Aku sudah tidur saat mendengar pintu kamarku diketuk. Dengan berat aku mengumpulkan tenaga ku lagi agar bisa bangkit. Sebelum berdiri, aku duduk di ujung tempat tidur dan melihat jam di dinding.
Pukul 00.20.
Aku menghela nafasku kesal karena tidurku harus terganggu. Akupun berdiri dan berjalan untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarku.
Sebenarnya aku tidak terlalu terkejut saat melihat Johnny yang menungguku dibalik pintu. Karena kami hanya tinggal bertiga, pasti kalau bukan Ten ya Johnny. Tapi yang mengejutkanku Johnny berdiri dengan keadaan kancing bajunya yang terbuka.
"Ada apa?" tanyaku dengan malas tapi aku berusaha untuk mengalihkan pandanganku dari tubuh Johnny yang sangat kekar.
Johnny langsung menyelonong masuk ke dalam kamarku. Aku benar-benar terkejut. Dengan sigap aku menahannya dengan menarik tangannya. Tubuhnya sangat besar, aku sampai harus menahan satu lengannya dengan kedua tanganku.
"Apa lagi sekarang?" tanyaku dengan panik.
Johnny melihat tanganku yang memegang lengannya dengan tatapan najis. Dia langsung menarik lengannya dengan kasar. Lalu dia mendekat ke arahku untuk menutup pintu kamar yang berada di belakangku. Jarak wajah kami sangat dekat sekarang.
"Aku hanya akan tidur disini dan tidak menyentuhmu sedikit pun. Tapi besok pagi bersikaplah kalau kita sudah melakukan sesuatu." kata Johnny dengan dingin.
Dia langsung naik ke atas tempat tidurku dan mengambil posisinya untuk tidur. Aku hanya diam mematung melihatnya. Ini pasti tentang apa yang dia katakan waktu itu, untuk berpura-pura di depan Ten kalau kami sudah melakukannya.
"Apa kau akan memandangiku sepanjang malam?"
Aku terkejut mendengar perkataan Johnny dan langsung bergegas ikut naik ke tempat tidur.Untung saja tempat tidurku cukup besar, sehingga aku dan Johnny bisa tidur dengan nyaman tanpa harus berdekatan. Johnny sudah menutup matanya. Tapi aku tahu dia belum tidur.
"Mereka sudah memasukkannya ke dalam rahimku. Semoga saja ini berhasil." kataku dengan suara pelan.
Johnny sontak langsung membuka matanya dan melihatku, tapi aku tidak mau membalas tatapannya. Aku hanya memandang langit-langit kamarku.
Hanya ada diam diantara kami selama beberapa saat. Tapi keheningan ini tidak terasa canggung seperti sebelumnya.
"Apa kau baik-baik saja?"
Aku sedikit terkejut mendengar pertanyaan Johnny. Bukan hanya karena pertanyaannya saja, tetapi juga nada bicaranya. Dia terdengar sangat lembut dan tulus. Ini pertama kalinya aku mendengar Johnny berbicara seperti ini."A-aku hanya sedikit gugup." jawabku.
Aku memiringkan tubuhku membelakangi Johnny. Entah kenapa hatiku terasa sakit sekarang. Air mataku mengalir sampai membasahi bantal yang aku pakai. Aku hanya berharap ini adalah keputusan yang tepat agar aku bisa bahagia nantinya.
🌸
Disisi lain, Ten menutup wajahnya dengan bantal agar isak tangisnya tidak terdengar. Hatinya sangat hancur membayangkan Johnny tidur dengan Adora. Tubuhnya bahkan sampai bergetar.
Selama beberapa hari ini Johnny memang bersikap baik kepadanya. Dia bahkan jauh lebih mesra dari biasanya. Tapi semua itu malah membuat hati Ten semakin sakit, karena seakan-akan Johnny bersikap baik kepadanya untuk meminta izin agar bisa berhubungan intim dengan Adora.
"Aku tidak tahu akan jatuh cinta sedalam ini."
Ten penuh penyesalan.🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gay Husband (Johnny/Ten) NCT -hiatus-
Fanfic"Jangan berharap lebih dari pernikahan ini. Saya seorang gay." ps : "Don't judge a book by it's cover" #1 : ffindo (150121) #1 : ffnct127 (191120) #1 : johnnysuh (060121) #1 : johnnyff (060121) #1 : tennct (150121) #1 : johnnyten (150121)