7

13K 976 14
                                    

Jika ditanya apa dia mengenal pemilik suara itu...

Chitta bingung dia harus menjawab kenal atau berpura-pura tidak kenal.

Karena sungguh dia adalah orang yang paling ingin Chitta lupakan adanya didunia ini.

Pria itu.......

Pria yang berdiri sekitar 1 meter dari dirinya itu menatap Chitta dengan pandangan sendu yang menurut Chitta begitu palsu dan memuakan.

Pria itu mencoba untuk mendekat namun dengan segera Chitta mengimbanginya dengan langkah mundur membuat nya urung untuk melangkah lebih dekat lagi.

"Chit....."

Atensinya teralih kepada Johnny yang menatap dua orang yang berhadapan itu bergantian dengan pandangan bingung.

-------------------------------------

Setelah menyelesaikan Meeting nya Johnny pun bergegas menuju kafetaria untuk membelikan Chitta makanan, dia pasti kelaparan karena menunggunya terlalu lama.

Namun ketika sampai di lantai satu dia malah dibingungkan dengan Chitta dan Partner kerjasama nya saling memandang dengan jarak cukup jauh dengan pandangan yang tak dapat diartikan apa maksudnya. Seperti segala emosi bercampur disana.

"Chit......" Panggil nya pelan mengalihkan atensi dua orang didepannya itu.

"Mas..." Johnny mengernyitkan dahinya ketika menangkap mimik gugup yang terlukis jelas di air muka Chitta.

Belum sempat Johnny bertanya Chitta pun menarik nya untuk pergi dari sana. Johnny sebenarnya masih tetap ingin bertanya, namun ketika melihat manik Chitta yang memohon dengan pandangan berkaca-kaca membuatnya urung untuk bertanya dan memilih menuruti kemauan wanita yang sedang menggendong anaknya tersebut untuk pergi. Mungkin nanti saja ketika waktunya sudah tepat Johnny akan bertanya.

Sedangkan pria yang menjadi partner kerjasamanya itu masih berdiri disana sembari mengepalkan kedua tangannya.

--------------------------

"Jadi........"

Chitta memandang Johnny yang memulai percakapan sejak 30 menit suasana hening. Mark sudah tertidur tempat tidur yang memang Johnny sediakan kalau sewaktu-waktu dia harus lembur dan tak bisa pulang.

"Mau bercerita??"

Chitta menghela nafas. Dia tak tau apa sekarang waktu yang tepat atau tidak. Tapi Chitta sangat ingin menceritakan semua nya sekarang.

"Dia......."

"Mantan pacarku" ucapnya pada akhirnya.

Johnny hanya diam. Mencoba untuk menahan segala emosi agar dia tidak keluar dari sana karena dia tau itu hanya awal cerita.

"Kami sudah pacaran sejak awal masuk kuliah, alasannya sederhana, karena dia membantu ku ketika aku kena hukuman waktu MOS" ucap Chitta lalu terkekeh. "Sejak saat itu kami pun menjadi dekat dan akhirnya memutuskan pacaran sejak 3bulan pertama masuk kuliah. Dan sama layaknya dengan pasangan muda yang bodoh pada umumnya, kami melakukan nya..." Johnny mengepalkan tangannya, tanpa diberitahu pun dia paham apa yang Chitta maksudnya 'melakukannya'

"Tanpa memikirkan bagaimana kami kedepannya dan bagaimana nasib masa depan, kami melakukan tanpa pikir panjang hanya karena alasan bahwa kami saling cinta dan ingin saling memiliki masing-masing seutuhnya......."

Chitta menjeda ceritanya sejenak. Mencoba untuk menguatkan dirinya ketika ia kembali membuka masalalunya yang kelam dan menyakitkan.

"Lalu akhirnya aku hamil. Aku syok berat dengan ini. Aku tak tau harus apa. Aku merasa takut jika nanti kedua orangtuaku tau apa yang akan terjadi. Apa mereka akan menerimanya atau malah mengusirku??. Dan ternyata benar, mereka marah dan langsung mengusirku dari rumah tanpa ingin tau seberapa hancurnya aku saat itu" Chitta mulai menangis. Diantara semua kenangan buruk masalalunya, dibuang orang tua adalah salah satu yang oaling menyakitkan. Johnny pun akhirnya memeluk Chitta, mencoba memberikan ketenangan walau hanya setitik saja.

"Satu-satunya harapan ku adalah dia John, ayah dari anak yang ada dikandungan ku. Ketika aku menemuinya kau tau apa yang dia bilang........"

"Dia bilang gugurkan saja hiks.....bagaimana dia dengan mudahnya bilang hal itu padahal yang dia minta gugurkan itu anaknya sendiri hiks bagaimana bisa" ucap Chitta dengan Terisak, dia sudah tak kuat lagi. Dia lelah berpura-pura baik-baik saja dan memendam semua rasa sakit dari masalalunya. "Aku mencoba untuk memohon padanya, dia malah mendorong ku dengan keras hingga aku mengalami pendarahan dan membuat janin ku menjadi lemah, selain itu tekanan yang aku dapatkan ketika masih mengandung berpengaruh besar sehingga pada akhirnya ketika anak ku lagir dia tak mampu bertahan" Chitta menangis dengan keras dalam pelukan Johnny.

"Aku membencinya dan aku membenci diriku sendiri, kami berdua bersalah atas bayi tak berdosa itu, aku yang membuatnya lemah, aku ibu yang payah, aku jahat, aku bodoh, aku bukan ibu yang baik" ucapnya disela tangis kencangnya. Rasa bersalah terhadap bayinya itu membuat Chitta kembali merasakan sakit yang sama kala ia kehilangan sang anak. Johnny hanya bisa memeluk wanita dengan hati rapuh didepannya dengan erat sembari mengelus-elus punggung sang wanita mencoba untuk menenangkan. Tak ia sangka dibalik wajah cantiknya tersimpan rasa sakit yang begitu mendalam.

Ketika tangisan Chitta mulai mereda Johnny mendorong pelan bahu Chitta agar melepaskan pelukan mereka. Johnny mengangkat wajah Chitta yang memerah sehabis menangis. Dia lalu menghapus sisa air mata dipipi si wanita dan ditatapnya dengan lembut tepatnya dimatanya "aku tak tau harus mengatakan jangan menangis atau tidak karena aku tau menangis terkadang bisa membuatmu menjadi lebih baik. Tapi yang pasti aku akan bilang kalau aku dan Mark ada disini untuk kamu, kamu bukan ibu yang jahat, Mark tumbuh dengan baik itu semua karena kamu, jadi berhenti menyalahkan diri sendiri karena kamu gak salah disini, kepergian nya itu memang udah ditakdirkan yang Kuasa, kita gak bisa berbuat apa-apa selain mendoakan dia bahagia disana." Ucap Johnny dengan tatapan lembut yang mampu menghangatkan hati Chitta dan membuatnya kembali berdebar kencang.

Dia pun mengalihkan pandangannya, dia gak sanggup kalau harus lihat Johnny dengan pandangan hangat seperti itu, dia takut jatuh lagi untuk yang kesekian kali. "Iya tau" ucapnya lirih.

Johnny yang menyadari kalau Chitta tersipu pun menjadi ingin menjahili wanita yang baru saja menangis dalam pelukannya tadi. "Chit, kenapa?? Malu yah??" Ledeknya.

"Nggakkk, apa sihh" elak Chitta.

"Tuh pipinya merah" tunjuk Johnny pada pipi Chitta.

Chitta pun memegang kedua pipinya "apasih mas, ini kan karena tadi aku habis nangis" Chitta masih mencoba mengelak.

"Tadi pas nangis gak semerah itu lho Chit" goda Johnny sambil mencolek dagu Chitta yang semakin tersipu malu.

"Udah ah mas" Chitta kemudia beranjak dari sana.

"Mau kemana??"

"Mau nyusuin Mark, dia nangis!!" Ucapnya asal lalu masuk kedalam kamar dimana mark tidur.

Johnny terkekeh, padahal Mark tidak bersuara sama sekali, lagi pula Mark kan kalau tidur tuh susah bangun, cuma bakal bangun pas ngompol atau pas lapar saja. Sisanya, bahkan meski didepannya ada konser pun dia tak akan bangun.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Tbc

Note: gini nih kalo ide lagi ngalir
Besok UAS pun aku bodoamat
Terobossss

BABYSITTER [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang