Part 14

1.6K 274 47
                                    

Setelah beberapa detik, aku mendengar suara pintu tertutup lagi. Aku menghela nafasku karena lega tidak ada yang menggangguku.

Namun saat aku memejamkan mataku untuk menenangkan diri, tiba-tiba ada sepasang tangan yang memelukku dari belakang dengan erat. Aku berusaha dengan sekuat tenaga untuk melepaskan pelukan orang ini. Tapi ternyata tenagaku tidak cukup kuat untuk melawan, apalagi dengan keadaanku yang seperti ini. Akhirnya aku menyerah dengan perbuatan, dan memutuskan untuk protes dengan perkataan.

"Tolong keluar. Aku benar-benar ingin sen-"

"Diam saja dulu." kata orang tersebut dengan tenang.

Tunggu.

Suara ini.

"Xiaojun?" tanyaku dengan ragu. Tapi hanya Xiaojun yang kukenal memiliki suara seperti ini.

"Tolong jangan berpura-pura kuat. Aku tahu kau sangat membutuhkan ini sekarang." bisik Xiaojun dengan lembut ditelingaku.

Aku memegang tangan Xiaojun yang melingkar ditubuhku. Aku berusaha sedikit melonggarkan pelukannya. Bukan untuk melepaskan diri, tetapi agar aku bisa memutar tubuhku menghadap Xiaojun.

Awalnya Xiaojun sedikit terkejut karena dia berpikir aku akan mencoba melepaskan diri lagi darinya, tetapi dia langsung dapat mengikuti kemauanku begitu mengerti apa maksudku. Begitu aku berhasil memutar tubuhku untuk berhadapan dengan Xiaojun, aku memeluknya dengan erat. Karena tinggi tubuh kami yang hampir sama, aku membenamkan wajahku dilehernya yang sangat terasa hangat.

Sudah ku katakan kalau air mataku sudah kering bukan? Aku tidak dapat menangis lagi. Tapi percayalah saat ini aku semakin merasa sedih. Tapi kali ini rasa sedihku rasanya seperti terlampiaskan karena adanya Xiaojun disini. 

Aku memeluk tubuhnya dengan erat, begitu juga dengan dia. Aku merasa Xiaojun seperti tidak akan melepaskan tubuhku dari pelukannya.

Dia bahkan semakin menekan kepalaku dengan lembut agar pelukan kami semakin erat. Satu tangannya yang lain mengelus punggungku dengan lembut. Aku sangat menyukainya. Ini pertama kalinya aku merasakan kehangatan tubuh orang lain selain ayah dan ibuku. Ternyata rasanya sangat nyaman.

"Tolong jangan berhenti seperti ini." pintaku kepadanya. 

Xiaojun sedikit menggerakkan kepalanya saat aku berbicara. Mungkin dia merasa sedikit geli karena bibirku yang menyentuh kulit lehernya, ditambah nafas hangat yang aku keluarkan saat aku berbicara.

"Aku juga tidak berencara untuk berhenti." jawaban Xiaojun membuatku tersenyum.

🌸

Setelah mengantarkan Ten ke dalam taxi untuk kembali ke rumah, Johnny pergi ke sebuah toko yang menjual berbagai makanan. Dia berencana membawakan sesuatu untuk Adora.

"Selamat malam, ingin pesan apa?" tanya pelayan kasir yang menyapa Johnny dengan ramah.

Johnny diam sesaat sambil melihat berbagai macam jenis makanan yang tertera di menu. Dia tentu saja tidak tahu apa makanan kesukaan Adora. Apakah dia menyukai makanan manis, asin, atau pedas.

"Makanan apa yang biasa dipesan oleh seorang wanita?" tanya Johnny dengan polosnya.

Pelayan tersebut kebingungan mendengar pertanyaan Johnny. Dia mengerutkan wajahnya, tetapi berusaha senatural mungkin karena dia harus tetap menjaga profesionalitas pekerjaannya.

"Umm.. apa dia menyukai makanan manis, pedas, atau asin?" tanya pelayan tersebut.

Johnny menatap pelayan itu dengan tatapan sinis karena tidak senang dengan pertanyaannya. Pelayanan tersebut menanyakan pertanyaan yang jelas dia tidak tahu. Kalau dia tahu, dia juga tidak akan bertanya. Pelayan tersebut mulai merasa takut dengan tatapan Johnny.

The Gay Husband (Johnny/Ten) NCT -hiatus-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang