Part 23

1.4K 236 28
                                    

*Third Pov*

Johnny langsung tersenyum dan melangkah mendekati Ten. Tapi dengan sigap Ten mundur ke belakang menjauh dari Johnny. Sepertinya dia sangat tidak ingin bertemu Johnny. Adora sampai terkejut dengan sikap Ten, apalagi dengan Johnny.

Adora melihat pakaian yang Ten kenakan kotor dengan tanah. Sepertinya dia baru saja selesai berkebun dan dia juga memegang peralatan berkebun lainnya. Mulai dari gunting besar untuk memotong rumput, topi untuk melindunginya dari sinar matahari, dan tidak lupa dia juga mengenakan sarung tangan tebal. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Ten.

Tiba-tiba Ten melihat ke arah Adora. Dia menatap Adora dengan penuh kebencian. Bahkan tangannya sampai mencengkeram gunting besar tersebut semakin erat. Ini pertama kalinya Adora merasa takut dengan tatapan Ten. Selama ini dia terlihat sangat ramah dan lembut, itu yang membuat Adora sangat menyukainya.

"Kami sudah mencarimu kemana-mana. Kenapa kamu pergi begi-"

"Kalian sudah puas makanya sekarang baru mencariku?"
Ten tidak membiarkan Johnny menyelesaikan perkataannya.

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti." tanya Johnny dengan heran.

Tapi Ten malah menghela nafasnya dengan kesal sambil memutar bola matanya. Dia sudah merasa sangat muak dengan Johnny dan Adora. 

Plang!

Tubuh Adora sampai sedikit bergetar karena terkejut, Ten tiba-tiba mencampakkan gunting rumput tersebut ke tanah dan membuat suara dentuman yang cukup kuat. Sedangkan Johnny tak berhenti melihat Ten dengan tatapan tidak percaya. Apa yang membuat Ten semarah ini.

Ten benar-benar merasa sudah dimanfaatkan oleh Johnny dan Adora. Dia merasa kalau mereka berdua adalah manusia yang paling munafik yang pernah Ten temui. Terutama dengan Adora, dia sangat kecewa kepadanya.

"Aku tidak punya waktu untuk meladeni kalian. Pergilah." kata Ten sambil berlalu ke arah rumahnya.

Tapi Johnny menahan Ten dengan memegang lengannya. Lagi-lagi dengan kasar Ten menarik tangannya. Dia merasa sangat najis harus bersentuhan dengan Johnny. 

"Sebenarnya ada apa denganmu?!" Johnny mulai membentak Ten dengan suara yang cukup kuat. Sepertinya dia benar-benar tidak tahan lagi dengan sikap acuh Ten.

Tiba-tiba wanita tua yang terikat tadi berteriak sambil menutup kedua telinganya. Dia seperti ketakutan. Tapi Ten dan Johnny tidak mempedulikan suara teriakan wanita itu. Mereka tetap saling bertukar tatap penuh amarah.

Perlahan Adora berjalan menghampiri wanita tua itu. Dia benar-benar ketakutan, mungkin karena suara Johnny yang kuat. 

"Shh.. shh.. tidak apa-apa." Adora mencoba menenangkan wanita tua itu. Dia sangat iba melihatnya. Wanita tua itu bahkan sampai menangis. Adora berpikir mungkin tali yang mengikat tangannya juga menyakiti wanita itu. 

Dengan perlahan Adora semakin mendekat sampai ia duduk disebelahnya. Adora mencoba dengan sangat perlahan memegang tali yang ada ditangannya. Dia khawatir akan membuat wanita itu semakin ketakutan dan kesakitan.

Saat Adora berhasil memegang tangan wanita itu, dia melihat Adora dengan tatapan kosong. Lalu Adora memberanikan diri berkata, "Jangan takut. Aku hanya akan melepaskan tali ini."

Wanita tua itu sepertinya mengerti. Dia hanya diam melihat Adora melepaskan ikatan tali kain yang ada ditangannya. Dan sampai tali itu berhasil terlepas, dia langsung meringkuk dan membenamkan wajahnya diantara kaki dan tangannya.

Adora merasa tugasnya sudah selesai. Dia kembali lagi ke antara Johnny dan Ten.

"Ten.. kami sudah mencarimu kemana-mana selama ini. Tapi baru hari ini kami berhasil menemukan alamatmu." kata Adora dengan lembut dan penuh rasa penyesalan. Dia tentu saja tidak mengerti apa yang membuat Ten membenci mereka, tapi yang terpenting sekarang adalah menenangkan perasaan Ten.

Ten menyilangkan tangannya didada sambil tertawa sinis. Dia benar-benar terlihat berbeda dari Ten yang selama ini Johnny dan Adora kenal.

"Waw.. lihat siapa yang berbicara sekarang. Kau tahu Kwan, kau adalah perempuan kedua yang paling menjijikkan yang pernah aku kenal." sindir Ten kepada Adora.

"Apa katamu?! Ten, kau sudah kelewatan batas. Kami benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Setidaknya jelaskan dulu kepada kami baru kau bisa sepuas hati memaki kami." Adora juga mulai kehilangan kesabarannya.

Wajah Johnny yang tadinya sudah emosi berubah menjadi lembut kembali. Dia menarik nafas dalam-dalam untuk meredam emosinya. Dengan lembut dia memegang kedua bahu Ten agar bisa berhadapan dengannya. Johnny menatap mata Ten dengan penuh rasa peduli dan cinta.

"Sayang, tolong hentikan semua ini." Johnny memohon dari lubuk hatinya yang terdalam, berharap Ten dapat luluh dan bisa kembali menjadi baik-baik saja seperti sebelumnya.

Tapi ternyata mendengar Johnny memanggilnya dengan panggilan itu malah membuat Ten semakin memanas. Dia semakin merasa kalau Johnny menganggapnya seperti orang cadangan dihidupnya, yang bisa kapan saja dia manfaatkan.

"Pergi! Aku bilang pergi!" Ten berteriak seperti orang kerasukan setan. Bukan hanya itu, dia juga melempari Johnny dengan barang-barang yang ada disekitarnya. Tapi Johnny tetap bertahan dengan menggunakan tangannya sebagai perlindungan melindungi tubuhnya dari barang-barang yang melayang ke arahnya.

Tanpa mereka semua sadari, suara teriakan Ten membuat wanita tua tadi menjadi histeris lagi. Dia ikut berteriak dari tempat duduknya dengan bahasa Thailand yang Adora dan Johnny tidak dapat mengerti.

"ลูกของฉัน!" (Anakku!) teriak wanita tua itu tadi. Dia melihat Ten melempari barang dan merasa kalau Ten sedang terancam. Dia langsung berlari mengambil gunting rumput yang tadi Ten bawa. 

Dengan cepat dia mengarahkan ujungnya yang runcing kedepan dan berlari ke arah Adora. Refleks Adora tidak begitu cepat untuk menyadari apa yang akan terjadi. Tapi saat wanita tua itu semakin mendekat ke arahnya, tiba-tiba Adora terpental ke tanah.

Dan suasana yang tadinya ricuh berubah menjadi hening. Bahkan sangat hening. Perlahan Adora membuka matanya dengan perasaan takut. Dia benci keheningan seperti ini.

Begitu dia dapat melihat dengan jelas, ternyata gunting rumput tadi sudah tertancap diperut Johnny. Johnny melihat ke bawah, ke arah perutnya yang terluka parah lalu dengan perlahan dia rubuh ke tanah. 

"Johnny!" Teriak Adora yang langsung berlari menghampiri Johnny. Dia berteriak minta tolong histeris seperti orang gila sambil memangku kepala Johnny agar dia tetap sadarkan diri.

"Tolong! Siapapun tolong!!" teriak Adora. Air matanya mulai bercucuran. Teriakannya bercampur dengan tangisan. Dia tidak terluka sedikit pun, tapi dadanya terasa sesak melihat Johnny terluka separah ini.

Wanita tua tadi lagi-lagi ikut berteriak. Sepertinya dia benar-benar sudah tidak waras. Sedangkan Ten yang selama ini mengidap hemophobia, melihat darah segar sudah bercucuran dari perut Johnny. Dia tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Dia juga sampai kesulitan bernafas sehingga dia tersengal-sengal. 

Perlahan pandangan Ten bergerak dari arah perut ke wajah Johnny. Dia melihat wajah Johnny yang merintih kesakitan. Dan juga darah mulai keluar dari mulut Johnny. Nafas Ten terhenti seketika. Pandangannya mulai kabur dan menghitam, sampai akhirnya dia juga terjatuh ke tanah tidak sadarkan diri.

The Gay Husband (Johnny/Ten) NCT -hiatus-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang