Pukul : 20:25"Masih jauh nggak, Bang?" Andra melihat ke arah Rilian yang sedang mengemudikan mobil.
Rilian menginjak rem mobil, "Udah nyampe." kata Rilian, dia memarkirkan mobil cukup jauh dari jalan raya, "Turun yuk!"
Rilian kemudian mengambil tikar kecil di bagasi mobil.
Cahaya jingga lampu jalan menerangi keadaan sekitar, tempat itu terlihat sangat sepi. Di jalan raya terlihat hanya ada satu motor yang lewat saat Rilian membuka bagasi barusan.
Andra kemudian turun dari mobil, dia bergidik ngeri ketika melihat hutan seram di pinggir jalan raya.
"Abang nggak ada niat buat macam-macam di tempat ini kan?" Andra mulai curiga.
"Pokoknya kamu ikut aja sama Abang." Rilian membawa tikar kecil itu dengan tangan kirinya.
"Abang jangan aneh-aneh deh." Andra sedikit khawatir, "Kalo mau gitu-gituan di rumah aja."
"Abang pengen coba sesuatu yang baru." Rilian mencubit mesra pipi menggemaskan Andra, "Ayo jalan dikit lagi!" ajaknya.
"Emangnya kita mau kemana sih, Bang?"
"Udah ikut aja."
"Abang nggak berniat masuk ke dalam hutan kan?" Andra menunjuk hutan di pinggir jalan raya.
"Nggak usah takut," kata Rilian, "Kan ada Abang."
"Tapi ..."
"Udah, ayo!" Rilian memegang tangan Andra, membimbingnya masuk ke arah hutan.
Walaupun sedikit ragu Andra tetap menurut, sambil berpegangan tangan mereka berdua berjalan berbarengan.
Awalnya Andra pikir Rilian akan membawanya ke tengah hutan, rupanya Polisi cabul itu hanya membawa Andra ke sebuah gubuk yang letaknya tidak terlalu jauh dari jalan raya. Cahaya lampu jingga di jalan masih tembus menerangi daerah itu, walaupun hanya bagian atap gubuk saja.
"Kita udah nyampe." Rilian menunjuk sebuah gubuk yang cukup besar.
"Ngapain kita ke sini?" Andra semakin ketakutan, "Balik yuk! Serem banget."
"Dulu pas naik motor Abang pernah kebelet kencing. Abang akhirnya turun di sini. Tuh! Abang kencing di situ." Rilian menunjuk ke samping gubuk.
"Terus apa hubungannya?" Andra makin tidak mengerti maksud Rilian.
Rilian mendekat ke arah Andra, kemudian dia berbisik, "Abang pengen ngentotin kamu di dalam gubuk itu."
"Abang jangan gila!" Andra tak habis pikir dengan fantasi gila kekasihnya itu, "Gubuknya remang-remang kayak gitu emangnya Abang nggak takut? Terus gimana kalo ketahuan orang?"
"Di sini cuma ada kamu sama Abang aja kok." tanpa persetujuan Andra, Rilian menyeret tangan Andra, memaksanya masuk ke dalam gubuk.
Setelah keduanya berada di dalam, Rilian menutup pintu gubuk lalu mendorong kunci pintu yang terbuat dari kayu itu. Tangannya kemudian merogoh saku baju Polisi-nya, mengambil sebuah korek api.
"Abang kok bawa korek api?" tanya Andra, "Abang kan nggak ngerokok."
"Abang dapat korek ini dari cafe kamu." jawab Rilian.
Dengan korek api itu Rilian menyalakan lampu minyak yang ada di pojokan gubuk. Setelah lampu minyak itu dinyalakan, maka terlihatlah keadaan di dalam gubuk.
Lantai gubuk itu disemen, sementara dindingnya terbuat dari tepas. Di pojokan ada beberapa kayu bakar dan sebuah teko aluminium yang bawahnya sudah menghitam.
Ketika Andra menoleh ke arah kiri, di sana terlihat tumpukan batu bata. Di tengah tumpukan batu bata itu ada sisa-sisa kayu yang sudah terbakar. Andra mengerti, tumpukan batu bata itu tempat memasak air.
Rilian kemudian menggelar tikar di atas lantai semen. Setelah itu dia tiduran di atas tikar.
"Sini, Sayang!" panggil mesra Rilian kepada Andra yang masih mematung.
"Aku nggak nyaman, Bang." Andra merasa risih, "Kita pulang aja yuk!" ajaknya.
"Bentar aja, Sayang." Rilian memohon.
Andra tidak tega juga melihat wajah melas Rilian.
"Yaudah." Andra tersenyum, dia kemudian tiduran di samping Rilian.
"Jangan takut, Abang kan ada di sini." Rilian mencium bibir Andra, lidahnya menyeruak masuk ke dalam mulut Andra, membuat lidah keduanya saling berpautan.
"Mmmh ... mmh ..." Andra menikmati ciuman itu.
Tiba-tiba Rilian menghentikan ciumannya.
"Kenapa, Bang?" tanya Andra.
"Kita kan mau makan malam, jadi harus buru-buru," bisik Rilian, "Kamu mau posisi kayak gimana?"
"Gaya apa pun selama Abang yang megang kendali pasti enak."
Rilian sedikit terkekeh, "Kamu udah jatuh cinta banget ya sama kontol Abang?"
"Abisnya kontol Abang ngangenin." pipi Andra merona.
Rilian tentu saja senang mendengar pengakuan jujur pria tegap itu.
Masih dengan posisi tiduran menyamping ke kiri, dia membuka celana panjang dan boxer brief yang dikenakan Andra. Rilian kemudian membuka resleting celana Polisi-nya, mengeluarkan batang kelamin besar kesukaan Andra.
Dia lalu meludahi lubang pantat Andra.
"Aduh ... ah ..." mata Andra terpejam tatkala kepala kelamin Rilian berhasil masuk ke dalam lubang pantatnya.
"Sabar ya, Sayang." kepala Rilian bersandar ke pundak Andra, sambil berusaha memasukkan seluruh batang kelaminnya, Rilian sesekali menciumi leher Andra, menjilati cuping telinganya, lalu membuat cupangan di leher kekasihnya itu, "Padahal udah sering Abang entot, tapi bool kamu masih sempit aja."
"Abang ... cium aku." pinta Andra, wajahnya menengok ke belakang, menatapi wajah Rilian.
Rilian mencium bibir Andra dengan buas, tangan kanannya menarik sedikit pinggang Andra ke belakang.
"Argghh ... Abang ..." Andra berteriak tatkala...
(Lanjut? Ada di akun Karyakarsa saya, cek bio) 👀🤭
***
Sacha Stevenson - Road to Nowhere
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR WARM WHISPERS [THE END]
Misterio / SuspensoPolisi gay itu bernama Rilian Abiyoga Pramana, selain mempunyai otak yang brilian wajahnya juga tampan sehingga disukai banyak orang. Suatu pagi dirinya tidak sengaja bertemu dengan pria tampan nan tegap bernama Andra Ferdian di kereta executive yan...