01. Our meetings

113 33 10
                                    

🎶Now playing - Coklat biru, Giorgino🎶

-Ketika garis takdir berubah-

_____________________
_________

"Huftt"

Gadis berambut sebahu baru saja menghela nafas lega, baru saja dia terbangun dari tidur-nya setelah mengalami mimpi buruk yang menyakitkan bagi gadis itu.

Awan sangat beruntung jika yang di alami-nya hanyalah sebuah mimpi belaka. Namun, ada pepatah mengatakan, jika mimpi bisa saja suatu saat menjadi sebuah kenyataan. Tidak!!Tidak!!
Metta tidak mau itu sampai terjadi.

Metta melirik jam waker yang berada di atas meja yang tak jauh dari kasur milik-nya.Waktu sudah menunjukkan pukul lima lewat tiga puluh lima menit, Artinya waktu yang dimiliki-nya untuk berangkat hanya sedikit.

Gadis itu segera beranjak dari kasur-nya untuk membersihkan rumah-nya. Setelah sepuluh menit kemudian, barulah gadis berambut sebahu itu berjalan ke arah kamar mandi.

Dua belas menit telah berlalu, gadis itu keluar dari kamar mandi dengan handuk kimono dan rambut yang di jedai tapi menyisakan beberapa helai rambut yang terjuntai di sana.

Awan meraih seragam putih abu abu serta jas abu-abu yang sudah tersetrika dan tergantung rapi di lemari. Setelah memakai seragam gadis itu langsung berjalan ke-arah cermin dan memoles sedikit bedak dan liptint.

Setelah di rasa sudah cukup dia segera mengambil tas dan memakai sepatu-nya.
Lalu gadis berambut sebahu tersebut turun ke-bawah untuk sekedar sarapan.

Hanya Awan yang tinggal sendiri menempati rumah ini setelah Ametta Renata 'mama-nya' wafat. Hampa, itulah satu kata yang tengah di rasakan seorang Awan Ametta Hujan saat ini. Dunia-nya hanya memiliki warna hitam, putih, dan abu-abu, tak ada warna-warna lain yang menemani-nya.

Metta menghela nafas berat, lalu dia meraih tasnya yang berada di-atas meja.
Lalu dia melangkahkan kakinya untuk ke-luar. Metta harus berjalan menuju depan komplek untuk menuju ke-halte bus.

lima menit kemudian tiba-lah dia di-halte bus. Mungkin sebentar lagi bus yang ditunggu nya akan datang. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang seumuran dengan-nya duduk di sebelah diri-nya.

Mungkin jaraknya hanya beberapa jengkal. Lelaki tersebut duduk dengan termenung sambil memegangi surat dan Metta tidak tahu kenapa pria ini bersedih.

Gadis berambut sebahu ini merasa iba dengan pria yang duduk di sebelah-nya tersebut. Lalu Metta berniat untuk memberikan lelaki tersebut permen Guhit yang selalu dia bawa.

Permen Guhit adalah permen gula tetapi rasanya bercampur pahit. Dulu Renata selalu membelikan Metta permen ini.
Metta segera mengambil tangan lelaki tersebut dengan muka datar dan langsung menaruh permen di telapak tangan lelaki tersebut.

Lelaki tersebut mengerutkan dahi sambil memandangi Awan dan permen yang ada di tangan-nya secara bergantian.

Metta tersenyum miris "Ini permen kesukaan gue, dulu nyokap gue pernah bilang, Permen ini mengajarkan kita bahwa dalam kehidupan kita nggak selalu memiliki momen yang manis, tapi kita juga akan mengalami momen pahit yang mau tidak mau harus kita terima" Ujar gadis itu panjang lebar.

Saat itu juga bus yang di tunggu tunggu Awan pun berhenti di halte. Tanpa berniat untuk berkenalan Metta segera masuk ke-dalam bus tersebut meninggalkan lelaki yang saat ini kebingungan.

METAMORFOSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang