1. (Meet You)

206 59 75
                                    

Tahun 2015

Seorang gadis berambut sebahu membersihkan ruang klub melukisnya. Ia melakukan bukan karena rajin melainkan karena hari ini jadwal piketnya. Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah setelah liburan semester kemarin. Gadis itu mengeluh kenapa dirinya harus piket hari ini padahal baru saja kemarin libur.

"Ini serius gue sendirian ngerjainnya, katanya bukan cuma gue doang yang piket hari ini"

Gadis bernametag Radinka Jihan ini menyapu sebagian ruangan dengan ogah-ogahan. Mulutnya terus menerus merapalkan sumpah serapah tanpa henti sampai akhirnya datanglah seorang lelaki bermata sipit dan alis tebal itu.

Jihan menoleh ke arah pintu yang baru saja terbuka terlihatlah Raka pemilik nama lelaki didepannya. "Lo piket hari ini?"

Raka mengangguk mengiyakan lalu mengambil sapu.

Mereka berdua melakukan aktifitasnya masing-masing tanpa suara karena masing-masing dari mereka tak ada niat mengeluarkan suara barang sedikitpun. Jihan tentu saja kenal Raka lelaki campuran China-Indonesia ini yang kelasnya berada disebelah kelasnya. Jihan hanya sekedar kenal nama saja untuk selebihnya jihan tidak tau. Yang jihan tau bahwa Raka ini memiliki bakat melukis yang luar biasa tak tertandingi bahkan lelaki itu sesekali mengikuti lomba melukis untuk perwakilan sekolah.

Ruang klub melukis sudah selesai dibersihkan kini baik Jihan maupun Raka pergi ke kelasnya masing-masing untuk mengambil tas mereka dan pulang. Sesampainya di gerbang sekolah mendadak hujan turun lebat membuat Jihan mendesah kesal apalagi dirinya tak bawa payung dan sangat benci kebasahan karena malas mengeringkan.

Gadis itu memandang tetesan air hujan yang turun dan sesekali menengadahkan telapak tangannya menyentuh airnya. Setelah itu Jihan melihat arlojinya sudah pukul 17.49 sebentar lagi azan magrib akan dikumandangkan. Jika dirinya pulang terlambat bisa-bisa kena damprat mamanya karena mamanya sendiri dikenal dengan kedisiplinan waktu. Sebenarnya bagus selalu disiplin waktu tapi terkadang jihan merasa jengah sendiri dengan kedisiplinan yang tak wajar.

Jihan mengetuk-ngetukkan jarinya menunggu hujan. Apa sebaiknya ia terobos saja ya?, begitulah benak yang sempat terlintas. Namun tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang memberikan payung secara paksa.

"Nih pake" begitu kata Raka sambil menodongkan payungnya.

Jihan memandang lelaki itu penuh selidik. Tumben saja lelaki itu memberikan payung padahal selama ini mereka tak pernah bertegur sapa. Karena tak ada respon dari Jihan, lelaki itu menarik tangan gadis itu dan menaruh payungnya. Setelah itu Raka merapatkan Jaketnya dan menerobos hujan. Jihan memandang punggung lelaki itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Udah tau hujan, kenapa ngasih payung ke orang lain" gumamnya dan memakai payung berwarna merah itu.


___

Tahun 2020

Arin: han, kamu gak lupakan sama janji kamu?
Arin: kamu serius lupa?
Arin: Han bangun! Jangan ngebo

Begitulah rentetan pesan dari temannya sambil mengucek matanya mengantuk. Memangnya jihan pernah janji apa ya? Coba ia ingat sebentar.

Beberapa saat jihan baru ingat janjinya lebih tepatnya itu permintaan Arin yang harus ia penuhi dengan paksa. Lusa kemarin Arin memintanya untuk menemaninya nge-OSPEK karena arin sendiri panitia OSPEK. Sebenarnya Jihan sendiri bingung kenapa harus ditemani pada akhirnya ia sendiri akan dianggurkan karena Arin sibuk dengan tugasnya. Mau tak mau Jihan bangun dari kasur empuk nya menuju kamar mandi untuk bersiap-siap sebelum telinganya di bor dengan segala omelan temannya.


"Lama banget" kata Arin berdiri di gerbang kampus dengan rambut pendeknya tak lupa dengan almameter kuningnya.

"Lagian ngapain nyuruh aku dateng padahal yang jadi panitianya kamu"

"Hehehe biar ada penyemangat" kekeh Arin dan langsung mengamit lengan Jihan menunju gedung falkutasnya.

Acara pembukaan memang formal pada umumnya yang berlangsung dengan khidmat. Awalnya Jihan duduk di kantin falkutasnya setelah ditinggal oleh arin tapi karena gabut ia pergi ke aula fakultas melihat kumpulan maba yang sedang mendengarkan kata sambutan yang bisa ia jamin kebanyakan maba itu pasti bosan mendengarnya.

"Aku kira kamu dikantin" kata Arin yang baru saja datang. Katanya sih sekarang tugas cuma mengamati maba saja.

Ketika perwakilan panitia yang merupakan ketua panitia ospek maju memberikan kata sambutan. Mendadak seisi gedung rusuh terutama anak cewek. Saking rusuhnya membuat para panitia yang berjaga memperingati para peserta.

"Memang ya pesona ketua itu patut diacungi jempol" celoteh arin dan memaksa Jihan untuk berjinjit melihat wajah ketua yang dimaksud.

Karena masih belum keliatan juga jihan mendekat ke pembatas melihat orang yang berdiri di podium itu. Matanya membelalak mengetahui siapa yang berdiri disana.

"Raka?" gumamnya kecil mengingatkan dirinya tentang sosok itu semasa SMA.

Sosok yang sempat hilang dikala dirinya merindukannya, sosok yang hilang tanpa kabar. Mata jihan mulai memanas benci mengingat kembali tentang lelaki itu. Jihan segera membalik badannya meninggalkan tempat membuat arin memanggilnya penuh tanya.

Jihan mengelap air matanya yang barusan sempat menetes. Untuk apa dirinya menangisi orang macam dia. Dan kenapa dari sekian banyaknya kampus lelaki itu harus belajar dikampus ini? Dan kenapa pula baru sekarang dirinya menyadari keberadaannya?

Don't miss me √ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang