Bab 4 Petunjuk Awal

1.8K 107 52
                                    

Cuaca sangat cerah di Klan Bulan. Langit masih terlihat biru, dan Matahari tanpa malu-malu bersinar. Sinarnya seperti biasanya. Tidak ada yang aneh sampai saat ini.

Batozar sedang menyusuri sungai. Firasatnya berkata ini ada hubungannya dengan sungai, dan orang bernama Lumpu tersebut sangat lihai menyusun teka-teki.

Ia sama sekali belum menemukan petunjuk dalam misteri hilangnya Selena. Si pengintai itu pasti meninggalkan sebuah jejak. Ia tahu, karena ia juga merupakan pengintai.

Batozar merasa dahaga karena selama beberapa hari ini, belum meminum air. Ia pun segera mendekati sungai yang mengalir. Menghela nafas sejenak.

Ia segera menangkupkan tangannya dan meminumnya. Juga membasahi wajah yang sering disebut 'seram' oleh banyak orang. Tapi ia tak mempermasalahkannya.

“Ada yang aneh dengan tanah di pinggiran sungai itu.” Ia sedikit memiringkan kepalanya, kemudian melihat tanahnya sedikit cekung.

Tanah tersebut sudah terkena air hujan, namun masih dapat terlihat aneh bagi Batozar. Ia pun mendekat, kemudian mengambil sedikit tanahnya. Merasakan sedikit teksturnya, tapi tidak sampai memakannya.

“Baiklah, sepertinya ada bekas peperangan di Distrik Sungai-Sungai Jauh.” Ia menganguk-angukan kepalanya takjim.

Dan di tangannya. Ia merasakan ada sehelai rambut yang sangat ia kenali. Kemudian ia mengambilnya dengan sangat hati-hati dan mencium baunya.

“Mustahil. ini bau rambut Selena!”

***

Raib dan Seli menonton Ali yang berlatih basket. Pertandingan persahabatannya di mulai lusa. Tidak seperti biasannya, hari ini Raib sangat menikmatinya. Tidak terganggu dengan suara teriakan.

Bahkan Raib malah menjadi pusat perhatian karena berteriak sendiri saat yang lainnya terdiam menonton. Kali ini malah Seli yang malu, biasanya ia yang memalukan.

Ali lagi-lagi menjadi pencetak skor terbanyak. Sepertinya, ia lebih cocok menjadi Kapten Tim Basket. Berkat suntikan itulah, Ali seperti sekarang. Atau mungkin tidak, karena Ali berlatih keras sebenarnya.

“AYO ALI!” teriak Raib dan Seli bersamaan. Kemudian diikuti siswa yang lainnya.

Ali tersenyum, kemudian men-dribble bolanya kembali. Dengan lihai menghindar dari rekan setim yang menjadi musuhnya dan segera mendekati ring basket.

Saatnya yang di tunggu. Ali melakukan Lay up shoot, Raib dan Seli sudah sangat tidak sabar, tidak bisa menunggu untuk melakukan sorakan. Namun, entah bagaimana bisa Ali malah terpental dari ring hingga ke tengah lapangan.

Semua orang panik, Raib dan Seli bisa melihat sebuah gelombang berwarna biru—yang tidak bisa dilihat oleh orang lain.  Gelombang tersebut membuat Ali terpental. Efeknya hampir sama seperti pukulan berdetum.

“Apa itu, Ra?” tanya Seli. Raib mengangkat bahunya, tidak tahu.

Sesegera mungkin mereka berlari menuju Ali. Segera melihat keadaan Ali, di depan mereka, Ali pingsan dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Pelipisnya berdarah membuat Raib bergidik ngeri.

Petugas kesehatan segera membawanya ke UKS sekolah. Kemudian mengobatinya namun Ali masih berada di alam bawah sadarnya. Tetap tidak siuman.

“Ra, ayo lakukan regenerasi!” seru Seli kepada Raib. Namun, Raib tidak bisa masuk dikarenakan UKS yang sangat ramai sekarang.

Siswi perempuan sibuk mengelilingi Ali. Sementara mereka butuh ruang privasi. Mereka tidak mau orang banyak melihat tubuh Ali yang bercahaya secara tiba-tiba karena di-regenerasi oleh Raib.

Lumpu My Version (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang