Bab 19 Mata-Mata

918 66 78
                                    

Akhirnya author bisa update juga.  Ada yang rindu sama Author, gak? Atau cuma sama ceritanya? Ahh terserahlah, yang penting ceritanya laku :v

BIAR LEBIH NYAMAN BISA PANGGIL IQBAL. HEHE, TERSERAH SIH MAU GIMANA :)

ISI SEMUA PARAGRAF DENGAN KOMENTARMU, YA? JANGAN MALU, AUTHOR GAK BAKALAN MALU-MALUIN.

Happy reading pokoknya!

***

Ia meregenerasi tubuhnya, membiarkan cahaya hangat itu menyinari tubuh. Lima detik, sungguh itu rekor kedua penyembuhan tercepat. Raib juga shock, tapi segera sadar kalau dia dalam keadaan berbahaya.

SPLASH!

Ia berteleportasi secepat mungkin, lalu meregenerasi Repot dan Lambat. Setelahnya Panglima Tog, Batozar, terakhir Kosong. Mereka segera bangkit, bersiap dengan apapun yang akan terjadi.

Pasukan Lumpu sudah tepat sepuluh meter di depan mereka, dengan Petir dan Pukulan berdetum yang melesat. Merusak apapun yang menghalanginya. Tak kenal ampun, tak kenal sabar.

“HIAAATT!”

Panglima Tog membuat Tameng Transparan super besar, menahan serangan Pasukan Lumpu. SPLASH! Beberapa detik kemudian, mereka sudah berada di tempat Ali dan Seli.

Kondisi mereka benar-benar buruk. Mereka berdua tergeletak dalam posisi berpelukan. Rasanya Raib ingin menangis. Baiklah, sekarang bukan waktunya drama.

Raib segera meregenerasi mereka berdua, sekaligus. Lima menit kemudian, mereka telah berdiri dengan kokoh. Disusul dengan ledakan yang terdengar. Membuat tanah di Padang Perdu bergetar.

“Segera ke ILY!”

Batozar menyuruh mereka berteleportasi ke arah ILY. Naasnya, Pasukan Lumpu sudah ada di depan mereka. Tidak ingin mengulangi kesalahan kedua, mereka melepaskan amukan petir ke udara.

CTARRR!  CTARR!

Petir itu melayang ke arah mereka. Tidak sempat membuat Tameng Transparan, kedelapannya tersambar oleh Petir yang tak berhenti menyetrum. Juga terbanting oleh Pukulan berdetum.

“Bagaimana sekarang?!”

“Menyerang sebisanya!”

“Kita tidak bisa!”

“Terus bertahan, semoga keajaiban datang!”

Padang Perdu dua sudah menjadi lautan api dalam kurun waktu 10 menit. Lumpu, Fala-Tara-Tana IV, dan Tamus menyuruh pasukannya untuk segera mundur.

Panglima Tog dan Batozar meneleportasikan mereka ke pojok Padang Perdu Dua. Segera mengatur siasat, juga untuk berlindung.

“Kita benar-benar terpojok Master B!” Ali mengeluh, Batozar tetap tenang.

“Ini semua salah, Raib! Kenapa juga dia meninggalkan kita.” Repot berkata. “Kau ingin seperti gurumu?!” Nadanya beralih tinggi.

Raib sedikit kurang nyaman. “M-maaf. Aku tidak berniat begitu.”

“Tamu selalu saja menyusahkan.” Lambat menyindir.

“Semua sudah terjadi. Mari kita pikirkan rencana selanjutnya.” Ali berkata. Dia tidak sadar kalau ini salah dirinya.

Beberapa menit ini, mereka benar-benar memutar otak. Berpikir secepat mungkin untuk mengatasi masalahnya.

“Aku mempunyai rencana, bisa dibilang rencana kita satu-satunya. ”

“Katakan segera Nyonya!” seru Batozar.

“Raib ... dia bisa meminta bantuan Mamanya ... mereka telah bersatu berkat cairan itu. Tetapi, kita tidak bisa memanggilnya dengan cepat. Seseorang harus menjadi umpan untuk mengulur waktu.”

Lumpu My Version (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang