1. Bucin

4.9K 480 57
                                    

Warn!
Mengandung kebucinan Mars pada Alisha

***

"Al~"

"Apa sih?! Sana jauh-jauh!"

"Alisha, dengerin deh. Kamu–"

Alisha memotong wortelnya dengan keras menimbulkan suara yang mampu membuat Mars diam. Gadis berusia 22 tahun itu membalikkan tubuhnya, dia menunjuk Mars menggunakan pisau yang ia pegang.

"Kalo kakak ngomong lagi, ini pisau bakalan meluncur ke kakak." Alisha mengancam, dia menatap tajam Mars.

Bukannya takut, Mars malah tertawa. Dia bangkit lalu berjalan menuju ke arah istrinya. Alisha berdecak, dia kembali berbalik. Melanjutkan acara memasaknya yang tertunda.

"Kalo kakak mau ganggu, mending nanti aja. Ini aku bawa pisau jangan sampe motong tangan kakak!" ujar Alisha saat kedua tangan Mars mengurung tubuhnya.

"Gak masalah," Mars tersenyum. Dia meletakkan dagunya di puncak kepala Alisha, "Kok kamu pendek banget? Masih cocok jadi anak SMP."

"Ya berarti kakak pedofil karena nikahin bocah SMP!" Alisha mendengus, dia menghentikan acara memasaknya saat merasakan sebelah tangan Mars memeluk perutnya.

"Kak, ini dapur. Jangan sampe dapurku–"

"Apa sih? Cuman pengen peluk masa ga boleh?"

"Aku lagi masak, kak. Jangan sampe masakan ku jadi gak enak."

"Enak gak enak, tetep kakak makan kok."

Alisha berkedip dua kali, "Bucin!"

"Kenapa emang? Gak suka kakak bucinin?"

"Keknya aku harus kurangin penggunaan micin deh," gumam Alisha pelan.

Mars yang mendengarnya mengernyit, "Kenapa? Nanti masakannya jadi gak enak gimana?"

"Itu lebih baik dari pada kadar kebucinan kakak makin meningkat." Alisha mengangguk, dia mendorong Mars menjauh. Membuka kulkas untuk mengambil es krim, Mars kalau tidak makan sesuatu pasti akan terus mengganggunya.

Bungkus es krim Alisha buka lalu memberikannya ke Mars. Tubuh Mars yang jauh lebih besar darinya ia dorong ke belakang, mendudukkannya ke kursi.

"Bentar lagi masakannya jadi. Aku gak mau ya kakak ngerengek malem-malem cuman karna laper." Alisha kembali ke tempat favoritenya, "Diem aja situ."

Mars akhirnya menurut, dia hanya diam memperhatikan dan sesekali mengajak Alisha berbicara. Hanya perbincangan ringan yang akan membuat hubungan mereka semakin dekat.

"Kenapa jadwal kakak selalu seenaknya sih?" tanya Alisha, dia menyusun masakan yang ia buat ke atas meja makan. "Apalagi kalo malem, kakak gak pernah tuh terima tawarannya."

"Kenapa? Kamu gak suka?" tanya Mars balik.

"Bukan gitu, maksud aku–"

"Kakak cuman gak mau lewatin satu malam aja tanpa kamu. Lebay emang, tapi itu kenyataannya." Mars tersenyum, "Waktu sama kamu itu berharga. Kalo di suruh pilih kerjaan sekarang atau kamu, ya kakak pilih kamu."

Kak Mars!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang