Aku hanya bisa duduk sambil menatap pilu bunga yang sedang berada dihadapanku sekarang. Dulu aku sengaja memilih bunga berwarna-warni, karena aku percaya setelah aku menikah nanti akan banyak warna kehidupan yang akan aku jalani.
Tapi ternyata aku salah.
Bunga ini terlalu indah. Tidak akan ada keindahan di dunia pernikahanku nanti. Seharusnya aku memilih bunga dengan satu warna saja.
Hitam.
***
Aku tertawa dengan kuat, lalu melirik ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu.
"Ok. Ini tidak lucu. Apa kalian sedang mengerjaiku sekarang?"
Lalu kulanjutkan tawaku yang pasti sangat terdengar aneh sekarang.Tapi aku tidak mendapat jawaban apapun. Aku melihat mereka berdua. Johnny hanya menatapku dengan tatapan tajam, sedangkan laki-laki bertubuh pendek itu menundukkan kepalanya.
Lalu aku menghentikan tawaku. Dan perlahan namun pasti, aku melangkah ke arah Johnny.
Setelah tepat berada di depannya, aku menatapnya sambil bertanya,
"Apa kau sudah gila?"Johnny membuka mulutnya untuk menjawabku, tetapi aku menahannya dengan mengangkat tangan kananku.
"Kalau kau memang punya kekasih, kenapa tidak kau batalkan saja pernikahan kita?" tanyaku masih tidak percaya.
Aku melirik laki-laki bertubuh pendek ini dengan sedikit najis saat mengucapkan kata "kekasih". Aku jelas tidak bisa menerima kalau ada orang ketiga dirumah tanggaku nanti. Apalagi orang itu adalah seorang pria.
"Apa menurutmu keluarga kita bisa menerima itu? Sekalipun kekasihku adalah seorang wanita, apa aku bisa menikahi orang lain selain dirimu?"
Entah kenapa kata-kata Johnny terasa menusuk hatiku. Pernah terpikir olehku untuk memberontak dari tradisi perjodohan ini. Tapi ternyata hal itu akan berdampak bukan hanya untukku, tetapi juga untuk kedua orang tuaku.
Johnny melanjutkan lagi perkataannya.
"Lagi pula.. Apa kau tahu rasanya jatuh cinta?"
Nafasku rasanya terhenti. Sepertinya laki-laki ini sudah kelewat batas. Dia pasti sudah mengetahui semua data pribadiku, termasuk mengenai hal kalau aku tidak pernah mengencani pria manapun sebelumnya.
Dan yang pasti, aku tidak pernah jatuh cinta.
Aku menatap Johnny dengan penuh kebencian. Aku memang tidak mencintai Johnny, tapi percayalah sebelumnya aku sudah berencana agar bisa belajar mencintai Johnny setelah menikah nanti.
Tapi sekarang yang aku rasakan hanyalah kebencian dan penyesalan kenapa aku harus memilih laki-laki ini.
Dari sudut mataku aku dapat melihat laki-laki pendek itu menatap Johnny. Mungkin terharu dengan perkataan kekasihnya yang membela hubungan mereka.
***
Aku tidak sanggup berlama-lama menghadapi mereka berdua waktu itu. Aku langsung pergi dari tempat itu dan tidak pernah bertemu lagi dengan Johnny. Bahkan sampai hari ini, di hari pernikahan yang akan kami laksanakan, aku belum bertemu dengannya lagi.
Mengingat kejadian itu membuat hatiku kembali terasa panas. Untuk apa aku menikah kalau hanya untuk sebuah status? Aku juga berhak untuk bahagia bukan?
Belum lagi muncul sebuah penyesalan yang sangat mendalam dibenakku. Lebih baik aku memilih laki-laki yang lebih muda dariku itu, daripada laki-laki yang mencintai laki-laki lainnya ini.
Aku menarik nafas dalam-dalam. Sudah ku putuskan untuk membatalkan pernikahan ini. Aku berhak untuk bahagia.
Aku bangkit berdiri dari tempat dudukku. Saat aku menoleh ke belakang, pintu terbuka. Ibuku masuk kedalam ruangan sambil tersenyum manis.
Saat dia semakin mendekat, aku melihat matanya mulai berkaca-kaca. Ah, sial. Aku benci perasaan ini.
Ibuku memegang kedua pipiku dengan lembut, mungkin takut akan merusak riasanku wajahku. Matanya semakin berbinar.
Kenapa aku tidak bisa berbuat jahat kepada ibuku sekali saja?!
Aku mulai frustasi. Tapi semuanya aku pendam didalam dadaku. Rasanya aku ingin meledak saja.
"Kamu benar-benar mirip dengan mama saat masih gadis dulu. Tapi kamu jauh lebih cantik." ucap ibuku yang sekarang sudah menangis dihadapanku.
Saat aku akan mengucapkan sesuatu, pintu terbuka kembali.
"Acaranya akan di mulai. Semuanya sudah- Woahh Adora! Kamu sangat cantik!" teriak Sunny dengan bersemangat begitu menyadari rupaku saat ini.
Sunny adalah kakak pertama Johnny. Dia sudah menikah dan memiliki satu anak. Tidak perlu diragukan lagi, mereka juga hasil dari tradisi perjodohan bodoh ini.
"Si Kunyuk itu kenapa bisa seberuntung ini mendapatkan jodoh seperti kamu?" ucap Sunny yang sekarang sudah berdiri disamping ibuku.
Aku hanya bisa membalas dengan senyuman kecil. Kalau saja kau tahu kebenaran Adik Monyet Kecilmu itu, kau tidak akan bisa mengatakan hal seperti ini.
Sekarang aku sudah berada diujung karpet yang ditaburi bunga-bunga. Apa yang kau harapkan? Aku akan merasa gugup? Hah! Sama sekali tidak. Aku merasa langkahku sangat berat.
Alunan musik mulai diputar, perlahan aku berjalan dengan anggun. Tidak. Aku berjalan perlahan karena gaunku terasa sesak dan berat. Aku ingin segera mengganti pakaian dengan kaos dan celana pendek.
Diujung karpet sudah berdiri pria idiot itu. Semakin dekat jarak kami, aku mulai menyadari matanya terlihat sembab. Seperti habis menangis.
Lalu entah bagaimana caranya, tatapan mataku bertemu dengan sosok laki-laki pendek itu. Ya, kekasih Johnny. Dia bahkan masih menangis.
Dia memang tidak menangis tersedu-sedu. Tapi matanya terlihat memerah, matanya bengkak, dan air matanya terus mengalir walaupun dia menahan dengan sehelai tisu entah sapu tangan. Entah la aku pun tidak dapat melihat dengan jelas.
Sekarang muncul perasaan aneh. Kenapa aku merasa-
sedikit-
agak-
iba?
Aku merasa benar-benar telah merusak hubungan mereka.
Perasaan macam apa ini?
Satu langkah lagi aku berada disamping Johnny. Tetapi langkahku terhenti.
Ya.
Aku berhenti.
Benar-benar berhenti.
Semua orang terlihat kebingungan. Mulai terdengar suara bisikan orang-orang di belakangku. Bahkan Johnny sampai mengkerutkan keningnya menatapku.
"Apa aku sudah gila akan melakukan itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gay Husband (Johnny/Ten) NCT -hiatus-
Fiksi Penggemar"Jangan berharap lebih dari pernikahan ini. Saya seorang gay." ps : "Don't judge a book by it's cover" #1 : ffindo (150121) #1 : ffnct127 (191120) #1 : johnnysuh (060121) #1 : johnnyff (060121) #1 : tennct (150121) #1 : johnnyten (150121)