Chapter 25

3.1K 291 18
                                    

"Kana, p' K̄hxthos̄ʹ na. P' sudah menakuti Rain" sesal Mew.

"Gak pa-pa p'. Kana sangat mengerti posisi p' sebagai orang tua. Jika Kana berada di posisi p', pasti Kana juga akan seperti itu. P' tadi kemana?" Tanya Kana menarik Mew duduk di sofa.

"Tadi p' diajak lung bertemu dengan Gawin, dokter yang merawat Rain. Gawin mengatakan kalo ditubuh Rain terdapat banyak luka kekerasan seperti cubitan. Mengenai cacat yang dialami Rain ... jalan satu-satunya adalah terapi. Walaupun Rain sudah bisa berjalan, dia tetap harus memakai tongkat penyanggah. Menurut Kana bagaimana?" Tanya Mew.

"Kalo terapi bisa menyembuhkan Rain, kenapa tidak dicoba p'? Tapi jika dia harus memakai tongkat penyanggah, Kana tidak bisa membayangkan apa jadinya jika Rain mengetahuinya. Dia pasti akan sangat sedih sekali" jawab Kana sambil memandang sendu kearah Rain.

"Ya .. Tugas kita sebagai orang tua seharusnya menguatkan Rain. Begitukan sayang?" Ujar Mew yang diangguki Kana.

"P' makan aja dulu sana. Dari pagi p' belum makan kan" ucap Kana.

"Gak. P' gak laper. P' mau pulang dulu tanya sama bi Tin apa yang sebenarnya terjadi pada Rain" jawab Mew dengan tangan mengepal.

"P', aku mohon jangan emosi. Pasti ada sesuatu yang membuat bi Tin tidak melaporkannya pada kita. Bisa ajakan kalo mereka diancam Bright" ujar Kana.

"Tapi walaupun begitu. Tetap saja mereka harus lapor kan......"

"Nnngggghhhh ... papa, daddy" panggil Rain.

"Iya sayang. Papa datang. Gimana keadaan Rain, sayang?" Tanya Kana.

"Sakit pa" rengek Rain.

"Iya sayang. Rain harus kuat ya sayang demi papa & daddy" ucap Kana.

"Rain, kalo kamu mau sembuh harus mengikuti terapi selama 6 bulan & ikuti saran dokter. Untuk memperlancar Rain berjalan seperti biasa harus memakai tongkat penyanggah. Rain setuju?" Tanya Mew.

"P', kenapa p' katakan ini semua pada Rain?" Tanya Kana yang menatap tajam pada Mew.

"Sudah seharusnya dia tahu & Rain harus menyikapi hal ini secara dewasa. P' gak bisa seperti kamu yang terus memanjakan dia. Apa jadinya setelah dia dewasa nanti" jawab Mew.

"Memang Rain harus menyikapi ini secara dewasa, tapi tidak seharusnya kan p' mengatakan nya secara terus terang. Pelan-pelan p'." Ujar Kana.

"Rain harus memutuskan dia mau di terapi ato tidak? Jawab Rain" tanya Mew pada Rain.

"Apa sakit daddy?" Tanya Rain.

"Rain, sesakit apapun papa & daddy akan selalu mendampingi Rain serta memberi semangat pada Rain" jawab Kana.

"Benar ya pa. Kalo gitu Rain mau" ucap Rain.

Keesokan harinya Rain pun menjalani terapi dengan cara berjalan dengan memegangi besi. Saat berjalan itulah Rain selalu menangis, menangis & menangis. Terkadang Rain terjatuh & Kana selalu siap di sisinya untuk selalu menopang tubuh Rain kecil. Mew yang menyaksikan itu hanya bisa memukuli dadanya sendiri yang sudah bercampur antara marah & sedih.

Setelah physiotherapy yang dijalani Rain selesai & masuk ke kamar perawatan kembali, Mew pun kembali ke mansion nya untuk menyidang bi Tin & semua maid yang ada di rumahnya. Sebenarnya Kana sendiri yang mau turun tangan menanyai bi Tin karena dia tahu sifat Mew yang penuh dengan emosi. Tapi Mew melarang Kana untuk melakukannya.

Mew yang pulang secara mendadak ke mansion nya menimbulkan kekagetan yang luar biasa untuk semua maid terutama bi Tin. Tapi dia pun tidak mencoba untuk menghindar dari Mew & berniat akan mengatakan yang sejujurnya, walaupun dia diancam oleh Bright.

Post Traumatic Stress DisorderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang