Bab 3 Petir Aneh

1.7K 115 25
                                    

Malam ini lagi-lagi hujan. Entah kenapa di bulan ini, hujan terus-terusan terjadi. Namun, ini membuka kesempatan bagi Raib untuk melatih kekuatannya.

Bahkan beberapa bulan ini, respons pada kekuatannya sangat lambat. Seli dan Ali juga mengeluhkan hal yang sama. Tapi Master B bilang jika ini akibat tidak berpetualang dan kurang latihan.

Kalian harus sering berlatih. Ingat kuncinya, selalu belajar dari kesalahan, berinovasi, dan terus berlatih, ” nasehat Batozar

Raib berlatih  tameng transparan yang menurutnya adalah salah satu titik kelemahannya. Ia pun membentuk kubah. Awalnya hanya menutupi rumahnya, makin membesar hingga menutupi rumah tetangga.

Duar!

Sebuah petir menggelegar tertangkap oleh indra pendengarannya. Raib terkejut, sehingga kubahnya kehilangan kendalinya. Meletus begitu saja, dan air hujan yang tertampung tumpah begitu saja mengenai atap.

Byurr!

“RAA!” teriak Mamanya dari bawah. Raib juga cukup terkejut, kemudian menghampiri Mamanya.

“Apakah kamu mendengar suara di atap, tadi?” tanya Mamanya yang sudah sampai di kamar Raib. Ia mengangguk sebagai balasan, dan menjelaskannya.

Mama Raib menghela nafas panjang. Kemudian mengingatkan Raib untuk lebih berhati-hati. Raib pun mengangguk dan ingin kembali melanjutkan latihannya.

Splash!

Astaga! Sekarang ia yang terkejut. Di depannya, ada Ali dengan baju yang masih basah. Juga Rambut yang masih basah.

“Aa-lii?” ucap Raib terkejut karena tiba-tiba Ali muncul di depannya. Kenapa Ali juga sangat cool dengan rambut basahnya?  batin Raib.

Mereka terdiam cukup lama. Canggung ingin mengatakan apa. Bahkan mereka masih berdiri, sampai akhirnya Raib memutuskan kecanggungan dan memulai pembicaraan.

“Apakah kamu perlu handuk Ali?” tanya Raib dan Ali mengangguk.

Raib segera mencari handuk di lemari. Sedangkan Ali malah tiduran di kasurnya Membuat spreinya basah. Raib pun kesal setengah mati kepadannya.

“Hei, Ali!” teriak Raib, “Bisakah kam—” Perkataannya terpotong karena Ali menarik piyama tidurnya.

Sesegera mungkin Raib menepisnya, Raib sedikit takut walaupun Ali tidak mungkin berbuat yang 'tidak-tidak. Selanjutnya, ia berteleportasi kesuatu tempat.

SPLASH!

Dan ini teleportasi terakhir.  Raib berteleportasi ke rumah Seli—lebih tepatnya kamar Seli. Saat ini, Seli sedang memakan Mie Instan sambil menonton drama kesukaannya. Ia menyelimuti tubuhnya sambil menghadap layar laptop.

“SELI!” teriak Raib membuat Seli terlonjak, kemudian menoleh dan menemukan Raib di sana.

“Ehh, Ra? Ada apa?” tanya Seli. Sepertinya penting karena tidak biasanya Raib berteleportasi langsung ke kamarnya.

“Ali. Dia berada di kamarku,” ucap Raib kemudian menghela nafas panjang.

“Hah? Ali, di kamarmu?” ulang Seli, Mie yang sedang memasuki kerongkongan tiba-tiba keluar begitu saja. Ia pun terbatuk.

***

Seli melaju kencang menggunakan teknik speed. Teknik terbaru yang  ia pelajari, ia juga mengkombinasikannya dengan teknik terbang. Alhasil, ia terbang di udara dengan cepat.

Bahkan, ia pintu kamar Raib menggunakan teknik kinetik. Membuat pintu berdebam, menghantam tembok dan membuat suara kencang.

“ALI!” Spontan Ia berteriak saat tiba di kamar Raib. Ali pun terbangun dari tidurnya.

Lumpu My Version (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang