Prolog

5K 210 53
                                    

Bagian ini sedikit saya revisi

Hari ini hujan turun dengan deras. Suara petir menggelegar membuat sesorang harus menutup telinga rapat-rapat, serta yang terakhir mati listrik. Entah kenapa malam ini begitu membosankan bagi sebagian orang yang terlalu bergantung pada listrik.

Seorang gadis tengah duduk diam di depan cermin. Cermin yang sama sekali tidak memantulkan bayangannya. Membuat suasana semakin mencekam. Ia adalah Raib, gadis berusia tujuh belas tahun yang bisa menghilang sejak kecil.

Saat ini, Raib tengah termenung. Ia tidak bisa membuat keputusan antara mengatakan yang sejujurnya kepada orang tuanya, atau terus berbohong kepada mereka.

Baiklah kini saatnya pikiran dewasa yang akan mengutarakan semuanya. Jujur adalah pilihan utama, bahkan di dunia paralel kejujuran adalah yang utama. Kecewa atau tidak, itu urusan belakangan.

***

Kini, Mama Raib tengah menyiapkan sarapan. Seperti biasa, celemek dan spatula yang seharusnya ada di dapur ikut terbawa sampai ke meja makan. Piring-piring telah tertata juga lauk tentu.

SPLASH! Raib berteleportasi*

"A-ASTAGA NAGA!" Mama Raib terkejut, "Kamu buat Mama jantungan, dasar uhh!" Spatulanya ia ketukan ke meja tanda kesal. Ia melotot, memalingkan muka seperti merajuk.

"Aduh, maaf Maa."

"Kamu memang paling pintar, anak siapa dulu dong?" celetuk Papa Raib sambil menaikkan sebelah alisnya.

Meja makan dipukul begitu saja membuat Raib terlonjak. Sontak menoleh ke arah Sang Mama yang kini sedang menatap Papa tajam.

"Anak Mama!"

"Terserah Mama," ucap Papa Raib jengah.

Raib teringat akan hal yang akan disampaikan kepada kedua orang tuanya. Ia pun meremas roknya, tanda kalau Ia sedang gugup.

"Raib, kok diam saja?" tanyanya. "Apakah masakan Mama kurang enak? Keasinan?"

Raib menggeleng, bahkan Ia belum menyentuh makanannya sekali. Jantungnya berdetak lebih kencang, keringat dingin mulai menetes di pelipisnya.Baiklah, mungkin sambil menghilang akan lebih baik daripada menatap mereka langsung.

"Raib? kena---"Perkataan Papanya terpotong karena Raib yang menutup wajah. Sepersekian detik kemudian ia menghilang.

"Ra ingin berbicara sesuatu."

"Apakah kamu jerawatan, sampai harus menghilang seperti itu, Ra?" goda Papa Raib.

Aishh, menggangu suasana, gerutu Raib dalam hati yang sebenarnya juga ingin tertawa.

"Apa kamu suka Ali?" Kini malah semakin ngelantur.

"Ma! Pa! Jangan bahas itu!"ucap Raib lagi dalam hati. Dan jangan lupa pipinya yang blushing.

"Ma, Pa, aku sudah tau siapa orang tua kandungku." Air mata mengalir di pipi Raib.

Mama dan Papanya terdiam juga tercengang, kemudian mereka terbangun dari alam bawah sadar dan langsung mendekati Raib untuk menenangkannya. Meja makan yang dipenuhi tawa, berubah menjadi pilu. Tidak ada lagi canda dan tawa, seakan tersedot oleh lubang hitam.

"Namanya Mata, juga Tazk."

***

Terimakasih telah membaca cerita ini, tekan vote sebagai dukungan untuk cerita ini. Komen untuk berpendapaat, Pleasee bangeett ramaikan dong!

Siapa yang halunya tersalurkan?
Sampai disini dulu yaa.

See you!

*Teleportasi
Menurut Wikipedia : Pengalihan materi dari satu titik ke titik lainnya tanpa melewati jarak.

Lumpu My Version (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang