Happy Reading
Sekarang ini rose sedang berada dimobil menunggu irene yang tengah membeli beberapa makanan ringan disuper market,katanya ia lapar dan ingin memakan sesuatu.rose tak habis pikir dengan dirinya sendiri,yang mau saja menuruti perkataan sekretaris sekaligus asisten pribadinya untuk menunggu didalam mobil.
Yang atasan siapa?yang bawahan siapa?
Bukan cuma itu,masih banyak lagi permintaan-permintaan aneh irene yang benar-benar membuat rose muak,salah satunya irene meminta rose lebih banyak tersenyum agar wajahnya tidak terlihat kaku.
Rose akui,hanya irene yang bertahan sampai sejauh ini menjadi sekretarisnya sekaligus asistennya.
Perhatian rose teralih oleh beberapa pria yang tengah memukuli satu pria lainnya sampai meringkuk tak berdaya di gang sebelah kiri mobilnya.
Rose terlihat santai melihat itu,seakan-akan itu adalah hal yang biasa ia lihat,tak ada niat untuk menolong.
Suara cambukan menggema dipenjuru ruangan,sesekali gadis kecil itu memohon untuk berhenti tapi sang pemukul sepertinya menulikan pendengarannya.
"sudah aku katakan jangan pernah bersimpati pada orang lain"teriaknya lalu kembali melayangkan cambukannya pada gadis kecil yang tubuhnya sudah dipenuhi oleh luka
"apa yang kau dapat dengan menolong orang lain?apa jaminan jika kebaikan yang kau berikan padanya akan dilihatnya suatu saat nanti"bentaknya
"mereka hanya melihat kebaikanmu hari itu saja,selebihnya mereka akan melupakan jika kau pernah menolongnya"
Gadis itu menangis tersedu-sedu,menahan sakit disekujur tubuhnya
"dengar ini baik-baik Kim Chaeyoung,jika aku mendapati kau melakukan hal seperti itu lagi,kau akan mendapat hukuman lebih dari ini dan sekarang namamu adalah Roseanne Park,kau mengerti?"
Irene memasuki mobil dengan kantong kresek yang penuh dengan makanan ringan,ia memperhatikan rose yang seperti tengah mengamati sesuatu,irene mengikuti arah pandang rose dan seketika matanya membulat sempurna dengan apa yang ia lihat.
Irene meletakkan kresek itu dikursi belakang dan bergegas keluar untuk meminta pertolongan tapi sebelum itu terjadi,rose lebih dulu mencegatnya.
Irene menatap rose
"lepaskan tanganku,aku harus meminta bantuan dia dalam bahaya"ujar irene menunjuk pria yang sedang meringkuk membentuk pistol
"dan kenapa kau hanya diam?seperti melihat sesuatu hal yang sulit untuk dilewatkan"lanjut irene
Rose membalas tatapan itu
"apa yang ku dapat jika membantunya?"tanya rose datar
"kau mengharapkan imbalan?"irene tidak habis pikir dengan gadis dihadapannya ini,apalagi yang ia mau semuanya sudah ia dapatkan
"tentu saja,didunia ini tidak ada yang didapatkan secara cuma-Cuma"
"dan apa jaminannya jika kebaikan yang kulakukan hari ini,suatu saat akan dilihat olehnya?"
Irene bungkam,tidak mengerti lagi dengan jalan piikran atasannya ini
Rose baru ingin menyalakan mesin mobilnya,tapi irene lebih cepat mengambil kunci mobilnya
"sebelumnya aku belum pernah memohon padamu,tapi sekarang aku memohon untuk nyawa orang itu"irene memelas
Rose menghela napas kasar,kemudian menatap pria itu yang wajahnya sudah tak berbentuk
Sekarang ini rose sedang perang batin,pikiran dan hatinya bertolak belakang
Dan pada akhirnya,hatinyalah yang menang
Rose keluar dari mobil dan menghampiri mereka.sepertinya mereka anak sekolahan terlihat dari seragam yang mereka pakai
"hey berhenti"teriak rose yang mampu mengalihkan perhatian mereka
"jangan ikut campur,sebelum kami mencelakaimu nona"ujar salah satu dari mereka
Rose memandang mereka malas
"sebenarnya begitu,tapi kau lihat gadis disebalah sana(menunjuk irene yang berada didepan mobil)dia terus memaksaku,jadilah aku turun tangan"
Irene menegakkan tubuhnya saat melihat rose menunjuk kearahnya
"lepaskan dia dan pergilah sebelum aku berubah pikiran"lanjut rose
Mendengar itu,mereka bertiga malah tertawa remeh
"memangnya kau bisa apa nona?"tanyanya dengan senyum mengejek
Rose mengeluarkan sesuatu dari saku blazernya
"kalian sekolah kan?dan tentunya kalian pasti tau fungsi dari benda ini"ucap rose memainkan pistol dijari telunjuknya
Tindakan rose sukses membuat mereka menegang
"i-itu hanya mainan"
Rose tersenyum miring
"mau mencobanya?"
Dorr
Rose menembakkan pistolnya pada botol kaca yang tak jauh dari kaki salah-satu dari mereka yang mampu membuat mereka histeris dan lari terbirit-birit
Kemudian rose beralih menatap pria yang wajahnya sudah dipenuhi lebam,entahlah dia masih sadar atau tidak
Tanpa mengatakan apapun,rose meninggalkannya begitu saja
"aku kehilangan 1 peluruku hanya untuk pria bodoh itu"
*
*
Sun Ho merentangkan tangannya menikmati angin yang menyambut kedatangannya
"haaaa,sudah lama aku tidak menginjakkan kaki dinegara asalku ini"ujarnya dengan senyum tipis
Kemudian ia mengambil ponsel disaku celananya dan menelpon seseorang
"donghae,jemput aku dibandara sekarang"ujarnya lalu menutup panggilan telpon secara sepihak
"pasti ada sesuatu hal yang sudah kulewatkan"
*
Jennie tengah mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang,ia berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah.
Kepala jennie iseng melihat kanan kiri bermaksud untuk menghilangkan rasa bosan menunggu,tiba-tiba mata kucingnya tertuju pada mobil berwarna putih tepat disamping mobil miliknya.
Jennie menyipitkan matanya memastikan kalau yang dilihatnya adalah orang yang sama yang membawa adiknya
Jennie ingin menghampiri orang itu akan tetapi terhalang oleh klakson dari pengendara lain yang menyuruhnya menjalankan mobilnya karena lampu sudah berwarnah hijau
"sial!"umpatnya
Kemudian menancap gas untuk mengikuti orang itu
Jennie tidak bisa melihat mobil pria itu dengan jelas karena terhalang oleh 2 mobil lainnya.
Jennie menghentikan mobilnya saat berasa berada dipersimpangan tiga bukan persimpangan dilema loh yah,ia bingung mobil putih tadi kearah mana,kiri atau kanan.
Jennie keluar dari mobil,celingak-celinguk mencari petunjuk kemana arah mobil itu tapi nihil ia tak menemukan apa-apa,mobil itu sudah menjauh seperti Doi
"sialan!!!"pekiknya tertahan
"aku yakin itu pasti dia"
jennie menyisir rambutnya kebelakang
"jika Sun Ho berada disini,itu artinya-
Chaeyoung juga disini"
TBC...
makin-makin dah ni cerita
hadehhh......
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka yang Tercipta
General FictionRasa sakit itu benar-benar merubahku menjadi orang lain - R