Bab 34 Kejaran

823 63 69
                                    

Weeh, yang nungguin siapa aja nih? Jangan lupa vote sebelum baca, ya! Niatin hati buat baca, karena part ini lumayan panjang.

Btw, udah ada yang nabung buat beli novel Lumpu belum?

***

“Huh! Kalian lama sekali.” Seli
merengut.

“Dua-in.” Raib meniru kata-kata yang sedang trend.

“Tadi ada sedikit kesalahan, he he. Benar, kan?” Miss Selena menyikut Panglima Tog, tapi tak kunjung dibalas. “Maaf membuat kalian menunggu lama.”

“Lalu, Panglima Tog kenapa?” tanya Raib. “Kenapa dia memegangi dadanya?”

Eh?”

Miss Selena melihat ke arah Panglima Tog, yang tiba-tiba saja menurunkan tangannya. Pipi Miss Selena langsung bersemu merah, sama dengan Panglima Tog yang langsung memalingkan muka dan berdehem. Bersiul-siul untuk mengalihkan perhatian.

“Kalian kenapa?” Ali yang bertanya.

“Ahh, tak pa-pa. Lanjutkan saja.” Misa Selena ingin berteleportasi, ke empat orang itu menahannya.

“Aku sakit jantung,” tutur Panglima Tog, semuanya mendekat. “Jantungku tiba-tiba berdetak kencang.”

Ciee. Pasti ada sesuatu,” celetuk Seli. Menoel-toel dagu gurunya itu dengan sangat tak sopan.

Raib menambahi. “Ciee.” Pipi Miss Selena panas, “Kalian benar-benar, aww!”

“Astaga, Ra uhh! Ada drama di antara kita! Maksudnya merek— ahh.” Miss Selena menyumpal mulut mereka, dan menginjaknya.

“DIAM KALIAN, AKU TAK PUNYA HUBUNGAN APAPUN DENGAN DIA!” Telinga Miss Selena panas, dadanya berkobar karena emosi.

Cie—.”Seli berbisik, Miss Selena langsung melotot ke arahnya. “Diam sudah, atau aku berikan kalian dilarang mengunjungi Dunia Paralel setelah ini!”

“Tentu itu tak berlaku bagi mereka, Selena. Apalagi kalau ketuanya dia.” Batozar menjawab, menunjuk Ali yang menggaruk tengkuknya.

Ali menambahkan. “Suruh saja mereka melawan cacing pasak, makan bubur lengket, merawat Kadal Purba Klan Komet Minor, serta menghanguskan ular di lorong-lorong Klan Bintang.”

“Diam Ali, atau kusumpal mulutmu dengan bubur lengket Klan Bintang! Oh tidak, kau bisa memodifikasinya, emm ... atau cairan hijau dari olahan sampah di sana!” Seli menunjuk ke arah cairan yang keluar dari alat pembersih debu raksasa—tepatnya pembersih sampah.

“Uhh, takutnya.” Ali memasang tampang ketakutan tapi mengejek. “Silahkan saja, tapi kau tak akan sempat.”

Seli menodorkan seplastik cairan hijau itu, Ali melompat mundur sambil bergidik kegelian. “Hii, kau jorok Seli!” Seli semakin membawanya mendekat. “Lihat ini, Ali. Ada cacing yang menggeliat! Bayangkan kalau membawanya, melumatnya, memakannya!” Ali membuka mulutnya, seperti ingin muntah.

“Hahah, tertipu kau.” Seli merubah bentuk tadi menjadi sebuah gel kenyal. “Ini alat yang menipu Si Tanpa Mahkota, kau ingat?” Ali mengangguk, kemudian melotot tajam ke arah Seli sambil mendengus. Sementara Raib dan yang lainnya cekikikan.

“Jadi, bagaimana hukuman untuk mereka berdua?” tanya Batozar, bosan dengan gurauan itu.

“Err—palingan memberikan tugas matematika yang menggunung.” Miss Selena menjawab.

“Tidak usah Selena.” Panglima Tog berkata. “Kita butuh mereka untuk menjadi pendamping penganti saat pernikahan kita. Kalau sekarang mereka dihukum, suatu saat mereka misuh-misuh melakukannya. Toh, yang mereka katakan juga benar.” Panglima Tog nyengir kuda.

Lumpu My Version (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang