Bab 30 Bunglon-2

686 60 35
                                    

Maafkan untuk keterlambatan update, sudah 11 hari gegara UTS!😀

Kalian juga UTS, gak? Atau semacamnya lah, semoga hasilnya sepadan ya!

Hati-hati typonya meresahkan!

Happy reading!

***

Ingatan Raib kembali ketika bersama teman-teman dan keluarga kecilnya. Juga memulai petualangan mereka, Raib akan merindukan itu semua. Ia ingin tetap berjuang, tapi bunglon itu terlalu buas menyerang.

“Kau tahu, Ra? Kau belum bertanya kelemahan bunglon kepadaku.” Seseorang berkata.

Raib terkejut, sisa tenaganya ia gunakan untuk menoleh. “A-ali? Kamu di sini juga?” “B-bagaimana keadaanmu? Kekuatanmu? Hilang, astaga?!”

“Simpan pertanyaannya untuk nanti.”

“Terus, kamu kok—” Ali mencegah Raib untuk kembali bertanya.

Ia tersenyum kecil, lalu menggengam tangan Raib. “Tentu saja, Ra. Kamu tulang rusukku, mau kamu lari ke mana pun, bahkan ke ujung jarum  kita selalu bersama. Dari penjara Klan Bintang, sampai di sini.”

“Mimpi!”

Diam-diam Raib tersipu malu, sambil meringis. Ali pun merubah tangan beruangnya agar tak melukai Raib, lalu membantunya duduk. Sementara, bunglon itu masih saja mencari Raib. Kakinya aneh, tak seperti gambar bunglon yang pernah ditunjukkan Pak Gun saat pelajaran biologi. Dia tak berjalan seperti bunglon pada umumnya. Bunglon di Klan Bumi, kecepatannya mencapai 33 km/ jam, mungkin dia harus menyesuaikan dengan besar tubuhnya itu?

“Pengelihatan bunglon terlalu baik, bisa melihat dua objek sekaligus, berputar 360 derajat. Lain dengan pendengarannya, amat buruk.” Ali menjelaskan sambil menyalurkan energinya.

“Sebelum itu Ali, kenapa kamu juga ada di sini?”

“Tak penting itu, Ra. Yang penting sekarang, kita harus segera keluar dari tempat terkutuk ini!”

“Tak penting mulutnya! Dari tadi aku sampai kelelahan melawannya.”

“Tadi itu tadi, sekarang ya sekarang!” tegas Ali. “Jangan tanya lagi, Ra!”

Raib menghela napas sejenak. Memang, beradu mulut dengan orang genius selalu menguras banyak tenaga. Selain itu, orang genius tak pernah mau kalah, selalu mencari celah kesalahan lawan, dan selalu membuat lawan terdiam sambil berpikir ulang dengan perkataannya. Pokoknya ribet, begitu saja seterusnya sampai pita suara kalian pecah.

Entah kenapa, bunglon yang mengamuk hanya menjadi pajangan di antara mereka berdua. Raib meregenerasi tubuhnya, dibantu Ali yang memijat punggung. Sesaat setelah selesai, pohon di depan mereka tiba-tiba ambruk. Terlintas bayangan hijau di mata Raib, dia pun terpental bersama Ali.

“Awas, Ra!”

Ali langsung memeluk Raib karena itu. Tubuhnya menghantam tanah, lalu terlentang begitu saja. Siapa yang paling shock? Tentu saja Raib, biasanya Ali kan akan protes kalau Raib tak sengaja menimpanya. Mengapa kali ini Ali terasa seperti peduli padanya? Kenapa semua yang Ali lakukan seolah dia menyimpan rasa kepada Raib, ataukah dia hanya pelampiasan?

“Terima kasih.”

Roarr!

Bunglon itu mengambil langkah cepat. Dia melecutkan ekor hijaunya itu, Ali pun segera memasang Tameng transparan dan pergi dari sana sambil mengendong Raib di punggungnya. Raib kaget, gerakan Ali terlalu tiba-tiba dan gesit. Jantungnya sudah tak karuan rasanya. Untuk pertama kalinya mungkin Ali mengendongnya akhir-akhir ini.

Lumpu My Version (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang