Bab 31 Terjebak

707 65 8
                                    

Judulnya meresahkan kali, Bund.

Absen buat yang baca, dong! Jangan malu dan sungkan, silakan!

MAKASIH BUAT 9K-NYA, BENER-BENER THE BEST SIH KALIAN SEMUA YUHUU!

Happy reading semua!

***

Satu setengah jam sebelum kejadian tadi, Miss Selena telah berhasil kembali ke dalam Dinding. Tak menemukan Batozar dan Panglima Tog di ruang awal, dia bergegas mencari Seli. Tak perlu waktu lama, apalagi mengintari seluruh ruangan, nyatanya Miss Selena berhasil menemukan ruangan itu lebih cepat dari yang dia kira.

Sayangnya, ruangan itu dijaga penjaga yang pemarah, suka berteriak membentak-bentak. Miss Selena sejujurnya tak takut. Masalahnya ruangan itu dipenuhi kamera pengintai setiap sudutnya.

Ruangan dapur, tujuan utamanya sekarang, Miss Selena melesat ke sana. Tak perlu waktu lama, dia menghabisi seorang pelayan yang tersisa di sana. Pelayan itu tak sempat berteriak, Miss Selena sudah melompat dan melayangkan tinju. BUGH! Dia terjatuh sampai berdarah, nampan di tangannya jatuh dan isinya berantakan.

“Maaf,” katanya kasihan. “Astaga ... perbudakan! Lihat, bajunya saja sangat tak layak.” Ia benar-benar prihatin.

“Astaga, aku terlalu lambat. Seharusnya aku memukulnya sebelum dia membawa nampan ....” Miss Selena mengeluh.

Miss Selena pun mencari apa yang bisa dia masak. Sayangnya bahan-bahannya sudah habis, pelayan itu meninggalkan catatan berisi daftar belanjaan. Tapi, Miss Selena tak memerlukan itu semua, dia akan kehilangan banyak waktu.

Sebelum itu, dia menyembunyikan pelayan di belakang lemari. Ia tak bisa menghilangkan memori pelayan itu. Jadi, dia harus segera melesat sebelum pelayan itu terbangun dan mengatakan semuanya kepada Lumpu.

Miss Selena mengambil gel-gel dari balik jubahnya, lalu memasangkan itu ke beberapa bagian tubuhnya. Beberapa detik berlalu, wajahnya berubah total seperti pelayan itu. Dia pun mengubah setelan seragamnya, juga topi untuk menutupi rambut kertiting khasnya.

“Selena akan kembali seperti dulu,” ucapnya. “Ayo Seli, Miss akan datang!”

***

CRASH!

Ali meraung marah, sekelilingnya bergetar tiba-tiba. Ali melubangi Dinding dengan kuku-kukunya. Awalnya hanya seperti goresan. Untuk ke dua kalinya, goresan itu tiba-tiba memerah seperti ada sesuatu yang ditanam. BLAR! Dinding itu meledak, menyisakkan jalan ke luar dari Padang Satu.

BUMM!

Ali terlonjak, ternyata lapisan tipis itu telah meletus. Sia-sia saja dia melubangi Dinding itu, karena pada akhirnya dia bisa keluar. Tapi tidak apalah, yang penting mereka aman. Dia menghembuskan napas kasar, kemudian setengah berlari ingin segera keluar dari lubang vertikal itu.

Setelah mencapai ujung, dia melihat ke bawah. Seluruhnya gelap, seperti ruangan tanpa dasar. Tanpa pikir panjang, Ali pun melompat dari ketinggian sekitar 7 meter, sambil menggendong Raib di punggungnya. Sepatunya menghantam lantai dasar, mengeluarkan bunyi bum lumayan kencang.

Ali sedikit terhuyung, karena berat di tubuhnya. Ia mendengar suara kikikan dari belakangnya. Tanpa perasaan, Raib dijatuhkan begitu saja ke lantai. Bayangkan, sudah nyaman di punggung Ali. Tiba-tiba saja malah dijatuhkan begitu.

“ALI, KAU!” teriak Raib melengking.

“Eh, Ra ... ” Ali menggaruk kepalanya yang tak gatal,“aduh, aku tak sengaja, sumpah.”

“AKU TA—”

Sst, Ra!” Ia panik, menyuruhnya diam.

***

Lumpu My Version (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang