Part 7

1.7K 305 43
                                    

Maapin yaa lama updatenya:") Baru sampe bumi, di mars ga ada wifi soalnya hehehe. Bonus hari ini dua part ya buat kalian yang setia nungguin.


Aku membantu Sunny mengangkat barang belanjaannya ke dalam mobil setelah membantunya untuk membersihkan pakaiannya karena sudah aku dorong ke lantai. Ten langsung kembali ke rumah karena Johnny menyuruhnya untuk segera pulang.

"Kau seharusnya mengatakan lebih awal kalau dia bukan selingkuhanmu." kata Sunny dengan sedikit merasa bersalah.

Aku menghela nafasku. Bagaimana caraku bisa menjelaskannya kepadamu kalau tadi saja kau sangat marah dan tidak dapat dikontrol. Keluhku dalam hati.

"Jadi kapan butik kalian akan resmi dibuka?" tanya Sunny lagi karena aku hanya diam.

"Mungkin dua atau tiga bulan lagi. Masih banyak hal yang harus kami selesaikan." jawabku.

Aku menjelaskan kalau Ten adalah seorang gay dan hubungan kami hanya sebatas rekan bisnis. Tapi tentu saja aku tidak mengatakan tentang hubungan Ten dengan Johnny. Aku rasa ini bukan waktu yang tepat.

"Sebaiknya kau juga jangan terlalu kelelahan. Apalagi kau sedang program untuk  hamil kan?" tanya Sunny sambil mengelus perutku dengan lembut.

Bagaimana mungkin aku bisa hamil, bahkan sekedar tidur satu ranjang dengan laki-laki saja aku tidak pernah. Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Maaf kalau tadi aku menjadi sangat kurang ajar. Aku sangat takut kalau sampai rumah tangga Johnny tidak berhasil. Aku sudah menjaga keluargaku dengan sebaik mungkin, jadi agak menyakitkan kalau melihatmu pergi dengan laki-laki lain yang bisa membuat rumah tangga kalian berantakan."

"Sebenarnya ada sesuatu yang belum kau ketahui, Adora."

Aku melihat Sunny untuk menunggunya melanjutkan perkataannya. Wajahnya terlihat menjadi sedih.

"Sebenarnya keluarga kami tidak baik-baik saja. Kedua orang tua kami sudah lama tidak tinggal satu rumah. Itu alasan kenapa kami pindah ke Chicago dulu. Agar tidak ada keluarga kita yang tahu tentang hal ini."

Aku terkejut mendengar perkataan Sunny. Sangat tidak mungkin hal itu terjadi, melihat bagaimana romantisnya keluarga Suh saat berkumpul bersama. Aku benar-benar tidak menyangka.

"Semua itu bermula saat Johnny masih duduk dibangku SMP. Ibu kami berselingkuh dengan laki-laki lain. Tentu saja ayah kami ingin bercerai. Tapi kau tahu sendiri, tidak ada kata perceraian di tradisi keluarga kita."

Sunny mulai menggenggam kedua tanganku dan menatapku dengan sungguh-sungguh. Bahkan kedua bola matanya mulai berkaca-kaca. 

"Maka dari itu, aku minta tolong jaga Johnny dengan baik. Jangan buat dia merasa kecewa lagi dengan sosok perempuan. Jujur, kau datang seperti penyelamat di keluarga kami. Dan aku sangat bersyukur karena wanita pilihan Johnny adalah kau, Adora."

Air mataku mulai menetes. Aku semakin merasa bersalah. Aku jelas bukan penyelamat di keluarga Suh. Aku bahkan tidak mempunyai pengaruh apapun di kehidupan Johnny. Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku harus menjadi perusak kebahagiaan Johnny dan Ten? Atau apakah aku harus menjadi perusak citra baik yang sudah dijaga oleh Keluarga Suh selama ini?

                                                                                                 🌸

Selama perjalan kembali ke rumah, aku tidak dapat berhenti memikirkan perkataan Sunny. Aku sangat bimbang sekarang. Dan rasa takut juga mulai aku rasakan. Setiap tindakan yang akan aku ambil kedepannya akan membuat resiko yang sangat besar. Aku tidak siap untuk memilih keputusan yang akan aku ambil nantinya.

Aku menyukai Ten. Bukan sebagai seorang kekasih, tapi sebagai teman. Dia sangat baik. Dia juga satu-satunya sumber kebahagiaan Johnny. Dia bahkan satu-satunya orang yang dapat mengubah Johnny menjadi seseorang yang lembut. Aku tidak dapat membayangkan bagaimana sikap Johnny kalau tidak ada Ten disekitarnya.

Tapi bagaimana dengan Keluarga Suh? Kalau saja hanya Johnny yang akan mendapatkan sanksi dari kejadian ini, aku tidak akan takut mengungkapkannya. Tetapi kedua mertuaku, Sunny, suaminya dan juga anaknya akan mendapatkan sanksi. Sesuai dengan peraturan keluarga besar kami, setiap anggota keluarga yang melenceng atau membuat masalah, seluruh keluarganya juga akan mendapatkan imbasnya, yaitu seluruh harta kekayaan mereka akan diambil tanpa sisa sepeser pun.

Aku sudah sampai didepan rumah. Sebelum turun dari mobil, aku berusaha untuk melupakan semua itu. Dan aku juga sudah memutuskan agar mulai sekarang kami harus lebih berhati-hati agar tidak ada yang tahu tentang ini dulu, sampai kami menemukan jalan keluarnya.

Aku masuk ke dalam rumah dengan santai. Aku melihat Johnny dan Ten sedang berbicara. Tapi entah kenapa suasananya cukup tegang. Aku berusaha agar tidak mengganggu mereka dengan berjalan perlahan ke kamarku.

"Kwan."  Tiba-tiba Johnny memanggilku. Dengan berat aku melangkahkan kakiku menghampiri mereka.

Benar saja, sepertinya mereka sedang ada masalah. Ten terlihat menahan isak tangisnya. Apa karena masalah Sunny tadi? Tapi saat aku sampai, Ten langsung berlalu pergi tanpa sedikit pun melihatku. Aku hanya bisa berdiri kebingungan melihat Ten pergi sampai dia tidak terlihat lagi masuk ke dalam kamarnya.

Saat aku kembali menoleh ke arah Johnny, dia sudah menatapku dengan tajam. Tapi dia bukan hanya menatapku, tetapi juga terlihat seperti sedang memeriksa tubuhku dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.

"Ada apa?" tanyaku sedikit kesal. Aku tidak suka caranya memperhatikanku.

"Pergilah mandi dan bersiap-siap. Aku akan menyusul ke kamarmu." jawab Johnny sambil berlalu ke kamarnya.

"Ha?" Aku tidak mengerti.

Johnny menghela nafasnya dengan kuat. Dia terdengar sangat kesal sampai langkahnya terhenti. Dia membalikkan tubuhnya berjalan ke arahku dengan tatapan yang sangat menyeramkan.

Aku mulai gugup dan takut. Tapi aku berusaha untuk menahan diri dan terlihat berani. Semakin dekat Johnny melangkah ke arahku. Saat dia tepat berada didepanku, aku berusaha keras untuk menelan air liurku karena aku sangat gugup. Dia menyeramkan.

"Aku sudah muak dengan pertanyaan bodoh itu. Sebaiknya lebih cepat lebih baik." kata Johnny dengan dingin.

Aku masih tidak mengerti. Pertanyaan apa yang Johnny maksud? Aku mengerutkan keningku berusaha untuk menerka apa yang dia maksud.

Lagi dan lagi Johnny menghela nafasnya dengan kuat. Tapi kali ini aku dapat merasakan nafasnya yang hangat di wajahku karena jarak kami sangat dekat.

"Aku rasa satu anak sudah cukup untuk membuat mereka diam."

"Apa?!"

The Gay Husband (Johnny/Ten) NCT -hiatus-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang