2. (mari jangan saling mengenal)

138 57 105
                                        

"Jihan kamu serius baru tau?"

"Baru tau apaan?"

"Baru tau kalau Raka itu sekampus bareng kita dan lagi sebelumnya dia menjabat sebagai wakil BEM. Itu serius kamu baru tau!"

Jihan hanya mengangguk karena mulutnya fokus dengan minuman americanonya lewat sedotan. Memangnya salah jika ia baru tau sekarang. Lagipula apa hebatnya pria itu sampai dirinya harus update tentang segala lelaki itu.

"Kamu itu udah semester 5 loh! Kamu itu selama ini ngampus dimana sih? Di gua!" oceh arin merasa tak percaya dengan gadis dihadapannya. Percakapan ini bermula dengan jihan yang bertanya siapa nama ketua panitia ospek.

"Biasa aja kali ngomongnya, lagian untungnya apa kenal sama dia" ketus Jihan dan arin hanya memandang dengan gelengan kepala. Perempuan bernama arin ini sedang mengutak-atik ponsel mencari sesuatu lewat ponselnya.

"Nih liat" tunjukanya ke netra jihan dan tetap saja tatapannya memancarkan ketidakpeduliannya.

Arin menyerah dengan respon sahabatnya, ia menaruh kembali hpnya di meja dan memandang Jihan khawatir "Kamu itu ada masalah hidup apasih" decaknya sambil memandang jihan atas bawah.

"Bukan masalah hidup, tapi bermasalah dengan orangnya" batin jihan yang tak mungkin ia suarakan. Malu-malu in amat menurutnya jika dirinya mengumbar kalau raka itu pernah satu SMA dengannya.

Setelah itu mereka melanjutkan perbincangan lainnya seperti liptint arin yang baru dibeli sampe ngejulid masalah percintaan mahasiswa dikampusnya. Tak lama kemudian terdengarlah suara sapaan seorang laki-laki ke arin.

"Udah sampe Dean, sini mari" panggil Arin dan pria bernama dean ini menghampiri mereka duduk disamping arin dan tersenyum hingga seluruh giginya terlihat.

Jihan memandang kedua orang didepannya karena ada angin apa Arin mengajak orang lain dan ada hubungan apa mereka sampe sedekat ini.

"Kenalin han, namanya dean. Alumni di Sma gua dan satu kampus sama kita. Oh iya dean ini satu jurusan sama Raka, jurusan Manajemen Bisnis"

Raka lagi raka lagi, Jihan merollkan matanya malas seakan-akan tak ada hal lain yang bisa mereka bahas. "Han, si dean katanya pengen kenalan sama lo" dan arin langsung terkikik lalu dihadiahi toyoran kepala oleh Dean mungkin karena malu.

Jihan memandang dean dari atas sampai bawah. Cowok itu memang tampan sih tapi tidak sesuai dengan tipe idealnya saja sih.

Pria didepannya menggaruk kepalanya gugup sambil menyerahkan hpnya diikuti dengan kikikan arin. "Hmm Jihan boleh gak aku minta nomor kamu?"

Jihan melepas sedotannya yang daritadi senantiasa di mulutnya "aku gak punya nomor telepon" jawabnya asal dengan tatapan tak pedulinya.

Arin yang merasa kasian dengan Dery langsung mengomeli Jihan "sejak kapan kamu gak punya nomor, kalau mau nolak gak usah segitunya" omelnya dan mengelus rambut dery seperti ibu ke anaknya.

Jihan menghela nafasnya kasar dan menjawab sambil mengaduk ice americanonya yang tersisa seperempat "di luar sana masih ada wanita yang lebih baik dariku, jadi jangan membuang waktumu menyukai orang sepertiku"

Arin menggebrak mejanya tak terima "memangnya apa yang salah denganmu, lo juga orang baik itu menurut gue"

"Lagian menurutku kalian berdua keliatan lebih cocok" timpal jihan asal dan langsung dihadiahi jitakan oleh arin.

"Kalau bosan hidup sini bilang, gak usah ngomong yang enggak-enggak"

Beberapa saat kemudian datanglah seorang lelaki katanya itu temannya Dean. Dean yang mengajaknya kemari karena menurutnya ga enak aja gitu dia laki-laki sendiri dengan dua orang perempuan. Teman Dean itu duduk disamping Jihan. Jihan menoleh sebentar kesebelahnya dan pupilnya langsung melebar.

"Kenalin ini raka, temen gue" kata dean

Kedatangan raka disambut dengan antusias oleh arin sedangkan jihan, wanita itu memilih memalingkan wajahnya ke jendela cafe disamping kanannya. Di pantulan kaca itu jihan dapat melihat senyuman raka yang jarang ia lihat saat SMA dulu.

"Nama gue arin dan kenalin ini temen gue namanya Jihan" ucap Arin memperkenalkan keduanya dan memaksa jihan untuk menyapa lelaki yang duduk disebelahnya.

Jihan tak bilang apa-apa, ia hanya mengangguk kepala sekedarnya sebagai salam sapaannya. Dan setelah itu ia kembali menatap kaca.

"Hehe maafin temen gue ya, orang yang emang kurang ramah tapi sebenernya dia orang baik kok" jelas arin merasa tak enak dengan Raka yang disambut tak ramah oleh temannya.

Percakapan terus berlangsung tanpa suara dari jihan karena sedaritadi gadis itu enggan mengeluarkan sepatah katapun. Sampai akhirnya mereka di depan cafe untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Han, lo pulang ntar naik apa?" tanya arin sambil memakai helm milik dean karena cewek itu mau nebeng ke dean apalagi rumahnya dengan kos an dean searah.

"Naik gojek"

"Daripada lo naik gojek mending lo bareng aja sama raka. Rak, nih anterin temen gue" panggil arin dan raka mengiyakan dengan senyumnya seperti biasa.

"Ih apaan sih gausah, ga enak ngerepotin" kata Jihan sebagai basa-basi padahal dirinya enggan dibonceng lelaki itu dan daritadi dirinya mati-matian menghindari raka.

"Orang nya aja ga masalah" jawab arin enteng dan tak lama kemudian datanglah raka dengan motornya. "Ayo cepet naik" ajak raka sambil kasih salah satu helm miliknya ke jihan.

Awalnya jihan mau menolak lagi tapi setelah melihat arin menatapnya dengan melotot mau tak mau ia harus menerima ajakan lelaki itu.

Dalam perjalanan ke kos an Jihan tak ada suara apapun kecuali suara mesin motor dan angin. Diantara mereka tak ada yang berniat membuka obrolan. Raka yang konsentrasi dengan berkendaranya dan Jihan yang melihat kendaraan lewat disamping nya. Tak terasa Sampailah mereka di kos an Jihan.

"Makasih" ucap jihan sambil memberikan helm putih milik raka. Walaupun dirinya sebal terhadap orang tetap saja dirinya harus bilang terima kasih kepada orang yang menolongnya.

"Udah lama ya, gak ketemu" itulah kalimat pertama yang keluar dari mulut raka ke jihan. Karena daritadi jihan cuma mendiaminya dan baru sekarang ia berani bilang.

Jihan menatap pria didepannya tanpa rasa simpati "iya, udah lama" setelah itu ia membuak gerbang kos an. Setelah membuka gerbang jihan berbalik menghadap raka "Setelah ini mari kita berpura-pura saling tidak mengenal seperti dulu" kata jihan dengan nada sehalus mungkin.

"Kenapa?"

"Karena aku gak nyaman mengenal kamu" lalu jihan masuk ke kosan nya setelah menutup gerbangnya meninggalkan Raka yang tersenyum kecut.

"Iya jihan"

Setelah itu raka menyalakan mesin motornya dan pergi dari kosan jihan.

Don't miss me √ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang