Part 18

1.4K 247 18
                                    

"Mantan kekasih?!" Aku dan Ten serentak mengatakannya. Kami berdua sangat terkejut.

Tapi sepertinya alasan kami terkejut sangat berbeda. Ten terkejut karena dia benar-benar tidak tahu kalau Johnny memiliki mantan kekasih. Sedangkan aku terkejut karena mantan kekasih Johnny adalah seorang wanita.

Bukan hanya seorang wanita, tapi seorang wanita yang sangat cantik. Tubuhnya memang tidak terlalu tinggi, tapi dengan bentuk tubuh dan wajah seperti itu membuatnya sangat sempurna. Belum lagi ukuran dadanya. Aku langsung membandingkan ukurannya dengan punyaku. Aku sedikit merasa gagal menjadi wanita.

Berarti Johnny adalah seorang biseksual. Itu tanggapanku sekarang. Dan jujur, aku mulai merasa risih karena Johnny sedang menyentuhku sekarang. Karena awalnya aku pikir dia hanya tertarik dengan laki-laki saja.

Johnny berusaha untuk tetap tenang. Belum ada setengah jam yang lalu dia sudah marah karena tingkah laku Adora, dan sekarang dia harus berhadapan lagi dengan wanita ini.

"Hahahaha.." Johnny tertawa, tetapi jujur tawanya sangat terdengar tidak ikhlas. Aku bahkan sampai menjauhkan telingaku karena terganggu dengan tawanya.

"Aku hanya tidak ingin istriku berpikir yang aneh-aneh. Apalagi sekarang dia sedang dalam program hamil." lanjut Johnny.

Hatiku mulai memanas kembali mendengar perkataan Johnny barusan. Aku melepaskan tubuhku dari rangkulan Johnny. Sedikit kasar mungkin.

"Aku sudah lelah dan ingin beristirahat. Permisi." kataku sambil berjalan meninggalkan mereka, tetapi Johnny menahanku dengan menggandeng tanganku. Ten dengan spontan melihat tangan kami.

"Kami permisi lebih dulu. Silahkan selesaikan urusan kalian." Setelah mengatakan itu, Johnny pun menuntunku ke kamar kami dengan bergandengan tangan. Aku hanya bisa pasrah menurutinya.

Begitu sampai di dalam kamar, kaitan tangan kami secara otomatis terlepas. Johnny langsung naik ke atas tempat tidur dan membaringkan tubuhnya secara tengkurap. Sedangkan aku berhenti tepat didekat pintu kamar yang sudah tertutup. 

"Apa kau harus mengatakan hal itu tadi?"
Air mataku mulai bergelinang lagi. Dadaku mulai terasa sesak.

"Apa lagi yang salah dari ucapanku?" tanya Johnny dengan suara yang sedikit terhambat karena wajahnya terhalangi bantal.

"Bagaimana bisa kau dengan santainya mengungkit lagi tentang kehamilan? Aku baru saja kehilangan bayiku."
Pertahananku runtuh lagi. Air mataku pun menetes. Tapi aku tetap berusaha untuk menahan isak tangisku.

"Kwan, tolonglah. Aku sudah sangat lelah hari ini. Kau bisa berdebat denganku sepuasnya besok." jawab Johnny dengan santai tanpa sedikit pun merubah posisinya.

Aku segera masuk ke kamar mandi. Aku menghidupkan keran air agar isak tangisku tidak terdengar. Aku tahu Johnny tidak akan peduli sekalipun aku menangis darah didepannya, aku hanya tidak ingin terlihat lemah di hadapannya.

Begitu Johnny mendengar suara pintu kamar mandi tertutup, dia membalikkan tubuhnya menatap langit-langit. Dia menghela nafasnya dengan kuat lalu mengacak-acak rambutnya.

"Kenapa hidupku jadi serumit ini sekarang?!" keluh Johnny.

🌸

Ten melihat Johnny dan Adora yang bergandengan tangan sampai mereka tidak terlihat lagi. Wajah sedihnya tidak dapat membohongi bagaimana suasana hatinya saat ini.

"Ten?" panggil Nancy.

Ten langsung mengembalikan kesadarannya. 

"Ah- Ada apa kau malam-malam kesini?" tanya Ten sambil tersenyum.

"Sebelumnya maaf aku sampai harus mendatangimu seperti ini, aku berusaha menghubungimu tapi teleponmu tidak aktif." jawab Nancy.

"Benarkah? Kalau begitu aku yang harus minta maaf karena kau jadi kesusahan seperti ini." kata Ten merasa bersalah.

"Tidak apa-apa." jawab Nancy lagi.

"Jadi bagaimana, apa kau sudah membuat keputusan?" tanya Ten dengan wajah yang berbinar-binar. Dia sangat berharap dengan jawaban Nancy.

Nancy tersenyum melihat Ten.

"Baiklah. Kita bisa mulai melakukannya besok." jawab Nancy dengan mantap.

The Gay Husband (Johnny/Ten) NCT -hiatus-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang