Part 16

1.5K 252 45
                                    

Setelah drama yang aku lalui bersama ibuku, ibuku pun kembali ke rumahnya. Dia berhasil membujukku untuk tidak pergi dari sini. Aku kembali ke dalam kamarku dan hanya diam berdiri melihat barang-barang yang sudah hampir selesai aku kemasi.

Tapi aku rasa, merapikan seluruh barangku kembali ke tempat semula bukanlah hal yang paling penting sekarang. Aku langsung berjalan cepat keluar dari kamarku. Aku melangkahkan kakiku dengan sangat cepat dan tegas. Tapi semakin dekat aku dengan kamar itu, tubuhku semakin bergetar.

Aku menarik nafasku dalam-dalam sebelum membuka pintu kamar tersebut. Setelah berusaha menenangkan diriku, aku pun membuka pintu tersebut, dan masuk hanya satu langkah saja.

Tubuhku terasa seperti mematung. Suasana di dalam kamar ini benar-benar asing bagiku. Aku bahkan merasa ini seperti bukan ada dirumahku. Aku tidak pernah menginjakkan kakiku ke kamar Johnny dan Ten. Dadaku mulai terasa sesak, aku sangat tidak nyaman berada disini.

Aku melangkah perlahan ke arah pakaian baju besar milik mereka. Ya, aku berencana untuk memindahkan seluruh pakaian dan barang-barang Johnny ke kamarku. Kamar kami.

Aku memang benar-benar tidak tahu yang mana pakaian Johnny, tapi setidaknya dengan melihat ukurannya saja akan menjadi mudah untuk membedakannya.

Aku mengambil satu kemeja, lalu aku bentangkan. Sepertinya ini adalah pakaian Ten. Ini akan terlalu kecil untuk Johnny. Aku melipat kembali kemeja tersebut untuk aku kembalikan. Tapi saat aku akan mengembalikan pakaian tersebut, aku melihat sebuah lembaran kertas.

Aku tahu ini salah karena ini bukan milikku, tapi rasa penasaranku sangat besar. Aku pun mengambil kertas tersebut, yang ternyata adalah sebuah foto. Foto ini terlihat sudah sangat lama. Ada seorang anak laki-laki kecil berumur sekitar lima tahun, laki-laki yang terlihat seperti sudah remaja lima belas tahun, dan seorang wanita paruh baya. Sepertinya wanita ini adalah ibu dari kedua anak ini.

Aku memperhatikan lagi wajah orang difoto itu. Wajah anak remaja laki-laki itu sekilas terlihat seperti Ten. Tapi, agak sedikit berbeda. Mungkin saja wajah Ten berubah saat semakin beranjak dewasa. Jadi aku berasumsi kalau itu adalah foto Ten, adiknya, dan juga ibunya.

Saat aku akan mengembalikan foto itu, lagi-lagi gerakku terhenti. Aku memperhatikan lagi foto tersebut. Mereka sedang berpose tersenyum sambil memegang beberapa mainan dan makanan manis di sebuah taman bermain. Aku seperti mengenal taman ini. Aku memperhatikan lagi lebih teliti.

Akhirnya aku mengingatnya. Taman ini adalah salah satu taman bermain di Seoul. Dulu taman ini sangat terkenal, tapi sekarang sudah tidak lagi. Aku tahu karena dulu aku juga sering berlibur ke taman itu.

Tapi tunggu.

Bukannya Ten lahir dan besar di Thailand?

Dia sendiri yang mengatakannya padaku. Bahkan Johnny dulu pernah sedikit bercerita tentang itu.

Aku jadi sedikit kebingungan. Aku memperhatikan lagi foto tersebut. Aku sangat yakin kalau ini adalah taman yang berada di Seoul. Aku juga pernah mengambil foto yang sama di spot ini.

Aku menggelengkan kepalaku agar berhenti berpikir yang tidak penting. Mungkin saja waktu itu Ten dan keluarganya sedang berlibur ke Korea.

🌸

"Saya sangat senang bisa bekerja sama dengan anda." Ucap Ten dengan sangat girang setelah Nancy menandatangani kontrak kerjanya. Nancy membalasnya sambil tertawa kecil.

"Anda tidak bekerja sama dengan saya, tetapi dengan Johnny-ku." jawab Nancy.

Ten ikut tertawa dengan kuat dan di sambung dengan tawa Nancy.

"Ah, Anda benar. Setidaknya tolong sampaikan kepada Johnny ucapan terima kasih dari saya." jawab Ten sambil tersenyum manis.

"Tentu, dengan senang hati akan saya sampaikan." jawab Nancy.

Setelah sedikit berbincang-bincang, Nancy pun kembali dan begitu juga dengan Ten yang sedang bersiap-siap untuk pulang. Johnny akan menjemputnya pulang.

Babe, aku sudah didepan.

Ten membaca pesan singkat dari Johnny yang masuk ke telepon genggamnya. Dengan sangat ceria Ten menghampiri Johnny untuk pulang bersama.

Sebelum pulang kerumah, Johnny dan Ten menyempatkan untuk makan malam bersama. Dan sesampainya mereka di rumah, mereka langsung masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri dan berencana untuk langsung tidur.

"Masuklah lebih dulu, aku akan menyiapkan pakaian tidurmu." kata Ten menyuruh Johnny mandi terlebih dahulu.

"Aku pikir kita akan mandi bersama?" tanya Johnny sambil memasang wajah memelasnya. Ten tertawa dan memalingkan wajahnya karena tidak tahan melihat wajah Johnny. Dia benar-benar seperti bayi raksasa.

"Tidak usah aneh-aneh." bantah Ten berusaha untuk menutupi wajahnya yang mulai memerah sambil mendorong tubuh Johnny.

"I'm waiting for you.." kata Johnny sambil bermain dengan matanya dan masuk ke kamar mandi lebih dulu.

Ten menggelengkan kepala sambil tertawa kecil. Dia berjalan ke arah lemari pakaian untuk menyiapkan pakaian tidur Johnny.

Tapi saat dia membuka lemari pakaian tersebut, dia terkejut melihat isinya.

"Johnny!"   "Babe!"

Ten berteriak memanggil Johnny. Tapi diwaktu yang bersamaan Johnny juga meneriaki Ten dari dalam kamar mandi. Ten juga ikut terkejut dan bingung, begitu juga dengan Johnny dari kamar mandi yang mendengar suara Ten.

Ten berencana untuk menghampiri Johnny, tapi Johnny lebih dulu sampai menghampirinya.

"Ada apa?" tanya Johnny dengan sangat khawatir.

"Tapi kamu juga memanggilku, ada apa?" tanya Ten lagi.

"Dimana semua peralatan mandiku? Kamu memindahkannya?" tanya Johnny.

"Seluruh pakaianmu juga tidak ada." jawab Ten tidak kalah kebingungan. Johnny melihat isi lemarinya yang sudah kosong dan hanya tinggal pakaian Ten. Johnny dan Ten pun saling bertukar tatap kebingungan. 

Lalu dengan secepat kilat Johnny keluar dari kamar mereka. Ten berusaha untuk mengikuti Johnny dari belakang.

"Kwan!" teriak Johnny dari luar kamar Adora. Tapi tidak ada jawaban. Johnny pun berinisiatif langsung masuk ke dalam kamar Adora. Dia tidak menemukan Adora disana. Saat Johnny akan keluar lagi untuk mencari Adora di ruangan lain, matanya tertuju dengan peralatannya dan beberapa barangnya yang tertata rapi di atas sebuah meja dikamar tersebut.

Johnny mendekati meja tersebut untuk memastikan apakah semua barang-barang itu adalah miliknya. Dan ternyata benar saja. Semua itu adalah miliknya. Johnny lantas langsung pergi ke closet, sebuah ruangan khusus untuk pakaian, tas dan sepatu.

Ten yang baru saja berhasil mengikuti Johnny juga sangat terkejut melihat semua pakaian dan barang-barang Johnny sudah tertata rapi ditempat ini. Johnny semakin emosi, dia keluar dari kamar Adora dan meneriaki nama Adora seperti orang yang kesetanan.

"Kwan! Apa maksudnya semua ini?!" bentak Johnny begitu menemukanku sedang duduk santai menikmati salad. Aku juga terlihat sangat santai karena aku sudah menduga Johnny akan marah seperti ini.

"Kenapa? Aku hanya membantumu merapikan barang-barangmu." jawabku tetap dengan santai dan melahap saladku.

Lalu dengan kasar Johnny menarik mangkuk yang masih berisi penuh dengan salad kesukaanku. Aku melihat Ten juga ada diruangan ini dari ujung mataku. Aku berdiri dan menatap Johnny dengan tajam.

"Aku baru sadar, selama ini aku terlalu baik. Kau memang kekasihnya, tapi tetap saja kau adalah suamiku. Jadi mulai sekarang, kita harus bertingkah selayaknya pasangan suami dan istri."  

The Gay Husband (Johnny/Ten) NCT -hiatus-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang