Bab 16 Lambat?

938 66 14
                                    

Mereka berdua sudah tak tahu lagi apa yang akan terjadi pada Seli. Memutuskan untuk menutup matanya sambil menghilang.

Tidak mungkin juga mereka menyerang para warga, mereka kalah jumlah. Tetapi, teriakan warga mulai berhenti. Raib dan Ali memutuskan untuk membuka mata.

WOAAH!

Di sinilah. Raib, Ali, dan Seli bisa menyaksikan langsung Ruang Kekosongan. Warga yang membawa obor di tangannya tercekik, diam seribu langkah.

"LARI!" teriak Kosong. “SEGERA! AKU AKAN MENAHAN MEREKA!”

Mereka bertiga segera bangkit, kemudian berlari menuju rumah milik Kosong. Di balik pintu, sudah ada Batozar dan Panglima Tog yang siap memarahi mereka.

"Sudah kubilang untuk istirahat!" seru Batozar.

Namun. Batozar tahu, jika ini bukan waktunya untuk memarahi ketiga bocah tengil tersebut. Ia menganggukan kepalanya, mengisyaratkan untuk bersiap.

SPLASHH!

Detik berikutnya, mereka sudah berada di halaman depan rumah milik Kosong. Terlihatlah Kosong yang kewalahan menangkis tali-tali hijau.

BUMM!

Serangan di awali dengan Ali yang melayangkan pukulan berdetum. Badasss! Pukulan tersebut berhasil mengenai beberapa orang, mementalkannya sampai beberapa meter. Lalu bangkit sambil berseru marah.

“HE OH! HE OH!”

SIALAN! MEREKA KUAT! Begitu maksudnya.

Sementara Batozar masih berdiri santai. Masih melihat gerak-gerik lawan. Itu berguna untuk mengetahui titik kelemahan lawan. Gunanya untuk menghemat energi, agar dalam sekali hentak, lawan bisa terkalahkan.

CTARR! CTAR! CTAR!

Seli memukulkan tangannya ke segala arah. Dalam enam detik, dia berhasil melayangkan tiga petir yang membuat beberapa orang terguling, terhentak dan tersetrum.

BUMMMMM!

Panglima Tog juga mulai aktif. Jangan salah, pukulannya kuat. Dia petarung terlatih walaupun pendiam.

BUMM!

“TOLONG!” teriak Seli.

CTAR! CTARR!

Seli menghentakan tangannya ke sana ke mari, menghasilkan petir. Ia berusaha menangkis tali-tali hijau. Jika dilihat, Seli sudah berusaha meliuk-liukkan tubuhnya untuk menghindar.

Tetapi, tali itu tetap saja tali itu berhasil mengikatnya. Bukan tentang tubuhnya yang kurang lentur, tapi tali itu saja yang mengejarnya. Prinsip tali tersebut hampir mirip layangan, yang kalau diterbangkan akan meliuk.

BUMM!

Seli terkena pukulan berdetum. Karena mendengar sahabatnya yang tak berdaya, Raib segera melakukan teleportasi. Meninggalkan beberapa orang yang hendak ia serang.

SPLASHH!!

Ia memasang tameng transparan. Melindungi badan Seli cepat mungkin. Kemudian melepaskan tali hijau tersebut dengan pukulan berdetum.

BUMM!

Tameng tersebut di pukul oleh seseorang. Telak, pukulan tersebut membuat tameng Raib meletus. Raib sempat membuat tameng baru dalam sepersekian detik, tapi akhirnya meletus.

Ploop! Ploop!

Kali ini Seli telah siap di tempatnya. Sambil memasang kuda-kuda kokoh. Ia mengumpulkan tanah di sekitarnya. Kemudian membentuk baju terakota dari tanah liat. Juga tangan-tangan besar yang siap menerjang.

Lumpu My Version (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang