Bab 27 Bebas

755 63 24
                                    

HAI GUYS, WELCOME TO MY STORY. APA KABAR HARI INI, MASIH BAIK KAN? DARINGNYA LANCAR GAK? TUGASNYA BANYAK GAK?

AUTHOR SIH BANYAK, SAMPAI PUSING. KALAU KALIAN?

BAIKLAH, MAAF BANGET LAMA UPDATE. PADAHAL, DARI KEMARIN UDAH SELESAI SIH (MALAM). TAPI, AUTHOR JAM SANTAINYA CUMA JAM SEGINI.

YAUDAH, CUSS KE CERITANYA AJA!

***

BUMM!

Batozar hampir membuat lawannya mati. Dia tak memberikan lawannya celah untuk menyerang. Pada akhirnya, ia berhenti karena tak tega. Sekalian mengatur napasnya, juga emosi yang terbakar di dada. Hampir saja orang itu bernasib seperti keluarga kerajaan.

BUMM!

Dua pukulan beradu di udara. Padahal dia baru saja menarik napas. Sudah ada lawan saja. Untunglah lawan Batozar terlempar begitu saja. Sedangkan Batozar, masih dengan posisi kuda-kuda kokohnya. Batozar kembali melompat, lalu memukul dengan brutal.

“HIA!”

BUMM!

Kosong membuat ruang kekosongan untuk mengunci pergerakan lawan. Dibantu dengan Lambat, lawan yang terkunci bisa sangat lama di dalam ruang kekosongan.

Buk. Buk.

Repot pun sangat lincah, melompat ke sana ke mari. Membuat pergerakannya susah terbaca oleh lawan, itulah keuntungannya. BUMM! Repot berhasil menumbangkan tiga orang sekaligus.

CTAR!

Tanpa sengaja, sebuah petir mengenai Repot. Dia lalu terhempas dan tersetrum beberapa meter dari sana. Eh, bukannya mereka hanya melawan pasukan Tamus? Baiklah kalau begitu, mereka juga bisa.

“Bergabung!”

Di lain tempat, Raib sedang bertarung dengan Lumpu. Ia ingin menyelamatkan Seli, tapi Lumpu sangat sulit untuk dikalahkan. Tadinya, dia sudah bisa mendekati Seli. Namun, Lumpu berhasil membuatnya melayang puluhan meter.

“Cukup berani juga kau. Ngomong-ngomong, kukira kalian sudah berusia puluhan tahunlah. Ternyata, masih bocah ingusan yang sok-sokan!” Dia tertawa geli.

Raib segera melakukan regenerasi pada tubuhnya. Sel-selnya dengan cepat pulih seperti sedia kala. Sementara, Lumpu tengah bersiap-siap untuk melumpuhkan kekuatan Seli yang sudah pingsan. Dia menendang.

“Hebat juga menguasai teknik penyembuhan.” Lumpu memuji dari dalam.

Dia telah siuman, bingung dengan keadaan. Dia tengah dikurung dalam dinding transparan mini, yang terbentuk dari selaput tipis. Agar tidak ada gangguan lagi, karena pelumpuhan itu juga butuh proses.

“Hei! Jangan sakiti Seli!”

Raib ingin berdiri, tapi tubuhnya mendadak kaku. Pasti ada yang menahannya dengan teknik kinetik. Dan benar saja, Fala-Tara-Tana IV ada tepat di belakangnya, buruknya sedang menahan dirinya.

Untunglah dia bergegas, sehingga Raib tidak menggagalkan usaha Lumpu untuk melumpuhkan kekuatan mereka satu-persatu. Awalnya, dia tak melihat Raib sama sekali. Hingga akhirnya, dia mempunyai firasat jika Raib akan ke mari.

“Silakan Tuan Lumpu, tak ada yang akan menganggu Anda.” Ketua Konsil berkata.

Tubuh Raib benar-benar terkunci. Bahkan untuk sekedar mengedipkan mata, ia harus berjuang keras sampai meneteskan peluh. Tenggorokannya pun tercekat, lidahnya kelu. Kalau begini, bagaimana cara menyelamatkan Seli?

“HEI, menyingkir dari tubuhku!” Seli berteriak.

Terlambat, Lumpu sudah memegangi kepala Seli. Perlahan, cahaya hijau yang membinasakan itu berangsur naik. Seli berusaha memberontak, tapi cahaya hijau itu membuatnya lemah. Mungkin, ini bagian dari proses pemanipulasian kode genetik?

Lumpu My Version (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang