11. (Sakit 2)

63 25 27
                                    

"Aku rindu kamu"

Mata Raka terbelalak kaget mendengar pernyataan Jihan. Tidak, tidak boleh begini. Kalau begini terus sulit rasanya meninggalkan gadis itu.

"Jangan rindu padaku"

"Kenapa?"

Dibawah deras hujan mereka bertatapan. Pilu rasanya jika Raka terus menatap pemilik manik yang indah menatapnya sedih dengan campuran air mata dan hujan.

"Karena aku bukan orang yang pantas kau rindukan"

Kejam rasanya jika cowok ini mengatakannya tapi mau bagaimana lagi sekarang atau tidak sama sekali. Setidaknya kata kejam ini mampu melepaskan Jihan seutuhnya.

Tak lama kemudian Jihan berbalik meninggalkan Raka di tengah hujan. Cowok itu menatap punggung ringkih itu nanar.

Beberapa saat kemudian ada panggilan masuk di hp raka.

"Kenapa tante?"

"Kamu dimana? Kita udah siap-siap mau jalan ini"

"Sebentar tante ini lagi dijalan"

Lalu cowok iti mematikan panggilannya dan menaruh hpnya ke saku celana. Raka menghela nafas berat. Ia dongakkan kepalanya membiarkan wajahnya terhantam oleh ribuan tetesan hujan. Ini merupakan keputusan paling berat dalam hidup raka, yaitu meninggalkan Jihan.

.
.

Raka membuka matanya dengan pandangan yang masih kabur. Hidungnya mengendus aroma antiseptik khas rumah sakit. Cowok itu kemudian ingat kalau dirinya pingsan di lift kampus. Untung saja di sampingnya ada Dean, coba kalau tidak. Mungkin cowok itu akan tertidur dalam lift.

Raka membuka matanya lebih lebar dan benar-benar sadar ini di rumah sakit. Tepatnya di UGD. Cowok itu mengedarkan pandangannya dan melihat ada seseorang sedang duduk di samping sambil main hp.

"Udah bangun ternyata" katanya lalu matanya kembali menatap hp.

Raka sedikit bertanya-tanya kok bisa Jihan ada di sini. Terus kenapa cewek itu mau-mau saja menemaninya sampai sadar, bukankah Jihan membenci Raka?

Seakan-akan bisa membaca pikiran Raka, Jihan langsung bilang "Jangan salah paham. Aku disini bukan mengkhawatirkanmu. Aku disini karena mau ketawain kamu lagi sakit"

Raka mengangguk pelan, sudah biasa omongan ketusnya Jihan.

"Lagian kok bisa lo kena gastroenteritis? Makan apasih lo sampe kena begituan?"

Tak mengabaikan omelan Jihan, raka menanyakan keberadaan Dean "dean dimana?"

"Beli bubur "

Setelah itu mereka kembali terdiam. Jihan yang lagi main hp dan Raka yang bingung ngapain jadinya liatin dokter dan suster yang lagi berlalu lalang.

"Kamu gak ngesave nomor aku ya?"

Jihan menaikkan alisnya sebelah "ngapain"

"Kata Dean kamu suka nulis yang aneh-aneh di status. Trus katanya kalau kamu kesel suka nyindir-nyindir aku"

"Lalu permasalahan nya apa?"

"Pokoknya save nomor aku, jadi kalau mau ngejelekin aku biar di depan aku aja gak perlu main di belakang"

Jihan merolkan matanya malas dan ngasih hpnya ke Raka "noh buru" setelah itu raka memasukkan nomornya dan ngesave.

Setelah itu datanglah Dean dengan kantong plastik berisi bubur ayam. "Nih dimakan, berat juga ngegendong lo keluar dari lift. Sampe-sampe si Jihan panik tau lo pingsan"

Jihan langsung ngenyikut perut Dean saking keselnya "Ngawur, itu karena kebelet pipis jadinya lari"

Perdebatan singkat telah selesai. Sekarang giliran makan bubur yang di beli oleh Dean. Kalo ditanya apakah ada suap-suapan secara cowok itu lagi sakit? Jawabannya enggak lagian Raka punya tangan jadi bisa makan sendiri.

Jihan melirik arlojinya dan mulai beres-beres "besok aku ada kuliah pagi. Aku pulang duluan ya"

"Tunggu dulu" raka mulai membenarkan posisi duduk "dean, anterin jihan ke kosan" sebenarnya raka pengen nganter jihan tapi karena kondisi badannya belum fit jadinya dia nyuruh dean.

Dean sih mau mau aja tapi Jihan menolak "gak usah, aku bisa pulang sendiri. Mending dean temenin kamu aja"

"Tapi kan ini udah larut malem han"

"Kamu pikir aku anak kecil. Ntar kalau udah nyampe ntar aku nge wa kamu" setelah itu jihan benar-benar pergi.

Setelah pergi tinggallah Dean dan Raka. Jadi Raka belom boleh di pulangkan sampe infusnya habis. Karena gabut mereka main truth or dare.

"Rak, lo Pilih truth atau dare?"

"Truth aja"

"Ih maneh mah gak seru diajak main. Daritadi truth terus, sesekali pilih dare atuh"

"Kamu yang aneh, udah tau aku lagi di infus gini gimana mau pilih dare" dan Dean langsung memamerkan cengir kudanya, kenapa baru kepikiran sekarang? Sungguh bodohnya diri ini.

"Ok truth nya hmmmm"

"Kenapa jihan benci sama lo? Trus sebelum ketemu di kampus, apa kalian udah saling kenal?"

Raka termenung sebentar dan menjawab "Kita dulu satu SMA. Dulu aku ninggalin Jihan makanya cewek itu ngebenci aku"

"Jadi kalian bukan mantanan gitu?"

"Bukan"

"Cih padahal seru kalau beneran. Kayak di drakor yang ditonton Arin"

Tiba-tiba ada sebuah pesan masuk di hp raka

Jihan: udh nymp

Raka langsung senyum bacanya.

Next>>>

Don't miss me √ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang