Silvia yang dikenal cantik, pintar, dan menjadi primadona sewaktu masih muda membuat namanya dielu-elukan oleh warga kampung. Namun semua itu berubah saat Silvia membawa pulang seorang bayi tanpa diketahui asal-usul sang ayah. Hal itu membuat warga kampung terkejut. Kalau memang Silvia sudah menikah kenapa tak ada satu orang pun yang tau. Bahkan keluarga Silvia memilih bungkam saat ditanyai hal itu.
Itulah yang membuat warga kampung berspekulasi bahwa anak Silvia, Raka Herjuno merupakan anak haram.
"Jangan dekati anak itu kudengar dia anak haram"
"Anak haram"
"Ngapain dekat-dekat kita geli sama kamu"
Hidup itu memang tidak adil. Raka yang baru berusia 8 tahun harus menerima cemooh orang-orang. Kenapa ia harus dikata anak haram? Apakah ia salah lahir di dunia ini? Bukankah semua anak yang lahir didunia merupakan sebuah anugerah dari Tuhan, namun kenapa dirinya berbeda? Haruskah ia tak usah lahir di dunia ini?
Raka duduk di ayunan sambil menatap beberapa pulang di jemput oleh ayah mereka. Bukannya tidak bersyukur ia hanya memiliki ibu, tapi bolehkah ia berharap memiliki keluarga yang utuh?
"Raka!" panggil seseorang berperawakan tinggi dengan alis tebal seperti miliknya.
Orang tersebut berjalan menghampiri Raka yang sedang duduk di ayunan.
"Om siapa?" tanya Raka dengan polosnya
"Ini aku, papa kamu"
___
Sejak kehadiran orang yang mengaku dirinya ayah kehidupan Raka berubah drastis. Kehidupan yang selama ini ia idamkan akhirnya dapat ia rasakan. Keluarga lengkap dan harmonis. Bahkan orang yang dulu mencemooh nya sudah tidak ada lagi.
Raka ingin selama-lamanya bahagia seperti ini.
8 tahun kemudian
Pukul 2 dini hari Raka terbangun tiba-tiba. Tenggorokannya terasa kering. Karena itu ia memutuskan bangun dan pergi ke dapur sekedar minum air. Biasanya sebelum tidur ia selalu membawa segelas air putih ke kamar.
Raka pun berjalan ke arah dapur. Tak sengaja dirinya mendengar obrolan orang tuanya. Pintu kamar itu terbuka sedikit membuatnya ia bisa mendengar. Karena penasaran Raka pun memusatkan pendengarannya untuk mendengar.
"Mas, aku gak mau pisah sama kamu"
"Maaf Silvia. Aku ingin kembali ke istriku dulu, dia sakit keras"
"Lalu bagaimana dengan aku dan Raka. Aku juga sakit"
"Maaf Silvia, harusnya dari dulu aku tidak selingkuh dari istriku dulu"
Raka langsung berlari ke kamarnya hingga lupa dengan tujuan awalnya. Bagai tersambar petir di siang bolong, Raka akhirnya tau kenyataan itu. Kalau tau akhirnya sesakit ini harusnya ia tak usah dengar. Kenapa di saat ia mau bahagia harus berakhir seperti ini. Apa bahagia itu sesulit ini?. Setelah berpikir seperti itu Raka memilih tidak tidur hingga pagi hari.
"Raka, papa harus pergi. Kamu udah gede kamu harus jaga ibu dan jaga diri kamu. Papa udah nyakitin hati ibu dan papa gak akan pernah ada untuk kamu"
____
"Setelah papa pergi, ibu sakit hati. Ibu pergi dan nitipin aku ke tante. Ibu bilang, ibu gak mau lihat wajahku lagi. Katanya wajahku ini mengingatkannya pada wajah papaku"
Raka bercerita dengan datar tanpa ekspresi dengan kosong. Saat Jihan beradu tatapan dengan Raka tak ada sirat kesedihan di tatapannya.
"Aku udah gak pernah melihat mereka sejak saat itu. Aku sadar dari awal mereka memang tidak menerima kehadiranku"
Jihan tak bisa menahan air matanya. Ini aneh, padahal Raka yang mengalami kenapa ia yang menangis.
Tanpa pikir panjang Jihan menariknya ke dalam pelukan. Awalnya Raka terkejut, ia hanya diam matannya masih melongo kaget.
"Kamu udah ngelewatin banyak hal. Karena itu mulai sekarang kamu harus bahagia" ujar Jihan posisinya masih memeluk Raka.
Dari dulu Raka tidak nyaman dipeluk oleh orang-orang. Namun yang ini berbeda, pelukan yang terasa nyaman dan menenangkan.
Jantungnya menggila kembali.
🦕🦕🦕🦕🦕
7 hari kemudian
"Pagi Raka" sapa Jihan melihat Raka yang baru datang.
Arin yang mendengarnya langsung menyembur minuman botolnya. Mungkin selama ini Jihan selalu ketus ke Raka. Setelah mendengar sapaan tadi bulu kuduknya mendadak berdiri.
Raka tersenyum geli dan membalas sapaan "pagi juga" setelah itu Raka pergi menuju kelasnya.
"Jihan, lo kalau sakit parah bilang ke gua"
"Maksud lo?"
"Please han, lo gak boleh pergi lo gak boleh ninggalin gua"
Otomatis Jihan langsung nempeleng kepala Arin. Ia harap dengan cara seperti ini otak Arin benar kembali.
~~
Kelasku sudah selesai
Aku juga
Aku sudah di luar kampus. Aku tunggu di pintu gerbang, ya?
Jangan disana, coba agak jauhan lagi.Raka memasukkan hpnya ke sakunya. Ia mendengus. Haruskah dilakukan sampai seperti ini?
"Raka!" panggil Jihan
Otomatis Raka menoleh ke arahnya. Jihan berjalan mendekati pria itu. "Aktingmu itu benar-benar ya?"
"Memangnya apa yang salah?"
"Kamu gak sadar sama ekspresi kamu. Senyum-senyum gajelas gitu"
Raka menggaruk tengkuknya mencoba mengingat kejadian saat di lorong tadi "Maaf, aku gak bisa menyembunyikan ekspresiku. Bahkan akhir-akhir ini dean bilang aku aneh"
Mereka pun berjalan dengan posisi berdekatan. "Dean bilang apa?"
"Katanya aku suka senyum-senyum gak jelas. Terus kamu sendiri kenapa tiba-tiba menyapa?"
"Bukannya tadi natural ya. Apa jangan-jangan sebelumnya aku seketus itu sama kamu?"
Raka tidak menjawab yang berarti ia mengiyakan. Jihan tidak bisa menyalahkan Raka juga karena dia juga sadar kalau dulu dia sebenci itu sampai terlalu ketus pada lelaki itu.
"Tapi kenapa harus disembunyikan?"
"Mau dikasih tau juga kamu itu gak akan ngerti"
Biasanya Jihan terlalu cuek, namun sekarang setiap ada yang membicarakan Raka langsung terdengar oleh telinga Jihan. Dalam beberapa hari saja Jihan sudah menemukan 5 cewek yang suka pada Raka dan ada kemungkinan bertambah lagi. Kalau mereka tau bisa sepertinya Jihan akan kesulitan datang ke kampus.
Raka terkekeh geli melihat wajah sewot Jihan. Lelaki itu mengusak puncak kepala wanita itu sekilas. Setelah itu Raka menggamit tangan Jihan dengan posisi jari tangan mengait erat.
"Mau makan apa?"
Next>>>
Masih adalah yang menunggu book ini?
Maaf banget yaa aku kelamaan hiatus. Niatnya sebentar eh malah kebablasan.
Dan makasih banget buat kalian yang masih nungguin DMM

KAMU SEDANG MEMBACA
Don't miss me √ [END]
Fanfiction"Aku rindu kamu" "Jangan rindu padaku" "Kenapa?" "Karena aku bukan orang yang pantas kau rindukan" Bagi Jihan bertemu kembali dengan Raka merupakan kesialan baginya. Jihan membenci segala dari seluruh di Raka. Perempuan itu benci dari cara Raka m...