Bab 10 Impostor in real life?

1.2K 91 79
                                    

Ali terbaring lemah di hamparan rumput. Tubuhnya juga terselimuti salju dan es yang berguguran. Raib, Batozar, dan Seli mendekatinya. Namun, Seli dan Raib langsung berbalik arah, tidak jadi.

Kini, Ali tanpa mengenakan pakaian. Baju buatan Ilo raib begitu saja. Padahal, itu berteknologi Klan Bintang. Untunglah, kaki Ali sedikit menekuk, membuat itunya tidak terlihat oleh Raib dan Seli.

Batozar mengambil jubah dalam tas Klan Bintang, lantas memakaikannya untuk menutupi tubub Ali. Juga memakaikan kaus tangan yang sempat dilepas. Sementara itu, mereka jadi tontonan anggota Pasukan Bayangan.

"Astaga! Ada apa dengan kalian?!" Panglima Tog tiba-tiba muncul dan mendekati mereka.

Batozar menjelaskan tentang Ali yang menjadi beruang dan mereka bertiga yang bertarung. Juga Raib dengan esnya dan Seli dengan petir kehijauannya. Bagian cerita dari pengintai selalu lengkap.

Beberapa anggota Pasukan Bayangan, yang kebetulan mendengarkan bertepuk tangan. Bilang kalau teknik mereka sangat bagus, mereka pantas mendapatkan penghargaan dan semacamnya. Raib dan Seli memasang wajah sok manis.

Salah satu diantaranya menarik perhatian Seli. Karena rambutnya yang hampir botak dan bersemangat sekali bertepuk tangan, bahkan tak segan menyoraki mereka berdua. Menurut pandangan Seli, ia begitu manis.

"Raa? Kenapa mereka begitu manis?" bisik Seli kepada Raib. Sedangkan Raib mengangkat bahu, tidak tahu.

"Itulohh, yang itu!" Ia berbisik lagi. Menunjuk kemudian terseyum seperti orang gila.

Katanya tadi mereka, sekarang malah yang itu. batin Raib kesal.

Seorang yang ditunjuk Seli adalah salah satu anggota Pasukan Bayangan. Sekilas, wajahnya mirip Ily, tapi sedikit berbeda dari segi tinggi, mata, dan pipinya. Mungkin masih ada yang lainnya.

Raib sepertinya ingin sekali-kali mengerjai Seli. Dia tertawa cekikikan karena ide gilanya, membuat Seli menoleh. Kenapa dengan Raib? Astaga Raib sepertinya juga ikutan menyukainya. batin Seli.

Raib mendekati Panglima Tog, kemudian menunjuk-tunjuk lelaki tadi. Umurnya hampir sama dengan Ily, dia juga sekamar dengan Ily, namanya Dial, panggilanya Al.

"Hei ... Al? Sahabatku menyukaimu." Raib berteriak asal. Ia menyebutkan namanya yang sudah ia ketahui dari Panglima Tog.

Yang bernama Al tadi menoleh, lantas terseyum dan melambaikan tangan ke arah Seli. Sedangkan Seli terseyum malu sambil menggigit bibirnya. Ia ingin sekali memukul Raib yang kini entah kemana.

"Hai si manis yang menyukaiku," balas Al membuat Seli meleleh di tempat. Saat itu juga pipinya terasa panas.

***

Kini, Seli sedang berbaring di kasurnya. Membolak-balikan tubuhnya beberapa kali, kemudian menggigiti guling sampai berbercak kekuningan. Akhirnya ia berhenti dan tidur terlentang.

Ia tengah galau dengan seorang yang bernama Dial. Yang ituloh, yang membuat jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Membuatnya sulit untuk tertidur lelap.

Ini juga efek yang sama saat dia berpetualang bersama Ily. Jantungnya selalu berdesir, pipinya selalu memanas, perutnya bergejolak tak karuan, dan tubuhnya merinding saat didekatnya.

Kematian Ily adalah bagian cerita tersedih dalam hidupnya. Ia sama sekali tidak bisa melupakan Ily. Bahkan, rencananya, Ia akan mengenalkan Ily kepada orang tuanya. Astaga, ia jadi mengingat pemuda itu.

"Kau pemimpin yang baik Ily, tenanglah di alam sana. Aku ingin bilang bahwa ... aku memiliki perasaan padamu. Bukan hanya tentang rupa, atau bentuk badan, juga ukuran sesuatu tapi juga hatimu Ily. Hiks." Seli berkata sambil meneteskan air mata.

Lumpu My Version (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang