Peran Sahabat

1.9K 73 25
                                    

"Sahabat itu bukan tentang siapa yang paling lama mengenalmu, tapi dia yang tak pernah menyerah untuk memahamimu dan terus berusaha melangkah bersamamu. Itu adalah makna sahabat menurutku,"
- Inosuke Hashibira

H-1  pukul 22.00

Besok acara pameran akan dibuka sekitar jam 7.30 pagi. Selain itu, malam ini Inosuke mendapat bagian jaga keamanan bersama Genya di Taman Belakang sekolah.

Adik Shinazugawa itu sudah terlelap di tempatnya berjaga. Sedangkan Inosuke masih betah memandangi langit malam yang begitu sepi tanpa hadirnya bulan dan bintang.

Haaahhhhh....

Uap mengepul keluar dari bibir Inosuke yang tengah menyesap secangkir kopi hitam panas yang baru diseduhnya. Wajahnya muram karena ada hal yang mengganggu pikirannya. Sesekali pemuda itu memijat pelipisnya pelan, karena terlalu pusing memikirkannya.

Ia sampai tak menyadari kehadiran 2 sahabatnya sampai suara cempreng Zenitsu menyapa indra pendengarannya.

“Yo Inosuke!! Malam ini kami akan menemanimu berjaga hehehe,”

Inosuke mendengus pelan sambil memalingkan wajahnya. Di saat seperti ini, Inosuke malas sekali berdebat dengan siapapun.

Tanpa menunggu jawaban dari Inosuke, Zenitsu langsung duduk sambil memainkan gitar yang di bawanya, sedang Tanjirou mengeluarkan beberapa cemilan yang dibawanya.

Suasana hening malam seirama dengan petikan nada dari gitar milik Zenitsu, irama pengantar tidur yang tenang dan nyaman membuat siapapun yang mendengarnya ikut terhanyut.

Tanjirou tersenyum simpul, tangannya bergerak membuka bungkus mika yang berisi tempura dan menawarkannya pada Inosuke, pemuda itu hanya menatap lekat makanan yang dibawanya dan menggeleng pelan.

Atensi-nya tak dapat lepas mengamati Inosuke yang sedang ‘merajuk’ kah?

Tanjirou menghela nafas pelan, kali ini apa yang membuat Inosuke merajuk?

Zenitsu yang tengah asyik bermain gitar pun sampai kaget melihat reaksi Inosuke yang tak biasa. “Heeehh...kau menolak tempura? Padahal kami membelinya khusus untukmu. Di tempat langgananmu!”

“Aku tak bisa disogok dengan tempura!”

“Apa maksud-“

“Apa hubunganmu dan Mayuri itu baik-baik saja?” potong Inosuke cepat, tak ingin meladeni pertanyaan Zenitsu.

“Hah! Aku? Kenapa dengan hubunganku dan Kanao? Kami-“

“Putus?!” terka Inosuke

Nyutt....

Satu kata yang begitu menohok hatinya. Tajirou berusaha tetap tersenyum menanggapi walau tak dapat dipungkiri hatinya masih berdenyut sakit mengingat kejadian kemarin.

“Ko diem? Jawab! Gak bisu kan?!”

Inosuke menggeram marah karena tak kunjung mendapat jawaban apapun dari Tanjirou. Pemuda itu hanya tersenyum sendu ke arahnya seolah berkata ‘tolong jangan ikut campur urusanku’

For my Dear || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang