi pusat perhatian. Bahkan seorang petugas keamanan sedang berjalan menuju ke arah kami.

"Kak-" aku mencoba memegang bahu Sunny agar bisa menjauh dari Ten. Jujur saja, Sunny terlihat sangat menyeramkan sekarang.

"Berhentilah menjadi pemarah seperti ini. Tidak semua yang kau lihat dengan matamu adalah benar."

Aku sedikit terkejut mendengar perkataan Ten. Bukan hanya karena ucapannya, tetapi Ten juga terlihat sangat tenang. Dia bahkan menatap Sunny dengan tajam. Ada apa ini? Bukannya Ten orang yang penakut sebelumnya?

"Apa katamu?! Jangan lancang mengguruiku." jawab Sunny semakin emosi.

"Dan apa kau juga tahu siapa aku?" Ten kembali menantang Sunny bahkan sampai melangkah lebih dekat.

Petugas keamanan mencoba untuk menahan tubuh Sunny dan menjauhkannya dari Ten. Aku hanya bisa diam mematung. Benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sedang aku lihat.

Ten mulai berjalan menjauh dari Sunny dan aku. Namun saat dia mulai melangkah, Sunny berhasil meloloskan diri dari petugas keamanan yang memeganginya. Dia menarik pakaian yang Ten kenakan sampai membuat tubuh kecil Ten terjatuh ke lantai.

Aku sangat terkejut melihat hal itu. Bahkan seisi cafe itu juga ikut terkejut. Aku tidak menyangka Sunny bisa sekasar itu. Selama ini yang aku tahu, Sunny adalah orang yang sangat lembut dan bersifat keibuan. 

Ten hanya diam beberapa detik. Namun tiba-tiba dia mengangkat kepalanya melihat Sunny dan sedikit menyeringai.

"Kau benar-benar tidak berubah." kata Ten dengan pelan. Tapi cukup untuk Sunny dan aku dengar.

Sunny semakin marah. Dia berusaha untuk menyerang Ten lagi dengan tangan kosong. Tapi dengan cepat sigap aku berlari untuk melindungi Ten.

Untung saja gerakanku sangat cepat. Aku menghadang Sunny dan tidak sengaja mendorong tubuh Sunny. Sekarang Sunny juga terjatuh ke lantai sama seperti posisi Ten.

"Kak! Tolong berhenti! Kau hanya membuat suasana menjadi rusuh!" Aku mulai menaikan nada bicaraku karena sudah tidak tahan dengan sikap kasar Sunny.

"Oh? Kau membela selingkuhanmu?!" sindir Sunny.

"Dia bukan selingkuhanku!" aku mulai membentaknya.

"Lalu apa lagi kalau buk-"

"Dia gay!"

The Gay Husband (Johnny/Ten) NCT -hiatus-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang