Bab 21 Haruskah-2

894 81 48
                                    

Dua kata untuk kalian, Tapi boong yahaha. End Author pending dulu yaaa. Soalnya Author masih pengen lanjutkan cerita ini. Makasih banget buat 4k nyaa. Bukannya gak bisa Bahasa Inggris, tapi mau ngeprank aja gitu.

***

Lima belas detik.

Sungguh, Dunia Paralel dipenuhi banyak kejutan. Siapakah yang menyangka jika orang mati yang telah dikebumikan justru kembali sebagai orang lain ... atau kembali dengan sifat berbeda, bahkan tidak berubah sama sekali.

Raib, Puteri Bulan tentu saja termasuk orang-orang beruntung. Lima belas detik semua pasti akan mengangapnya sudah tiada. Akan tetapi, saat semuanya bahkan sudah tidak dapat lagi merasakan denyut nadinya ... Ali merasakan nafasnya.

Sungguh! Ali benar-benar bahagia saat merasakan hembusan hangat pada lehernya. Lantas dia menoleh, kemudian merasakan jika perut Raib kembali naik-turun. Ali merasakan denyut nadinya. Sekali lagi, dia juga merasakan detak jantungnya.

Ali memeriksanya kembali, takut-takut jika dia berhalusinasi karena Kematian Raib. Tetapi sungguh, Raib masih bernafas seperti sedia kala.

“Seli, Master B, Panglima Tog!” Ali berteriak untuk memanggil.

Mereka sedang dipenuhi berbagai kesedihan. Mencoba mengingat saat-saat terbaik mereka bersama Raib. Panggilan Ali membuat mereka langsung menoleh bersamaan

“Rr-aib! Dia kembali bernafas!” teriaknya.

Mereka terkejut. Seperti baru saja mendapatkan air di gurun tandus, mereka sangat bahagia. Namun, kebahagiaan ini masih tertahan ... karena mereka belum memeriksanya langsung.

“Kita tidak sedang bermimpi, 'kan?” Seli mencubit pipinya sendiri.

Plop. Suara gelembung meletus terdengar.

Perlahan, Raib mulai membuka matanya. Kepalanya terasa sangat pening, dia tidak tahu ada di mana sekarang. Di hadapannya, ada Ali yang tersenyum tulus sambil tersipu malu.

R-ra? Kamu Raib, 'kan?” Seli terbata-bata bertanya.

“Astaga! Raib? Benarkah dia kembali?” Panglima Tog juga ikutan.

Raib melihat ke sekeliling. Maksudnya, bagaimana dia bukan Raib? Aduhh. Kenapa dia jadi bingung, sih! Ahh, lebih baik tak usah dipikirkan.

“Duduk, Ra. Tidak usah pusing, kita akan jelaskan nanti.” Suara serak Batozar terdengar, Raib mengangguk.

Raib dibantu duduk oleh Ali. Lantas, Ali mengambilkan air mineral di ransel. Raib meminumnya sekali teguk, kondisinya benar-benar lemas tanpa daya. Wajahnya juga terlihat pucat.

“Salurkan kekuatan ke Puteri Raib. Dia harus segera meregenerasi tubuhnya.” Batozar mengintruksikan, semuanya mengangguk.

Mereka mulai menyentuh tubuh Raib, menyalurkan energi padanya. Raib segera melakukan regenerasi. Tubuh yang awalnya dingin dan lemas, kini kembali segar. Semuanya tersenyum senang.

Ada apa dengan mereka? Jika aku pingsan, biasanya mereka tidak akan sampai sepanik dan sebahagia ini. batin Raib, tetapi dia mencoba menyembunyikan rasa penasaran.

“Tenang Ra, kita akan menceritakannya dari awal. Tentu saja, untukmu dan semuanya.” Panglima Tog berkata, Raib mengangguk saja.

Yang dia ingat hanyalah Perjalanan di ILY, lalu rencana-rencana Batozar dan Panglima Tog, serta kemesraan Ali dan Seli. Sialan, kenapa dia jadi mengingat bagian menyebalkan itu.

“Kita mulai dari mana?” Panglima Tog bertanya. Semuanya menjawab. “Dari awal, sampai akhir.”

Tiba-tiba, teriakan terdengar berulang-ulang. Mereka terlonjak. “BERGEGAS SEMUANYA! KEBAKARAN INI ULAH TAMU KOSONG!”

Lumpu My Version (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang